https://surabaya.times.co.id/
Berita

BHS Soroti Kenaikan Komoditas Bahan Pokok di Pasar Soponyono

Rabu, 06 Desember 2023 - 11:34
BHS Soroti Kenaikan Komoditas Bahan Pokok di Pasar Soponyono Pedagang Pasar Soponyono menyebut kenaikan harga sejumlah komoditas bahan dapur dan bahan pokok, Rabu (6/12/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMES SURABAYA, SURABAYA – Harga komoditas bahan dapur dan kebutuhan pokok di Pasar Soponyono Surabaya mulai mengalami kenaikan. 

Cabai rawit menyentuh angka Rp100.000 per kilogram. Cabai merah Rp100.000 per kilogram, bawang merah Rp35.000 per kilogram serta bawang putih Rp45.000 per kilogram. 

Sementara tomat sayur Rp15.000 per kilogram dan tomat buah Rp20.000 per kilogram.

"Rata-rata semua harga naik biasanya memang tiap akhir tahun, soalnya tahun baru, Natal sama pengaruh musim hujan yang datang," terang Lailatul, pedagang sayur di Pasar Soponyono, Rungkut Surabaya, Rabu (6/12/2023).

Sedangkan minyak goreng Minyakita tetap stabil di harga Rp14.000 per liter. Harga sembako lain yang stabil adalah telor Rp28.000 per kilogram. 

Untuk harga beras beras Rp14 ribu sampai Rp15 ribu/kg. Gula naik menjadi Rp17.000 per kilogram. Dua komoditas itu mengalami kenaikan harga.

"Kalau gula naik sudah sejak lama," tambahnya kepada Ketua Dewan Penasehat DPD Partai Gerindra Jatim Bambang Haryo Soekartono (BHS) yang tengah meninjau kenaikan harga di pasar tersebut.

BHS kemudian mencatat keluhan pedagang. Ia berencana memberikan masukan kepada pemerintah untuk menstabilkan harga terutama komoditas beras yang dikeluhkan pedagang jelang Natal dan tahun baru 2024.

Menurut BHS, harga komoditas secara keseluruhan di Pasar Soponyono tersebut relatif tergolong tinggi daripada pasar lain.

"Ini perlu dicari penyebab dari kemahalan tersebut, sehingga bisa bermanfaat untuk masyarakat dengan harga yang terjangkau," ucap BHS. 

BHS menduga kenaikan harga beras karena sulitnya mendapatkan pupuk subsidi sehingga harga jual juga mahal. Ia mendorong kementerian pertanian menyiapkan pupuk yang dibutuhkan petani.

Terkait mahalnya pupuk, pria yang juga pengusaha transportasi laut itu pun memberi ide bahwa gas menjadi 70 persen biaya bahan yang digunakan pabrik pupuk harusnya dimurahkan.

"Ini harusnya harga gas yang diberikan kepada  pabrik pupuk di Indonesia harus murah tapi ternyata masih 7 USD/ MMBTU (Million British Thermal Unit), jadi sedangkan di Cina harga gas itu hanya 3 USD/MMBTU, sedangkan 70 persen biaya pembuatan pupuk itu adalah gas bahan bakunya," terang caleg DPR RI dari dapil Surabaya-Sidoarjo tersebut.

Pasar-Soponyono-2.jpgBHS memberikan semangat kepada pedagang di Pasar Soponyono melalui award pedagang dengan lapak terbaik, Rabu (6/12/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Dengan menukik harga gas tersebut, maka akan berdampak pada harga pupuk yang stabil. Bahkan jika diperlukan, kata BHS, pemerintah seharusnya mensubsidi pupuk seperti Malaysia.

"Ini harus dilakukan segera sehingga pertanian akan melimpah," tegasnya.

Di samping menyoroti harga gas yang menjadi bahan pembuatan pupuk, BHS juga menyoroti sistem irigasi di persawahan Indonesia masih ada yang berantakan, sehingga harus diperbaiki untuk memperbaiki jumlah panen beras.

"Ini yang perlu diatur bagaimana air itu nyampai ke lahan pertanian, ini yang paling penting karena lahan kita untuk pertanian masih ada 70 juta hektar, yang dipakai pertanian hanya 10 juta hektar. 10 juta hektar pun produktivitasnya 1 tahun yang paling banyak setahun hanya sekali bukan dua kali, bukan tiga kali. Harusnya kalau di luar negeri selalu satu tahun tiga kali, bahkan di Thailand empat kali setahun," terangnya.

Sedangkan untuk menekan harga bawang merah yang naik Rp5000 dari Rp30.000 menjadi Rp. 35.000 perkilogram, BHS memberi saran agar distributor tidak mencari untung besar karena biaya pengiriman bawang merah impor hanya 6 persen.

"Harusnya 6 persen idealnya, tapi kalau tidak ideal Indonesia sekitar 20 persen. Lah 20 persen (biaya kirim) dari ini tidak boleh jadi dua kali lipat dari harga di daerah asalnya," sebutnya.

Infrastruktur Pasar Memadai 

Ia menambahkan, pasar merupakan pusat perekonomian yang mengakomodir ratusan pedagang menjual hasil pertanian dan nelayan yang ada di wilayah sekitar kota tersebut. Seperti halnya di Pasar Soponyono Rungkut. 

Pasar yang dikelola Yayasan Tholabuddin ini harus mendapat perhatian dari pemerintah kota. Terutama dari sisi infrastruktur penerangan, infrastruktur jalan, kondisi lapak, fasilitas air dan fasilitas penyimpanan barang untuk jangka lama.

"Sehingga bahan makanan akan tetap berkualitas seperti yang kita lihat di pasar di Malaysia," tandasnya.

Untuk infrastruktur pemadam juga sangat penting, tetapi di Pasar Soponyono tersebut dinilai sangat cukup. Ada 22 pemadam yang tersimpan di kantor pasar. Lokasi dari bahan makanan juga sudah teralokasi sendiri sendiri mulai dari buah, sayur, sembako, ikan dan lain-lain tertata sangat bagus.

"Saya hanya mengkritisi masalah penerangan dan memberikan satu solusi untuk menambah beberapa penerangan di pasar tersebut sehingga nyaman untuk masyarakat berbelanja di malam dan pagi hari. Sirkulasi udara masih kurang baik, perlu adanya kipas angin untuk membantu sirkulasi udara agar konsumen merasa nyaman berbelanja di pasar tersebut," jelasnya.

Keluhan pedagang hanya karena terjadi penurunan drastis jumlah pembeli di pasar tersebut akibat daya beli yang menurun. 

Maka, lanjut BHS, perlu mendorong ibu-ibu dari berbagai segmen untuk mau berbelanja di pasar pada saat pasar itu terkesan nyaman dan barang barang berkualitas. 

"Saya juga mendorong pasar-pasar di Surabaya harus mendapatkan status sertifikat SNI," tandas Bambang Haryo Soekartono. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.