TIMES SURABAYA, SURABAYA – Dunia diprediksi menghadapi krisis pangan yang akut. Antara lain karena pertambahan populasi penduduk, perang dan konversi lahan pertanian menjadi industri. Demikian ungkap Bayu Krisnamurti, Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog saat memberikan kuliah umum di Aula Garuda Mukti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Acara ini dimoderatori oleh Dr Gancar C Premananto, Jumat (8/12/2023).
Bayu mengatakan, jika masalah ketahanan pangan perlu mendapatkan perhatian bersama karena menyangkut hajat hidup seluruh rakyat Indonesia dan komponen bangsa. Termasuk keterlibatan civitas akademika.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurti saat mengisi kuliah umum di Unair, Jumat (8/12/2023). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
"Kita sangat berharap dari kampus, dari kalangan intelektual berkontribusi untuk bisa mengatasi masalah-masalah yang ternyata memang masih sulit di pangan kita," katanya.
Bayu yakin jika Unair sebagai salah satu universitas excellent di Indonesia bisa berkolaborasi dengan pemerintah dalam mengatasi masalah ketahanan pangan ini.
Ia juga berpesan agar para mahasiswa memiliki semangat dan harapan serta kemampuan melihat peluang di tengah berbagai tantangan pangan.
Mahasiswa Unair menyimak paparan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurti saat mengisi kuliah umum, Jumat (8/12/2023). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
"Saya kira itu motivasi utamanya menyelenggarakan kegiatan ini," ujarnya.
Tantangan tersebut misalnya konversi lahan pertanian ke sektor lain. Kepemilikan lahan semakin sempit, jumlah petani gurem bertambah.
Kemudian dalam berbagai macam kegiatan produksi mendapat berbagai macam tekanan karena keterbatasan lahan, perubahan iklim dan daya saing produk dalam negeri mendapat tekanan dari pasar internasional.
"Saya kira negara kita memang harus bisa melihat kalau kita lengah, kita lalai, menganggap pertanian sebagai sesuatu yang mudah, maka kita akan menghadapi masalah yang lebih besar di masa yang akan datang," tegasnya.
"Oleh sebab itu, yang saya artikan sebagai kita bukan negara agraris adalah kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan kesuburan lahan, tidak bisa hanya sekadar menganggap bahwa lahan pertanian kita luas, karena memang lahan sudah semakin sempit dan masalah pertanian semakin banyak sehingga harus bekerja lebih keras untuk bisa memproduksi dan mensejahterakan petani kita," paparnya lebih lanjut.
Sementara itu, Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih menjelaskan, bahwa pihak universitas siap berkontribusi terhadap upaya memperkuat ketahanan pangan sebagaimana misi perguruan tinggi selama ini.
"Kita dorong untuk kontribusi dalam memberikan nilai tambah atas produk pertanian melalui banyak inovasi serta meningkatkan produktivitas terutama dalam memberikan sentuhan teknologi dan banyak hal lagi yang bisa kita lakukan," ungkap Prof Nasih.
Kampus juga akan melakukan riset melalui fakultas yang ada. Mulai Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Perikanan dan Kelautan.
"Kita dorong sampai aspek ketahanan pangan. Jadi ada riset dan bimbingan yang diharapkan akan meningkatkan nilai tambah dari produk-produk pertanian, misal singkong jadi beras analog sehingga ketergantungan pada beras akan bisa kita urai lebih baik," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, dunia diprediksi menghadapi krisis pangan yang akut. Antara lain karena pertambahan populasi penduduk dan konversi lahan pertanian menjadi industri.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurti mendorong mahasiswa Unair agar bergerak dalam upaya menjaga ketahanan pangan. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Irfan Anshori |