TIMES SURABAYA – Kombes Pol M. Khusnan, Kabiddokkes Polda Jawa Timur, memimpin langsung proses identifikasi jenazah korban robohnya musala Ponpes Al Khoziny. Sembilan jenazah telah tiba di RS Bhayangkara Polda Jatim hingga Sabtu pagi (4/10/2025). Delapan jenazah masih dalam proses identifikasi di Instalasi Kedokteran Forensik.
Kondisi jenazah yang rusak membuat sidik jari tidak bisa dijadikan patokan utama. Hal ini memaksa tim Disaster Victim Identification (DVI) mengandalkan metode yang lebih rumit.
“Jika data pendukung tidak cocok, satu-satunya cara yang bisa kami lakukan adalah dengan pemeriksaan DNA," ujar Khusnan.
Mengingat korban mayoritas masih berusia 12-17 tahun, data antemortem seperti rekam gigi atau sidik jari tidak tersedia. Sebanyak 56 sampel DNA dari keluarga korban sudah dikirim ke Jakarta, meski prosesnya bisa memakan waktu hingga dua minggu.
Tragedi ini menyoroti minimnya data pribadi yang valid di kalangan remaja, yang menjadi kendala signifikan saat terjadi bencana. Proses identifikasi yang rumit ini menunjukkan betapa pentingnya verifikasi data yang valid dan akuntabel. (*)
Pewarta | : Biro Surabaya Raya |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |