TIMES SURABAYA – Kamis, 29 Mei 2025. Di bawah terik matahari pagi, hamparan sawah Desa Birowo, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, tampak seorang prajurit berseragam loreng ikut sibuk mengolah tanah bersama para petani. Dialah Koptu Moch Gunawan, Babinsa Desa Birowo dari Koramil 0808/11 Binangun Kodim 0808 Blitar.
Mereka berjibaku di tengah petak sawah, suara cangkul menghantam tanah terdengar bersahutan. Debu tanah beterbangan, bercampur dengan aroma lumpur basah yang khas.
“Kami ingin memotivasi para petani agar lebih semangat dalam mengolah lahan. Harapannya, lahan ini bisa ditanami padi minimal dua kali setahun. Ini penting, demi ketahanan pangan, demi kesejahteraan mereka,” ujarnya.
Di pinggir sawah, tampak Sukarno, salah satu anggota kelompok tani, menyeka keringat di dahinya. Ia tersenyum lebar. Senyum yang menggambarkan rasa syukur sekaligus semangat yang membuncah.
“Kami merasa sangat terbantu dengan pendampingan dari Pak Babinsa. Kehadiran beliau di sini memberi semangat lebih bagi kami. Kami berharap, hasil panen nanti bisa meningkat,” ungkap Sukarno, dengan suara bergetar, matanya menatap hamparan sawah yang siap disulap menjadi ladang padi yang subur.
Di tempat terpisah, PS. Danramil 0808/11 Binangun, Lettu Inf. Joni Chandra mengatakan, keterlibatan Babinsa dalam kegiatan pertanian ini adalah bentuk kepedulian TNI terhadap masyarakat.
"Kami selalu mendukung program pemerintah, khususnya dalam bidang ketahanan pangan. Kehadiran Babinsa di tengah petani adalah wujud nyata kemanunggalan TNI dan rakyat. Dengan semangat gotong royong, kami optimis swasembada pangan bisa tercapai,” tegasnya.
Ya, di sini, di Desa Birowo, semangat itu nyata. Bukan sekadar slogan. Bukan sekadar janji. Tapi aksi nyata
Tanah yang tadinya keras mulai melunak. Setiap ayunan cangkul, setiap tetes keringat, adalah simbol harapan. Harapan bahwa desa kecil ini mampu memberi kontribusi besar bagi ketahanan pangan nasional.
Lebih dari sekadar olah lahan, kegiatan ini menjadi simbol sinergi. Ketika TNI dan rakyat bersatu, tidak ada yang tak mungkin. Sawah yang tadinya kosong kini siap diisi bibit padi. Ladang yang tadinya kering kini mulai menampakkan janji kehidupan. (*)
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |