TIMES SURABAYA, SURABAYA – Eks lokalisasi Dolly yang difungsikan sebagai tempat ekonomi kreatif Kota Surabaya kembali dihidupkan oleh Universitas Kristen (UK) Petra atau Petra Christian University (PCU) Surabaya melalui program unggulan, Pesona Batik Dolly.
Bertajuk “Penguatan Industri Rumah Tangga dan Usaha Mikro (IRT-UM) Batik Berbasis Kemitraan: Strategi Pemberdayaan Perempuan di Eks Lokalisasi Dolly” yang didanai oleh Kedaireka Kemenristekdikti, sejumlah kegiatan tersaji dengan apik mulai dari pameran, mini workshop, fashion show hingga launching DompetNgedol.ly.
Dimeriahkan dengan pameran berbagai motif canting cap ramah lingkungan berbahan karton Duplex lengkap dengan hasil inovasi produk batik motif khas kampung Dolly. Proyek ini menggandeng dua mitra utama yang ada di Eks Lokalisasi Dolly, yaitu Yora Collection dan Gen's Craft. Kedua mitra tersebut beberapa waktu terakhir menghadapi tantangan seperti keterbatasan alat produksi, strategi pemasaran yang belum maksimal, serta pengelolaan keuangan yang belum optimal.
“Antusias para peserta pelatihan canting cap ramah lingkungan ini sangat tinggi. Bahkan bapak-bapak juga ikut tertarik membuat bersama istrinya motif yang baru dari canting bahan karton Duplex itu. Tercatat ada 80 kain batik dan mampu menghasilkan 20-25 motif batik baru khas kampung Dolly hanya dalam kurang lebih sebulan,” ujar Aniendya Christianna, ketua program sekaligus dosen program studi DKV PCU.
Berbagai motif batik baru lahir. Misalnya seperti “Batik Dollyptera” yang digambarkan dengan kupu-lupu sebagai simbol transformasi dan kolaborasi Dolly dan Petra, “Batik Tandur Anggur” yang digambarkan dengan berbagai variasi pertumbuhan anggur mulai batang, daun sampai dengan berbuah lebat yang menunjukkan proses transformasi sosial yang dialami warga Dolly.
"Kemudian “Batik Keluakmaniak” dan “Batik Cincaumani” yang menceritakan kuliner khas Dolly, seperti rawon Dolly dan es cincau, “Batik Ramahanak” yang menggambarkan situasi terkini Kampung Dolly yang ramah terhadap pertumbuhan anak-anak, serta “Batik DD atau Dolly Disel” sebagai pengingat atau mengenang Kampung Dolly yang dahulu dikenal sebagai kampung diesel-mesin pembangkit tenaga listrik untuk menyalakan lampu di rumah-rumah warga," jelas Aniendya yang akrab dipanggil Nindy.
Acara semakin semarak saat Pesona Batik Dolly yang digarap Yohan Gunawan Henuk ini menampilkan rangkaian pemasaran yang sudah dilakukan beberapa bulan lalu.
Dimeriahkan dengan fashion show 80 kain yang sudah dihasilkan, kurang lebih 25 kain batik di-styling dengan apiknya dan dibawakan oleh para warga. Selain itu, kain batik lainnya juga digunakan seragam oleh para peserta pelatihan kemudian sisanya dipamerkan dalam booth.
"Adanya mini workshop juga membuat acara semakin meriah, proses pembuatan canting cap ramah lingkungan sampai aplikasinya di atas selembar kain sebagai upaya mengenalkan dan memasarkan produk-produk batik khas Kampung Dolly," imbuhnya.
Lebih lanjut, kegiatan ini sejalan dengan visi pemerintah Kota Surabaya dalam mentransformasi kawasan Putat Jaya menjadi pusat ekonomi kreatif yang berbasis seni dan budaya.
“Jadi semoga kegiatan yang melibatkan kolaborasi aktif antara tim dosen lintas prodi di PCU, mahasiswa, dan masyarakat RW 12 Putat Jaya ini diharapkan dapat menciptakan model usaha mandiri yang berkelanjutan, memperkuat peran perempuan dalam ekonomi lokal, serta memperluas jangkauan pasar produk batik,” pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Transformasi Eks Lokalisasi Dolly Kembali Dihidupkan melalui Pesona Batik Dolly Persembahan UK Petra
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |