https://surabaya.times.co.id/
Berita

Perjuangan Rayan, Pecatur Cilik yang Berkompetisi di Catur Non-Master Probolinggo

Minggu, 18 September 2022 - 07:57
Perjuangan Rayan, Pecatur Cilik yang Berkompetisi di Catur Non-Master Probolinggo Makan eskrim adalah salah satu cara pecatur cilik, Rayan, untuk merefresh otak sebelum bertanding. (FOTO: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)

TIMES SURABAYA, PROBOLINGGOKompetisi Catur Non-Master yang digelar di kafe Alino Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Sabtu (17/9/2022), juga diikuti oleh pecatur cilik untuk merebut Piala Raja. Rayan, adalah salah satu pecatur cilik tersebut.

Sedikitnya ada sekitar 5 pemain cilik yang mengikuti turnamen non-master tersebut. Rentan usia mereka sekitar 9-11 tahun dengan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Meski usianya tergolong junior, namun dalam pertandingan itu mereka harus melawan para pemain dewasa dan lanjut usia (lansia).

Salah satunya adalah Narayana Mulya Wicaksana, asal Desa Bulu Jaran Lor Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Bocah usia 10 tahun ini harus bertanding 8 kali match dengan lawan yang usianya jauh di atasnya.

Pecatur-Cilik-B.jpgAyah Rayan, Ahmad Mulyono (kanan), selalu mendampingi buah hatinya selama mengikuti pertandingan catur. (FOTO: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)

Diketahui, dalam kompetisi itu menganut sistem swich atau mixing. Dimana seluruh peserta akan bertanding selama 8 kali match dengan lawan yang berbeda-beda. Tanpa ada kelas usia maupun pengalaman bermain. Selama mereka tidak masuk dalam kategori master.

Bocah yang akrab disapa Rayan ini, ternyata berhasil menduduki peringkat 18 dari 150 peserta. Dalam 8 kali pertandingan, ia berhasil menang sebanyak 5 kali pertandingan dan sekali remis. Ia berhasil memperoleh skor 22,25.

Angka itu cukup menakjubkan untuk pemain seusia Rayan yang masih di duduk di kursi SD dan baru belajar selama tiga tahun terakhir. Selain itu, ia mampu mengalahkan ratusan musuh lainnya yang usia jauh lebih tua dari asal kota yang berbeda-beda.

Meski mentalnya sempat down dalam pertandingan awal, Rayan rupanya berhasil mengembalikan semangatnya dan menyusul skor yang tertinggal. Wajah garang lawan tak lagi membuat mentalnya terpuruk. Ia pun telah menyadari bahwa kekalah dia di awal bukan karena strategi, melainkan aturan timer.

Rayan yang kini juga belajar di Sekolah Catur Bromo, rupanya harus banyak beradaptasi pada lingkungan tempat ia bertanding. Lokasi Kompetisi Catur Non-Master itu berada di ruang terbuka. Para pemain pun banyak mengobrol yang menimbulkan kebisingan.

Sebab selama ini, Rayan banyak bertanding dalam turnamen di luar daerah yang berada di dalam ruangan. Baik di Gresik, Malang, Sidoarjo dan sejumlah tempat lainnya. Meski tak semuanya membawa pulang piala. Namun, beberapa pertandingan bergengsi pernah dirasakannya.

Selama ini, Rayan banyak belajar dari pengalamannya. Serta arahan dari ayahnya, Ahmad Mulyono. Setiap bertanding ia selalu ditemani sang ayah. Nasihat dan semangat banyak ia dapatkan dari sang ayah selama pertandingan berlangsung.

Pecatur-Cilik-C.jpgRatusan pecatur sedang adu skill dan strategi dalam Kompetisi Catur Non-Master. (Foto: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)

"Suka aja, karena strateginya bisa mengasah otak. Belajar sendiri, kadang juga belajar ke sekolah catur itu," ungkap Rayan saat ditemui usai bertanding.

Sementara itu, Inisiator Kompetisi Catur Non-Master, M. Arief Raditya Putra menyampaikan, kompetisi tersebut tidak mengenal usia. Di hadapan aturan itu semua usia dipukul rata. Para peserta akan bertanding secara acak oleh sistem.

Ia tak menyangka bakal ada pemain cilik yang ikut bertanding. Itu pun tak sedikit. Ada pula pemain dari kalangan kaum hawa dan kalangan santri. Mereka saling adu skill untuk mempertahankan posisinya. Semakin banyak skor kemenangan, posisi kursinya akan bergeser ke barisan depan.

"Konsep meja kami bikin sedikit unik. Semakin ke depan mejanya semakin bagus, suasananya semakin kondusif. Semakin kebelakang, mejanya semakin jelek dan tidak kondusif. Agar pemain semakin bergairah untuk merebutkan kursi dalam pertandingan," ungkap pria yang akrab disapa Ade itu.

Sekadar informasi, tiga juara Kompetisi Catur Non-Master itu telah mendapatkan pemain terbaiknya. Yaitu, Juara 1 didapat oleh M. Nurul Huda dari Kota Probolinggo, Juara 2 diperoleh Jamiuddin dari Pion Mas Kraksaan, dan Juara 3 diperoleh Moh. Raihan F dari Kota Probolinggo. (*)

Pewarta : Abdul Jalil
Editor : Muhammad Iqbal
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.