TIMES SURABAYA, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Tim ITS melakukan asesmen untuk memeriksa keretakan tembok gedung di Rumah Sakit Universitas Airlangga (Unair), Sabtu (23/3/2024).
Gedung mengalami keretakan akibat gempa berkekuatan magnitudo M 6,5 yang berpusat di Laut Jawa, Tuban dan Bawean pada Jumat (22/3) sore kemarin. Berdasarkan data BMKG, terjadi 153 gempa bumi susulan hingga 23 Maret 2024 jam 07:50 WIB. Gempa ini merusakkan sejumlah bangunan gedung bertingkat. Termasuk Gedung Trimed RS Unair Surabaya.
Kerusakan terpantau pada bagian jalan penghubung di Graha Trimed. Posisi gedung aman, hanya roboh pada tembok penghubung antara dua gedung itu. Saat ini seluruh aktivitas gedung itu dikosongkan dan berpindah ke Gedung Utama RS Unair.
Wali Kota Surabaya meminta Tim ITS menghitung seberapa kekuatan gempa yang menjadi acuan pembangunan gedung maupun bangunan tinggi. Begitu pula sejak kajian Sesar Kendeng-Waru, Sesar Jawa-Kalimantan (palung) beredar, wali kota langsung memetakan mitigasi bencana.
Termasuk meminta setiap pemilik gedung menghitung kembali kekuatan struktur bangunan. Terutama bangunan di atas satu lantai.
"Ketika membuat struktur tadi, penghitungan gempanya berapa kita ngecek kembali semuanya," kata Wali Kota Surabaya.
Ia mengimbau masyarakat tidak panik dan tetap mewaspadai potensi terjadinya gempa melalui identifikasi gerakan di sekitar. Seperti termos jatuh, lampu keras bergoyang dan pergeseran tanah. Apalagi Kota Surabaya dilewati oleh Sesar Waru.
"Sudah lama ini, semua gedung juga menghitung kembali kekuatan. Sekarang sudah ada perbaikan dan yang dilewati sesar kita ingatkan untuk selalu waspada," kata Wali Kota Surabaya.
Sementara itu, Assistant Professor of Structural Engineering ITS, Dr Ir Mudji Irmawan Arkani menjelaskan, asesmen ini guna memastikan kekuatan struktur bangunan.
"Ada dua hal, nanti asesmen dalam waktu cepat untuk menyatakan struktur kuat atau dalam jangka panjang karena ini kan tidak hanya hari ini saja," kata Dr Mudji.
Hasil rekomendasi asesmen akan diserahkan kepada pemerintah kota kemudian baru disampaikan kepada pihak RS Unair.
"Yang penting menyampaikan pada RS Unair bahwa struktur gedung ini masih mampu memberikan pelayanan kepada pasien dengan aman," tandasnya.
Dia menambahkan bahwa pada prinsipnya saat perencanaan pembangunan gedung bertingkat sudah memperhitungkan potensi kerawanan gempa.
"Angka keamanannya dua kali dari rumah biasa. Jadi kalau kita melihat sekarang ini bangunannya kokoh, ini memang sudah mempertimbangkan hal itu," katanya.
Ia menyebut bahwa sesar yang bergerak kali ini adalah Sesar Palung Jawa-Kalimantan. Dengan intensitas gempa susulan melebihi 100 kali dan hantaman terbesar M 6,5 ia menilai Gedung RS Unair masih mampu menerima beban goncangan.
"Karena kita memang sudah dua kali bebannya. Jadi kalau pak wali mengatakan ini aman, dan sebagainya itu sudah diperhitungkan melalui proses perencanaan dalam P-APBD sudah disetujui oleh kota dan mempunyai kemampuan yang cukup dalam menerima beban gempa," jelasnya.
Pihaknya juga akan terus bekerjasama dengan RS Unair untuk memeriksa lebih detail apakah ada kerusakan yang mungkin cukup berarti agar pasien tidak takut untuk kembali ke ruangan.
"Tentunya kita tidak bisa langsung menyatakan kuat, kami akan terus bekerjasama dengan RS Unair untuk memeriksa lebih detail apakah ada kerusakan yang cukup berarti. Tapi dari perencanaan sudah mempertimbangkan adanya gempa. Tapi tetap kita nggak boleh terlalu percaya diri, kita tetap harus hati-hati kita akan periksa secara detail. Nanti pihak RS Unair bisa menerima pasien tidak ragu-ragu lagi," katanya.
Selain RS Unair, pengecekan bangunan tinggi juga menyasar Balai Kota Surabaya, Siola Tunjungan, dan RS Soewandhie serta fasilitas umum lain.
"Pak wali minta semua betul-betul yakin bahwa kerusakan yang muncul cuma sekunder, bukan primer, non struktural. Kalau plafonnya jebol itu normal. Kalau balok plafonnya pecah, ini yang harus kita lakukan penguatan," tandasnya.
Wakil Direktur Keuangan dan Sumber Daya RS Unair, Dr. dr. Abdulloh Machin, Sp.N(K) menuturkan, saat ini 167 pasien sudah kembali ke ruang perawatan setelah bermalam di tenda pengungsi.
Pemindahan ini setelah memastikan kondisi gedung aman tak ada gempa susulan. Saat ini masih dibuka tiga lantai di Gedung RS Unair. Ia memastikan belum ada laporan fasilitas medis yang mengalami kerusakan. Sedangkan pasien di Ruang ICU masih tertangani di Gedung UGD lantai 1.
"Intinya kita melakukan sesuai SOP kalau ada gempa bumi yang penting pasien dan pengunjung serta civitas hospital itu aman dulu, untuk menjamin keamanan dari pasien, maka kami menginstruksikan untuk melakukan asesmen dari gedung ini apakah ada dampak-dampak yang perlu dilakukan treatment pasca gempa ini," ujarnya.
Ia bersyukur berdasarkan hasil kajian asesmen Unair menyatakan gedung rumah sakit aman. "Tinggal kita menunggu asesmen dari Tim Pemkot dan ITS," katanya.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Wali Kota Surabaya Minta Akademisi ITS Hitung Ulang Kekuatan Gedung Bertingkat
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Faizal R Arief |