https://surabaya.times.co.id/
Berita

Dari Dulu Tidak Banyak Berubah, Begini Sejarah Stasiun Kota Baru Malang

Sabtu, 20 April 2024 - 21:41
Dari Dulu Tidak Banyak Berubah, Begini Sejarah Stasiun Kota Baru Malang Stasiun Kota Baru Malang yang diambil pada tahun 1939 (atas) dan foto yang diambil pada April 2024. (Istimewa)

TIMES SURABAYA, MALANGStasiun Kota Baru atau yang sekarang disebut dengan Stasiun Malang banyak menyimpan sejarah berharga. Tempat pemberhentian kereta api ini menjadi salah satu Bangunan Cagar Budaya yang dimiliki oleh Kota Malang. 

Hal itu terpatri sejak Wali Kota Malang Sutiaji menerbitkan Surat Keputusan (SK) Penetapan Bangunan Stasiun Kota Baru sebagai Bangunan Cagar Budaya pada Desember 2018.

Dikutip dari SK yang dikeluarkan oleh Pemkot Malang, Stasiun Kereta Api Kota Baru dibangun pada tahun 1939 menghadap barat. Sedangkan stasiun yang sebelumnya menghadap ke Timur yaitu di Jalan Panglima Sudirman. Gaya arsitekturnya bergaya kolonial modern atau nieuwbouwen. Cirinya adalah bentuk-bentuk kubus dan horizontal serta vertikal yang sangat mendominasi fasad bangunan.

Stasiun Stasiun Kota Baru ini termasuk dalam daerah operasi VIII Surabaya juga merupakan stasiun kereta api terbesar di Kota Malang. Ada dua stasiun kereta api di Kota Malang, yaitu Stasiun Kota Lama yang terletak di jalan Martadinata dan Stasiun Kota Baru yang berada di jalan Trunojoyo Malang.

Stasiun Malang dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuan dibangunnya jalur kereta api ini untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu.

Jaringan jalan (rel) kereta api masuk Malang sejak tahun 1876 dan mulai beroperasi di Kota Malang pada 20 Juli 1879. Jurusan yang ada adalah Surabaya-Malang yang dihubungkan dengan 4 buah kereta api (dua berangkat dari Malang, dua dari Surabaya). Pada awal beroperasinya Stasiun Kota Malang, stasiunnya menghadap ke timur atau ke kawasan militer (Jl. Panglima Sudirman).

Setelah tahun 1930 orientasi stasiun kereta api itu dipindahkan ke barat (Jl. Trunojoyo), sesuai perkembangan kota. Stasiun Kota Baru awalnya selain sebagai moda transportasi tetapi juga dibangun untuk mendukung keperluan militer tentara Belanda di Rampal. Pembangunan stasiun yang berdekatan dengan pangkalan militer tersebut dilakukan untuk mempermudah akses tentara Belanda.

Pada bangunan Stasiun Spoor Kota Baru Malang yang dibangun oleh Landsgebouwendienst (Jawatan Gedung Negara) dan dikerjakan oleh Algemeen Indegenius en Architecten ini terdapat desain bangunan yang dipergunakan sebagai ruang perlindungan serangan udara karena saat itu berkembang seruan pertahanan menjelang Perang Dunia ke II. Sehingga dibuat terowongan antara peron 2 ke peron 3 untuk melindungi warga dari serangan. Terowongan ini berada dibawah jalur kereta api stasiun.

Pada tahun 1927 rencana pemindahan stasiun itu dibicarakan ke dewan kota, tetapi baru tahun 1930 pemindahan tersebut dilaksanakan. Kesan monumental pada bangunan stasiun kereta api Malang yang baru dibuat dengan membangun jalan kembar dengan taman di tengahnya.

Jalan kembar yang sering disebut boulevard itu kemudian dinamakan Deandels Boulevard. Bangunan stasiun kereta api Malang merupakan ujung dari jalan Deandels Boulevard (Jl. Kertanegara). Stasiun Malang merupakan contoh arsitektur kolonial modern yang berkembang di Malang.

Stasiun Malang Kota Baru mencerminkan gaya International Style dengan langgam Art Deco dengan elemen-elemen pendukungnya berupa dominasi atap datar. Memiliki bentuk bangunan yang didominasi dengan bentuk kubisme dengan ketinggian bangunan yang tidak menonjol. Juga penggunaan ornamen yang sederhana dan tidak terlalu banyak, serta bentuk bukaan yang sederhana dan tidak menggunakan ukuran yang besar.

Walau telah terjadi perubahan dan penambahan bangunan, namun bentuk bangunan dasar masih dipertahankan dan masih bisa dilihat kekhasan dari banguna Stasiun Kota Baru ini.

Bentuk bangunan sangat berkaitan dengan gaya bangunan. Pada bangunan Stasiun Kota Baru ini, elemen-elemen bangunan masih dipertahankan keasliannya, sehingga gaya bangunan International style masih jelas terlihat.

Beberapa kali memang terjadi penambahan pada visual bangunan, seperti penambahan canopy di pintu masuk yang saat ini sudah tidak digunakan lagi. Terdapat penambahan canopy di depan sayap kanan dan kiri bangunan stasiun yang difungsikan sebagai area tunggu. Hal ini dapat mengurangi nilai gaya dan keaslian bangunan Stasiun Kota Baru Malang secara visual. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.