TIMES SURABAYA, SURABAYA – Dalam peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2025 di Surabaya, Selasa (16/12/2025), namanya dipanggil beberapa kali oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
"Bupati Trenggalek hadir ya," kata Khofifah dari atas panggung dan diulangi lagi seraya tersenyum.
Pagi itu sejumlah bupati pilihan hadir untuk menyambut puncak peringatan hari paling penting dalam agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi. Tidak semua bupati datang. Mereka mengikuti jalannya kegiatan yang juga dihadiri oleh Ahli Utama Itjen Kemendagri Azwan.
Selesai acara, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin berjalan dengan santai menuju lift tanpa pengawalan. Memakai kopiah hitam dan jaket kulit warna senada, ia berdiri paling pojok di antara undangan yang bukan pejabat utama. Dari lantai 10 hingga lantai dasar, ia 'terjepit' sambil asyik memainkan handphone di tangan khas anak muda.
"Bupati Koboi" pengagum Bung Karno ini seolah tak peduli posisinya sebagai sebagai seorang pejabat nomor satu di Trenggalek.
Setiba di lantai bawah, Bupati Arifin terus berjalan menuju parkiran seorang diri. Sementara orang-orang hanya berani berbisik : "Iku lak Bupati Trenggalek." (Itu kan Bupati Trenggalek). Benar-benar tak menyangka sesederhana dan sesantai itu sosoknya.
Muda dan Berbahaya bagi Mafia
Muda, santai, dan berbahaya. Karakter itu memang telah melekat kuat pada suami anggota DPR RI Novita ini.
Pria berusia 35 tahun itu sangat aktif menyapa masyarakat di dunia digital maupun nyata. Punya program Mas Ipin Lapor Rakyat, tempat ia membagikan semua kegiatan, pertemuan penting, dan permasalahan daerah yang harus dituntaskan secara kolaboratif.
Bahkan, Bupati Arifin mungkin satu-satunya kepala daerah yang berani bersuara lantang menantang para 'mafia tambang' yang ingin mengacak-acak perut gunung di daerahnya.
Misal pada Oktober 2025 lalu, Arifin tegas menolak rencana kunjungan ahli geologi. Surat permohonan penelitian kandungan emas yang melibatkan akademisi perguruan tinggi itu ditujukan kepada pihak perusahaan swasta, bukan kepada dirinya yang mewakili warga.
"Ini media sosial saya, silahkan DM kalau ingin melakukan penelitian untuk kepentingan pengayaan ilmu dan riset di Kabupaten Trenggalek. Tidak perlu bersurat pun saya pasti balas. Tetapi menggandeng swasta yang mendapatkan penolakan dari warga karena berpotensi merusak ekologi atas rencana eksplorasi yang akan dilakukan, saya berpesan mohon hati-hati. HATI-HATI."
"Ijin kulonuwun itu kepada masyarakat, bukan kepada swasta!!!"
Demikian tulisnya secara terbuka. Arifin tak segan menindak perusahaan asing yang mencoba memetakan potensi tambang diam-diam. Ia mengajak salah satu organisasi pemerhati lingkungan yang vokal dalam penyelamatan ekologi alam.
Perusahaan tambang emas diketahui berencana memperluas jangkauan eksplorasi belasan ribu hektar lahan. Bahkan sudah ada perusahaan yang mengantongi izin pada 2019 yakni era bupati sebelumnya.
Ketika terpilih, Bupati Arifin bersikeras tak menghendaki industri ekstraktif berada di sana. Baginya, peluang pembangunan daerah masih bisa dilakukan dengan cara lain. Seperti pariwisata berbasis desa hingga pengembangan listrik tenaga surya.
Cita-citanya memang menjadikan Trenggalek sebagai daerah konservasi, agar gunung dan hutannya tetap berseri tanpa sentuhan tangan besi sekaligus membawa Trenggalek menguasai blue economy dengan kekayaan hamparan lautnya.
Ia juga memperluas sabuk hijau di kawasan pesisir selatan melalui penanaman mangrove sistem tambak.
"Selain berdampak ekologis, program ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar," kata Bupati Arifin dalam unggahan di akun @avinml.
Dalam catatan yang dilansir dari Mongabay, Bupati Arifin pernah bercerita tentang masa kecilnya yang kesulitan mendapatkan air bersih. Dari sana, ia paham bahwa alam adalah sumber kehidupan sejati yang harus dijaga sebaik mungkin.
Dia kerap berkeliling ke pedesaan, menemukan fakta bahwa sebagian masyarakat menolak adanya tambang.
"Saya kan keliling, ternyata hanya sebagian kecil yang menerima. Sebagian besar justru menolak. Mereka khawatir dengan dampak kerusakannya. Itu yang mereka sampaikan ketika saya keliling," ucapnya kepada Mongabay.
Maka dengan dasar itulah, Arifin merasa keputusan menyelamatkan alam semakin benar. Ia bertekad menjaga wilayah yang selama ini menyangga kehidupan masyarakat. Mereka yang banyak menggantungkan hidup pada hutan. Demikian pula apabila tiada hutan, maka ekosistem sumber daya air akan terganggu. Dengan alam dan wisata, Arifin seolah sudah cukup berteriak pada dunia : Trenggalek adalah kabupaten yang kaya. Ia menggerak-gerakkan sektor lain sebagai penopang berupa pelestarian budaya.
Arifin yang lekat disapat Gus Ipin itu lebih mengutamakan komunikasi dua arah dengan para pelestarinya.
Memadukan kekayaan alam dan wisata, mengundang turis global untuk menjelajahi garangnya debur ombak pantai selatan sembari menikmati suguhan tarian.
Ada pula tradisi Metri Bumi yang mulai ia kenalkan sebagai rangkaian peringatan Hari Jadi Trenggalek. Masih banyak program yang ia telurkan, dan memang dalam dunia nyata, Bupati Arifin yang pernah menjadi Wakil Bupati Termuda itu sangat bersahaja lagi lekat dengan rakyatnya. (*)
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |