TIMES SURABAYA, SURABAYA – Master Karate Japan, Shihan Sathosi Yui memberikan penghargaan DAN-IV Kehormatan kepada Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf pada Minggu (19/11/2023) kemarin.
Penghargaan ini diberikan pada Pangdam Farid Makruf atas dedikasinya terhadap perkembangan karate di Indonesia.
Presiden Perkumpulan Kyokushinkai Indonesia Dr. KPHA. Tjandra Sridjaja Pradjonggo SH., MH. dalam sambutannya mengatakan, sejak meninggalnya guru besar yakni Hanshi Nardi kurang lebih 14 tahun lalu, perkembangan kyokushinkai Indonesia disadari banyak mengalami kekurangan baik dari segi teknik maupun tradisi karate.
Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf bersama Shihan Satshosi Yui dan Pimpinan Kyokushinkai Indonesia, Minggu (19/11/2023).(Dok. Kyokushinkai Indonesia)
"Kami berupaya untuk bisa mendapatkan persetujuan dan berkenan Shihan Sathosi Yui ke Indonesia untuk memberikan training pada karateka yang ada dan dengan segala kesulitan akhirnya bisa didatangkan," katanya.
Sementara penganugerahan DAN Kehormatan oleh Shihan Sathosi Yui kepada Pangdam Farid Makruf merupakan kali kedua sejak guru besar Kyokushinkai Indonesia mmberikan DAN Kehormatan pertama kepada Mayjen TNI Wijoyo Suyono selaku Pangdam V Brawijaya.
"Ketika itu, sudah 50 tahun lalu," sambungnya.
Lebih lanjut Tjandra mengatakan, pihaknya mengusulkan dan memutuskan untuk memberikan penghargaan DAN-IV Kehormatan kepada Pangdam V Brawijaya bukan asal-asalan.
Namun, berdasarkan pada apa yang dilihat, didengar dan diketahui atas kepemimpinan Pangdam V Brawijaya sejak datang dan menjabat di Jatim.
"Pada kesimpulannya bahwa beliau adalah sosok yang rendah hati, luar biasa. Beliau adalah tentara tulen, tentara yang betul betul tentara tegas, berani bersikap dan selalu mengedepankan hukum. Inilah yang kita hormati sehingga diusulkan untuk mendapatkan DAN-IV kehormatan," jelas Tjandra.
Ia berharap ke depan Mayjen TNI Farid Makruf tidak hanya memberikan pengabdian pada masyarakat Jatim saja tetapi dapat berkesempatan memberikan pengabdian untuk seluruh Bangsa Indonesia.
"Ini adalah doa dan harapan kita, Semoga dikabulkan oleh Tuhan YME, Amin," ujar Tjandra.
Tjandra menambahkan, dia selalu mengingat pesan almarhum guru besarnya yang pernah mengatakan, bahwa karate itu adalah semi militer karena didasari kedisiplinan keras yang ditanamkan.
Maka dari itu, latihan karate harus didasari kedisiplinan dan ini juga ingin dia sampaikan pada ketua-ketua Kyokushinkai di mana saja bahwa latihan karate dasarnya adalah disiplin keras. Sebab, tanpa disiplin keras itu adalah sia-sia.
"Dan guru kami pun mengatakan, seseorang yang terlatih, tidak akan mudah untuk menjadi pengkhianat dibandingkan orang yang tidak terlatih. Oleh karena itu, harapan kita semua, dengan dasar karate kita bisa memperkokoh persatuan kita dalam lingkup persatuan berbangsa dan bernegara," ujar Tjandra Sridjaja.
Sementara Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf mengucapkan terima kasih pada Shihan Tjandra Sridjaja yang telah memberikan sabuk kehormatan DAN-IV.
Bagi Pangdam Brawijaya, atas penganugerahan sabuk kehormatan DAN-IV ini, berarti dirinya memikul tanggung jawab yang besar.
"Ini adalah ujian bagi saya, bukan hanya kebanggaan tetapi sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab yang besar," ungkapnya.
Mengapa begitu?
"Karena sejak muda saya sudah tidak asing dengan karate , saya lahir dan besar dari Kopassus. Saya dibesarkan dari satuan baret merah yang pertumbuhannya didasari pertempuran. Jadi saya tidak asing dengan bela diri, kalau dalam pencak silat saya menganut Merpati Putih, tetapi dalam bidang bela diri saya menganut karate," ujarnya.
Pangdam bercerita, ia menyelesaikan training karate 2005 aliran inkai sampai DAN-I. Pada saat menjabat Komandan Batalyon 32.
"Pada waktu itu pelatih saya adalah Adven Bangun. Setelah itu, saya dituntut untuk menyelesaikan DAN-II akan tetapi karena ada penugasan saya tidak sempat mendalami karate," ujar Pangdam Brawijaya.
Ketika Tjandra menawarkan DAN-II, dirinya bersedia. Tetapi kemudian disampaikan bahwa Shihan Sathosi Yui menyetujui memberikan DAN-IV kehormatan dan tentu ini bagi Pangdam suatu hal yang lebih berat lagi.
"Mari kita ambil manfaat dari karate, karate adalah keterampilan tangan kosong. Kenapa saya senang dengan keterampilan tangan kosong? karena sama dengan filosofi Kopassus Indonesia. Pada pertempuran terakhirnya maka harus bisa menggunakan instrumen di tubuhnya untuk pertempuran terakhir. Kalau semua peluru sudah habis, semua senjata sudah tidak ada, maka seluruh anggota di tubuhnya harus bisa digunakan untuk menaklukkan musuh. Untuk itu saya menyukai bela diri," ucap Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |