https://surabaya.times.co.id/
Berita

Jovan Zachary Winarno, Pria Surabaya yang Menjadi Tentara Amerika

Jumat, 06 Agustus 2021 - 13:47
Jovan Zachary Winarno, Pria Surabaya yang Menjadi Tentara Amerika Jovan Zachary Winarno Pria Surabaya yang Jadi Tentara Amerika Serikat. (Foto: Instagram Jovan Zachary Winarno)

TIMES SURABAYA, SURABAYA – Siapa sangka seorang pria berusia 20 tahun yang awalnya tak bisa berbahasa inggris akhirnya menjadi prajurit Angkatan Laut Amerika Serikat (AS). Dia adalah Jovan Zachary Winarno. Melalui kanal youtube-nya ia terlihat memakai baju tentara Amerika Serikat, ia juga banyak menceritakan kesehariannya menjadi tentara Amerika.

Di kutip dari Website VOA Indonesia, Jovan memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat dan lahir di AS. Namun, saat berusia 6 bulan ia bersama keluarganya  pun pulang ke Indonesia tepatnya ke Surabaya. Lalu saat berusia 17 tahun yakni pada tahun 2018 lalu, ia berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di AS dan ia pun memberanikan diri pindah ke AS yakni di Los Angeles California. 

Jovan Zachary b

“Jarene kabeh kuliah, malah dadi tentara, yo opo sih kon iku?” (“Katanya semua kuliah, kok malah jadi tentara? Gimana sih kamu itu?”) cerita Jovan lewat wawancara Skype dengan VOA beberapa waktu lalu.

Jovan mengaku saat itu ia tak bisa berbicara bahasa Inggris. Ia pun mulai belajar secara berlahan.  “Enggak bisa ngomong Inggris sama sekali. Di bilang lancar juga enggak. Ya lumayan lah,” ujarnya.

Saat berada di AS, ia tak lantas kuliah ataupun menempuh pelatihan militer. Ia mengaku ingin merasakan bekerja terlebih dahulu. Akhirnya dibantu teman ayahnya, ia lalu pindah ke Texas dan bekerja sebagai pelayan restauran selama 6 bulan.

Awal mula ia menjadi tentara, ia mendapat informasi mengenai keuntungan menjadi tentara di AS.

Jovan Zachary c

“Setelah itu ada anaknya temen papa saya, dia tawarin saya apa mau masuk tentara. Akhirnya saya masuk, setelah tahu ada banyak benefit-nya,” tuturnya.

Ia akhirnya tertarik menjadi tentara karena melihat berbagai keuntungan, seperti tunjangan sekolah, asuransi kesehatan, tempat tinggal, makan sehari-hari, dan biaya untuk ke tempat kebugaran.

Tak serta merta perjalannya menjadi tentara AS berjalan dengan baik. Keputusannya menjadi tentara ini mengagetkan orang tuanya yang berada di Surabaya.

“Awalnya (keluarga) kayak, ngapain gitu masuk tentara?,” kata Jovan.

Ayah Jovan, Susanto Budi Winarno tak lantas mengiyakan keputusan Jovan itu. Menurut Susanto, menjadi tentara adalah pekerjaan yang sangat beresiko.

“Tapi saya juga ndak bisa membatasi ya antara ruang gerak saya dan dia,” ujar Susanto Budi Winarno melalui wawancara virtual Skype dengan VOA.

Jovan pun akhirnya menjadi tentara, ia pun meniukuti pelatihan ketat selama dua bulan bersama 20 orang lainnya. Awalnya, Jovan merasa takut akan pilihannya menjadi tentara.

“Soalnya kan ya, gimana ya, enggak kepikiran sekali. Kayak orang awam, kalau mikirnya tentara kan, pasti (ketat). Kalau udah ke tentara, kan pasti, ‘oh perang ini.’ Cuman kalau udah ke sini, kalo udah masuk ke tentara, udah biasa gitu,” tambahnya.

Selama pelatihan, Jovan harus bangun sekitar jam 4 pagi dan tidur pukul 10 malam. Ia pun kerap diberi tugas untuk jaga malam sekitar 2-4 jam. Di tempat pelatihan ia sangat digembleng.

“Kayak dimarah-marahi,” tambahnya.

Saat mengikuti tes yang akan menentukan spesialisasinya di militer AS, Ia akhirnya memilih jabatan sebagai teknisi kapal yang bertugas dalam pengecekan pada mesin kapal angkatan laut yang tengah bersandar.

Jovan bertugas sebanyak tiga kali seminggu mulai pukul 7 pagi hingga 4 sore. Menurutnya, pekerjaan sebagai teknisi kapal tidak sulit, karena ia tinggal mengikuti buku panduan.

Meski sudah mejadi tentara dan bekerja sebagai teknisi kapal, ia pun merasa keterbatasan bahasa menjadi kendalanya. Bahkan ia pun sempat takut untuk ngomong saat sedang bertugas.

“Saya biasanya (menerjemahkan) dulu kalau misalnya enggak tahu apa yang saya mau omongin. Habis itu saya baru ngomong,” katanya.

Menurut Jovan, penghasilan seorang tentara setingkat dirinya bisa mencapai sekitar Rp575-Rp718 juta per tahun. Ia pun ditugaskan di San Diego Californoa. Ada kalanya, Jovan mendapat tugas untuk berlayar hingga beberapa bulan.

Selama berlayar, ia sempat hilang kontak dengan keluarganya hingga dua minggu, karena tidak ada sinyal. Setelah bersandar, Jovan pun lalu baru menghubungi orang tuanya.

“Mereka kayak panik gitu. Ini orang ke mana? Kok enggak hubungi?” kata Jovan.

Sejak resmi menjadi tentara angkatan laut AS dua tahun lalu, Jovan yang berpangkat E4 (tamtama) sudah bernah berlayar hingga ke Panama, Ekuador, El Salvador, dan Kolombia.

Terkadang ia juga harus berlayar hingga berbulan-bulan. Jauh dari keluarga dan kesulitan dalam berkomunikasi selalu membuatnya rindu keluarga.

“Pas lagi berlayar tahun lalu. Empat bulan kalo enggak salah. Jadi kita bisa kontak keluarga itu paling sehari sekali, sejam doang. Itu aja sih,” ceritanya.

Selain bertugas memelihara dan merawat mesin kapal, Jovan kembali mengikuti berbagai pelatihan saat berlayar. Biasanya saat bersandar, Jovan dan tentara yang lain diberi waktu untuk jalan-jalan di negara tujuan. Namun, selama pandemi Covid-19 ini, mereka tidak diperbolehkan.

“Jadi kita pas bersandar cuman di pinggirannya doang. Enggak bisa ngapa-ngapain juga. Jadi kayak, boring gitu. Bosan,” kata Jovan.

Ia berharap ada banyak temannya bisa mengikuti jejaknya. “Kalau tentara kan kita harus jauh dari keluarga, dari teman. Kayak kehidupan sudah berbeda 100 persen,” jelasnya.

Jovan masih belum yakin apakah ia akan berkarir lama sebagai tentara angkatan laut AS. Namun, sekarang ini ia masih akan meneruskan kontrak kerjanya hingga tahun 2024.

Walau kini sudah bekerja, Jovan tetap gigih mengejar cita-citanya untuk bisa kuliah di Amerika, sesuai janjinya kepada orang tua. Rencananya, Jovan ingin mengambil jurusan yang berhubungan dengan mesin, sesuai dengan profesinya.

“Di berjanji sama saya, dia harus lulus S1. Itu prinsipnya dia,” kata Susanto.

Susanto berharap, Jovan bisa menggapai cita-citanya dan lulus sebagai seorang insinyur di Amerika. Tak ketinggalan, Susanto berpesan kepada Jovan Zachary Winarno, meskipun sudah menjadi tentara Amerika Serikat,  agar tidak menjadi orang yang sombong. “Jangan sombong, tetap membantu orang yang memerlukan bantuan,” ujarnya. (*)

Pewarta : Khusnul Hasana (MG-242)
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.