https://surabaya.times.co.id/
Berita

Pencemaran Limbah di Sungai Brantas Terus Terjadi, Ecoton Protes Lewat Aksi Teatrikal

Sabtu, 14 September 2024 - 18:52
Pencemaran Limbah di Sungai Brantas Terus Terjadi, Ecoton Protes Lewat Aksi Teatrikal Aksi menyiram air Sungai Brantas yang tercemar kandung besi di trotoar Grahadi oleh Ecoton Foundation. (FOTO: Istimewa)

TIMES SURABAYA, SURABAYAPencemaran limbah di Kawasan Sungai Brantas terus terjadi. Sejumlah biota sungai ditemukan dalam kondisi mabuk dan mati. 

Sepanjang tahun 2024, masih banyak industri yang membuang limbah ke sungai. Pembuangan limbah tanpa diolah ini dinilai menjadi penyebab ikan mabuk dan mati. 

Puluhan aktivis dari Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton Foundation) menggelar protes melalui aksi teatrikal di Gedung Negara Grahadi Jawa Timur, Jumat (13/9/2024).

“Aksi ini digelar untuk mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Timur agar segera melakukan pengawasan ketat dan penertiban terhadap sumber-sumber pencemaran Sungai Brantas, serta memulai proses rehabilitasi ekosistem yang telah rusak akibat polusi," kata koordinator aksi, Alaika Rahmatullah.

Aksi ini diperkuat dengan temuan pencemaran terbaru pada 2 September 2024 di Sungai Wonokromo Surabaya, sehingga semakin memperburuk kondisi Sungai Brantas. 

Sementara berdasarkan temuan Ecoton pada tahun 2024, 10 industri turut andil dalam pencemaran Sungai Brantas.

“Pemerintah abai dalam melakukan pengawasan terhadap pencemaran di Sungai Brantas. Tahun 2024 kami menemukan 10 industri berkontribusi terhadap pencemaran Sungai Brantas yang membuang limbahnya tanpa diolah. Kondisi ini mencerminkan kurangnya komitmen pemerintah dalam menjaga lingkungan dan melaksanakan penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang mencemari sungai,” kata Alaika. 

Yang terbaru, Ecoton menyusuri Sungai Brantas Rabu (11/9/2024). Hasil identifikasi baru, zat limbah yang mencemari sungai memiliki kandungan besi (Fe) sebesar 88,25 ppm dan TDS mencapai 28.500 ppm yang mengalir ke Kali Surabaya, anak dari Sungai Brantas.

“Air yang dikonsumsi dengan kadar Fe yang tinggi bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan biota lainnya, ini bisa mengakibatkan kerusakan organ seperti hati atau jantung,” tuturnya. 

Sementara, mengonsumsi air dengan TDS tinggi dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko gangguan ginjal dan penyakit kardiovaskular karena banyak mineral atau polutan berbahaya seperti logam berat yang terkandung dalam air. 

Indonesia sendiri menjadi negara di dunia yang memiliki laju kepunahan ikan tercepat kedua setelah Filipina. Berdasarkan laporan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 2023, sekitar 35% spesies ikan air tawar di Indonesia terancam punah. 

Faktor utama penyebabnya berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sekitar 60% sungai di Indonesai mengalami pencemaran berat. Akibat limbah industri dan domestik yang berdampak pada kualitas air dan kesehatan ikan. 

Data sensus ikan Ecoton 2023 di Kali Surabaya, menemukan 7 jenis ikan lokal dan ini sangat menurun drastis dibandingkan dengan data 10 tahun terakhir. (*)

Pewarta : Hamida Soetadji
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.