TIMES SURABAYA, BANYUWANGI – Banyuwangi menjalani evaluasi tahap II program Gerakan Menuju Kota Cerdas (Smart City) Tahun 2024 yang digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi).
Dalam evaluasi secara daring tersebut, Pemkab Banyuwangi memaparkan implementasi Smart City di Bumi Blambangan dalam kerangka smart governance, smart economy, smart living, smart society, dan smart environment.
Berbagai inovasi tersebut dipaparkan Asisten Administrasi Umum, Choiril Ustadi, kepada tim asesor yang terdiri atas Harya Widiputra, akademisi Perbanas; Hari Nugroho, praktisi TIK; Sri Redjeki, akademisi universitas teknologi digital Indonesia; Sri Yulianto, akademisi Universitas Kristen Satya Wacana; dan Herry Abdul Aziz, dari Kementerian Komdigi.
Dalam kesempatan itu, tim asesor memberikan perhatian pada program Banyuwangi Hijau, program pengelolaan persampahan yabg dijalani Pemkab Banyuwangi dan mendapat dujungan banyak pihak. Mulai dari korporasi, NGO, hingga pemerintahan Norwegia.
Mereka terkesan bagaimana Norwegia negara yang terkenal dengan pengolahan sampah yang baik bisa berinvestasi dan mengajak stakeholder lainnya untuk mendukung pengolahan sampah sirkular di Banyuwangi.
Salah satunya membangun Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) Reduce, Reuse, Recycke (3R) di Desa Balak Kecamatan Songgon dengan kapasitas pengolahan sampah sebesar 64 ton per hari.
Saat ini telah berdiri 26 TPS 3R di seluruh Banyuwangi, dan masih akan terus dikembangkan.
"Kami sangat tertarik bagaimana Banyuwangi bisa menarik investasi besar dan berkelanjutan dengan NGO dunia. Bahkan ini bisa berjalan hingga tahap ke-3," kata salah satu tim asesor, Hari Nugroho.
Inovasi lain yang menarik perhatian para juri adalah Mal Pelayanan Publik Digital yang pertama di Indonesia.
Atas sejumlah program tersebut, asesor lainnya Harya Widiputra menilai Banyuwangi terus menunjukkan progres terhadap implementasi smart city. Banyuwangi juga dinilai bisa menyiapkan secara maksimal 6 dimensi yang menjadi tolok ukur penilaian smart city.
“Inovasi dan prestasinya sangat beragam. Kita bisa belajar banyak dari Banyuwangi. Semoga semua hal baik ini bisa ditularkan ke daerah yang lain. Setidaknya kebaikan ini tidak hanya dirasakan oleh warga Banyuwangi, tapi juga daerah yang lain,” ujar koordinator tim asesor tersebut. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Penerapan Smart City di Banyuwangi Masih Dalam Evaluasi Tahap II oleh Tim Assesor
Pewarta | : Anggara Cahya Kharisma |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |