TIMES SURABAYA, SIDOARJO – Sebanyak 300 produk Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM asal Kabupaten Sidoarjo sudah tembus pasar ekspor asia, eropa dan amerika.
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sidoarjo, ratusan produk UMKM yang sudah tembus pasar internasional itu dominasi makanan dan minuman serta olahan ikan.
“Dari data Disperindag ada sekitar 300 pelaku UMKM yang aktif melakukan ekspor di pasar global,” kata Kabid Perdagangan Disperindag Sidoarjo, Listyaningsih di Sidoarjo, Minggu (6/7/2025).
Untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan para pelaku usaha bisa tembus pasar Internasional, Disperindag Sidoarjo kerap melakukan pendampingan.
Terlebih lagi setelah adanya kenaikan tarif ekspor ke Amerika Serikat, sehingga dibutuhkan pasar alternatif yang berpotensi bisa menampung produk UMKM dari Kabupaten Sidoarjo.
"Kami juga lakukan pendampingan melalui pelatihan dan kelengkapan legalitas dan persyaratan yang dibutuhkan, seperti merek dagang dan kualitas barangnya," ungkapnya.
Program pendampingan ekspor dilakukan setiap tahun dan di tahun 2025 ini akan dimulai bulan Juli selama tiga bulan. Peserta akan diseleksi berdasarkan kesiapan produk dan komitmen mengikuti pelatihan.
Dari pengalaman Disperindag, ketika melakukan pendampingan, masih ada pelaku usaha yang kurang serius, tidak mengikuti setiap materi pelatihan hingga tuntas.
“Kalau cuma ikut dua hari terus nggak datang lagi ya kami anggap nggak niat, kami hanya dampingi yang serius saja," ucap Listyaningsih.
Menurutnya, produk olahan masih jadi andalan ekspor Sidoarjo, terutama makanan, minuman, dan olahan ikan. Produk fashion seperti sepatu dan pakaian juga ada, tapi jumlahnya belum signifikan.
Di sisi lain, masih banyak pelaku UMKM yang belum terpantau aktivitas ekspornya karena tidak melapor ke dinas. Ada juga yang mengekspor lewat pihak ketiga atau marketplace online sehingga sulit dimonitor.
“Yang ekspor tapi nggak atas nama sendiri itu juga nggak terdata, misalnya yang di Tangulangin, mereka ekspor lewat online,” jelasnya.
Tantangan lain bagi UMKM adalah menyesuaikan kualitas produk dengan permintaan pasar luar negeri. Kadang, meski sudah ada buyer, sampel produk masih bisa ditolak karena masalah rasa atau kemasan.
“Buyer biasanya minta perbaikan kalau ada yang kurang, nah dari situ pelaku usaha harus siap terus berbenah,” pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: 300 Produk UMKM Sidoarjo Tembus Pasar Ekspor, Didominasi Mamin dan Olahan Ikan
Pewarta | : Biro Surabaya Raya |
Editor | : Deasy Mayasari |