TIMES SURABAYA, SURABAYA – Sejarah kembali menyala melalui suara-suara yang berani menuntut kesetaraan. Pada 22 Desember 1928, Kongres Perempoean Indonesia pertama di Yogyakarta menjadi penanda kelahiran gerakan perempuan modern.
Mereka memperjuangkan pendidikan anak perempuan, pernikahan tanpa paksaan, dan partisipasi perempuan dalam perjuangan bangsa—sebuah fondasi panjang bagi gerakan perempuan.
Seiring waktu, makna Hari Ibu bergeser dari spirit politik–emansipatoris menuju perayaan domestik-kultural.
Namun pada perkembangannya, kini banyak perempuan berupaya menghidupkan kembali makna awalnya, Hari Ibu adalah Hari Perempuan Indonesia—hari perjuangan, kesetaraan, dan suara yang tak pernah padam.
Dalam semangat itu, Padmedia Publisher meluncurkan antologi Rumpun Kupu-Kupu—dua belas kisah tentang perempuan yang menempuh gelap sebelum menemukan sayapnya.
Wina Bojonegoro, selaku penggagas dan pimpinan Padmedia Publisher mengatakan Rumpun Kupu – kupu lahir sebagai renungan para pembaca tentang arti perjuangan dan kemerdekaan perempuan,

“Rumah Kupu-Kupu kami lahirkan sebagai ruang renungan bagi para pembaca, apa arti perjuangan dan kemerdekaan perempuan. Buku ini mengingatkan kita bahwa setiap perempuan menyimpan sayap—meski kadang terlipat oleh keadaan,” tuturnya, Selasa (16/12/2025).
Buku Rumpun Kupu – kupu lahir dari ruang nyata harapan yang kandas, cara-cara memanggul beban tanpa perlu meratap, dapur yang sunyi, meja kerja yang penuh tuntutan, batin yang berjuang menemukan pulangnya sendiri, bahkan cinta yang layak diperjuangkan atau dilepaskan.
“Kami beharapa lewat buku ini, satu sayap itu bisa terbuka sedikit lebih lebar. Meskipun fiksi, buku ini mengajak pembacanya untuk mengembangkan sayap, dengan caranya masing-masing,” ujar pemilik rumah kreasi Oma Padma ini.
Dua belas penulis buku antologi Rumpun kupu – kupu diantaranya adalah Ni Komang Ariani, Sasti Gotama, Ana Ratri, Anindita S. Tayf, Intan Andaru, Muna Masyari, Ninuk Retno, Titik Kartitiani, Vika Wisnu, Yeti AKA, Yuliani Kumudaswari, dan Wina Bojonegoro sendiri. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Buku Antologi Rumpun Kupu-Kupu, Suarakan Kemerdekaan Perempuan
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Deasy Mayasari |