TIMES SURABAYA, JAKARTA – Kader Nahdatul Ulama (NU), Idham Cholid meluncurkan buku baru yang diberi judul: Menebar Kebajikan, Mewujudkan Kemaslahatan.
"Beberapa teman menyarankan agar saya menerbitkan buku. Sudah cukup lama saran itu disampaikan. Buku dimaksud, berisi kumpulan tulisan saya yang tersebar di berbagai media. Tapi terus terang, saya gak cukup pede. Bukan apa-apa. Saya merasa belum pantas saja. Apalagi buku yang hanya berisi kumpulan tulisan," katanya kepada TIMES Indonesia, Kamis (3/8/2023).
Ketua Umum Jamaah Yasinan Nusantara (Jayanusa) menjelaskan, ada enam bagian dalam buku setebal 338 halaman tersebut. "Klasifikasi ini hanya pengelompokan, untuk memudahkan saja, berdasarkan tema dan isi bahasan," jelasnya.
Bagian pertama, khusus tentang NU. Ada 10 tulisan. Yang paling awal, NU dan Kebangkitan Pedagang Nahdliyin, terbit pada 31 Januari 2021, khusus menyambut Harlah ke-95 NU berdasarkan kalender masehi.
Tulisan berikutnya, penilaian seputar NU. Lebih banyak ketika ormas para kiai ini hendak menyelenggarakan hajat besar, yakni Muktamar Lampung.
"Yang terakhir, setelah Muktamar, tentang formasi PBNU 2022-2027. Sangat disayangkan, tak ada bahasan tentang sepak terjang PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya, utamanya berkaitan dengan program aksi dalam rangka 1 abad NU berdasarkan kalender hijriyah," kata Ketua PMII Jombang tahun 1994-1996 ini.
Bagian kedua, tentang salah satu kader terbaik NU yang dipercaya menjadi Menteri Agama, yaitu Gus Yaqut Cholil Qoumas. Gus Men, demikian dia biasa disapa, menurutnya, menjadi fenomena tersendiri. Sepak terjangnya memimpin Ansor, gerakan pemuda NU, selama ini telah cukup mengagetkan banyak pihak.
"Tegas, lugas, tanpa basa basi. Bagaimana dia harus memimpin birokrasi kementerian yang terkesan lamban dan sering dicap penuh kepura-puraan? Inilah yang menarik. Gus Men dalam banyak hal telah menciptakan atmosfir baru di sini," jelasnya.
Bagian ketiga, pandangan dan harapan tentang kepolisian. Diawali tahniah ia kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. "Tulisan ini secara khusus saya buat berkaitan dengan pertanyaan beberapa teman dari luar Jawa tentang adanya rumor bahwa ada misi Kristenisasi di balik pengangkatan Kapolri," ucapnya.
"Maka saya harus jawab tegas, tak ada itu semua. Jika logika kepentingan itu ada, apakah para pejabat muslim, juga membawa agenda Islamisasi?," katanya lagi.
Menurutnya, kita hidup di negara Pancasila, haruslah memberikan hak yang sama kepada siapa saja. Apapun latar belakang agamanya.
Bagian keempat, ada 15 tulisan, semua berbicara tentang tokoh baik yang masih ada maupun yang telah wafat. Ada Bung Karno, Mbah Hasyim, Mbah Wahab, Gus Dur, KH. Cholil Bisri, KH. Ma'ruf Amin, Buya Syafi'i, Kang Jalal, Cak Nun, dan lainnya.
"Berbicara tentang tokoh, tak ada maksud lain, kita harus belajar meneladaninya. Itu saja. Meskipun, harus saya akui, tulisan tersebut hanya sekilas pandang. Tidak lengkap sebagaimana yang diharapkan," katanya.
Bagian kelima, tinjauan tentang peristiwa keagamaan yang sering anggap penting selama ini, seperti mawlid Nabi, puasa, lebaran, dan lainnya.
"Di sini, kita harus menyadari sepenuhnya bahwa peristiwa yang kemudian dirayakan dengan penuh kemeriahan dan suka cita itu, semestinya justru membangkitkan kesadaran akan pentingnya memperkokoh persaudaraan," jelasnya.
Lalu bagian keenam, berisi 8 tulisan, lebih kepada respons terhadap peristiwa dan isu yang mengemuka. Utamanya saat kita dilanda pandemi Covid-19. Juga soal kepemimpinan, terutama kasus yang viral tentang amplop kiai.
Pada bagian ini diawali dengan filosofi Tastes yang menurut saya harus menjadi filosofi kepemimpinan. Apa itu? Tastes, dalam bahasa santri dirumuskan, yakni antakunu ta'maluna bil-jelasin, wal-tegasin, wal-tuntasin. Ketika mengerjakan sesuatu, maka harus jelas yang dilakukan, tegas sikapnya, tuntas pula yang dikerjakannya," ujarnya.
Sekilas Idham Cholid
Idham Cholid lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 5 Juni 1970. Tamat Ibtidaiyah (1983) dan Tsanawiyah (1986) di Lembaga Pendidikan Ma'arif, kemudian MAN 1 (1990). Semua di Wonosobo.
Pernah nyantri di Tebuireng, Jombang. Semula berniat tak mau meneruskan kuliah. Tapi akhirnya masuk juga di Fisipol Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang. Diwisuda pada 9 November 1997.
Selama 7 tahun di Kota Santri. Ia juga aktif di PMII, gerakan mahasiswa, dan forum-forum kajian. Aktif pula di LSM, bergabung dengan adik-adik Cak Nun di LEPPAS; sebuah perhimpunan untuk pendidikan alternatif, pendampingan masyarakat sekitar hutan, dan pem- berdayaan pedagang kecil.
Pernah juga terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan, menjadi Ketua DPRD (1999-2004) di tanah kela- hirannya, Wonosobo. Kemudian terpilih sebagai anggota DPR RI dari PKB pada Pemilu 2004 dengan raihan suara terbanyak di Dapil VI Jateng.
Bersama Haddad Alwi dan kiai-kiai muda dari berbagai daerah, pada pertengahan 2019, menginisiasi Jamaah Yasinan Nusantara (Jayanusa), komunitas nasional yang berkomitmen untuk terus merawat tradisi, menjaga NKRI, serta mewujudkan Islam ramah dan bermaslahah.
Kini, ia banyak mendampingi para pedagang kecil di Wonosobo dan sekitarnya. Juga membersamai para remaja dalam Gerakan Towel Indonesia, komunitas milenial yang peduli berbagi kebajikan dan kemaslahatan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal Buku Idham Cholid Berjudul: Menebar Kebajikan, Mewujudkan Kemaslahatan
Pewarta | : Moh Ramli |
Editor | : Imadudin Muhammad |