TIMES SURABAYA, JAKARTA – Dunia pendidikan Indoensia akhir-akhir ini kerap mendapat sorotan, mulai dari korupsi para rektor, jual beli ijasah hingga berujung ditutupnya 23 kampus swasta.
Dan yang teranyar Temuan Brankas narkoba jenis sabu di kampus UNM atau Universitas negeri Makasar membuat geger masyarakat. Tidak tanggung-tanggung ada 3 kilo lebih narkoba jenis sabu di brankas tersebut. Yang memilukan penemuan narkoba itu bukan terjadi di sarang bandit atau lapas namun di pusat jantung pendidikan tinggi. Dan yang lebih pahitnya adalah kampus keguruan.
Sebelumnya Polda Sulsel bebrapa hari lalu, belum menyebut nama kamupus dan hanya menyatakan bahwa ada salah satu kampus yang jadi penyimpanan bungker Narkoba dan kemarin semua menjadi terang benderang bahwa kampus yang dimaksud adalah Universitas Negeri Makasar. Kampus keguruan terkemuka di Indonesia timur yang dulunya bernama IKIP Makassar.
Informasi menarik kemudian didapatkan dari pihak polisi bahwa bisnis narkoba itu dikendalikan dari lapas. Ini alarm keras untuk dunia pendidikan. Para mafia narkoba sudah mengincar mahasiswa untuk jadi konsumen utama. Yang lebih ngeri yang diincar adalah mahasiswa keguruan. Gambarannya seperti ini, meskipun pihak kampus membantah bahwa tidak ada mahasiswa yang ditangkap sehubungan dengan kasus ini, hanya alumni, namun secara nalar saja bahwa narkoba itu pasti akan diedarkan bahkan mungkin sudah diedarkan di kampus dan tentu saja konsumennya mahasiswa. karena faktanya narkoba itu sudah cukup lama ada di sana.
Pihak kampus tidak boleh berkelit dan mencoba mempertahankan nama baik kampus, jelas-jelas bungker itu ada dikampus itu, disalah satu unit kegiatan mahasiswa. Yang harus dillakukan oleh pihak kampus adalah tes urine massal untuk mahasiswanya. Gerak cepat pihak kampus untuk segera mengadakan tes urine tentu saja akan dipandang positif sebagai upaya megadakan tindakan preventif meskipun sudah kecolongan. Yang kedua, adalah segera membuat regulasi untuk mengeluarkan mahasiswa yang terindikasi memakai narkoba dari hasil tes urine tadi. Hal ini perlu dilakuakan sebagai bentuk keseriusan pihak kampus terhadap perang melawan narkoba.
Dan tentusaja upaya memutus mata rantai narkoba disana. Yang ketiga, membersihakan kampus dari kaki tangan kartel narkoba di lapas. Siapapun yang terindikasi menjadi perantara dengan mafia narkoba lapas harus segera di keluarkan. Karena yang namanya bisnis narkoba, mata rantainya sudah sangat panjang dan melibatkan banyak orang. Tidak apa-apa ada DO massal mahasiswa ketimbang merusak keseluruhan mahasiswa. Mata rantai narkoba itu, ibarat membusukan satu bagian tubuh sehingga solusinya harus diamputasi agar sembuh total.
Kita perlu mengapresiasi gerak cepat polisi dalam menangani kasus ini, sudah saatnya pihak kemdikbud ristek untuk menjadikan peristiawa ini sebagai alarm bahaya di dunia penddikan kita. Saya ragu hanya satu kampus itu yang menjadi sasaran mafia lapas narkoba. Kampus-kampus umumnya berdekatan dan para mahasiswanya pun saling kenal dan berteman. Kampus-kampus lain di sekitar itu, mungkin juga perlu digeledah. Segera bentuk tim pengendalian dan pencegahan narkoba sebagaimana diadakannya tim pencegahan kekerasan seksual di kampus-kampus.
Kasus ini juga perlu segera emndapat perhatian dan tindakan serius. Mau jadi apa generasi kita dengan menjadi pengguna narkoba? Mahasiswa saat ini memang sasaran empuk mafia narkoba. Mereka kuliah dengan penampilan yang sangat perlente. Banyak anak orang mampu di kampus. Paling tidak, mereka memiliki HP dan alat-alat elektronik lainnya yang bisa dijual untuk mengkonsumsi barang haram tersebut.
Mahasiswa sekarang tidak seperti mahasiswa dulu. Mereka ke kampus dengan outfit yang mahal-mahal melebihi karyawan kantoran. Nongkrong pun di tempat-tempat mahal. Hal inilah yang dilihat sebagai peluang bisinis narkoba. Pergaulan mahasiswa yang bebas juga memudahkan mereka untuk diajak untuk mencoba narkoba. Apalagi pola hidup mahasiswa yang jauh dari orang tua tentu saja tidak ada kontrol dan semua tergantung mereka.
Para dosen –dosen agama harus segera mengaktifkan lembaga dawah kampus untuk gencar membuat kegiatan-kegiatan kerohanian mahasiswa. Kalau perlu semua dosen untuk ceramah beberapa menit sebelum memberikan materi menyisipkan bahanya narkoba dalam perkuliahan mereka.
Peristiwa ini sangat mencoreng dunia pendidikan. Terlebih dikampus guru. Ditengah-tengah sorotan rendahnya mutu guru Indonesia dan seruan meningkatkan kompetensi guru sejak dari LPTK, kemudian tiba-tiba mendapat cobaan berat dari kejadian ini.
Apa yang bisa diharapkan dari calon-calon guru pemakai narkoba? Mereka akan mengajar generasi bangsa dan bisa-bisa siswanya nanti juga diajak untuk memakai narkoba. Rehabiltasi pemakai narkoba tidak mudah. Bahkan teramat panjang jalannya.
Pihak kampus tidak usah lagi sibuk klarifikasi sana sini. Yang jelas narkoba itu ada di dalam kampus. Terima saja itu sebagai sebuah kenyataan. Justru hal ini sangat baik untuk menjadi pintu masuk dan kemudian melakukan bersih-bersih secepatnya. Sehingga tidak ada lagi peredaran narkoba di kampus yang dikendalikan oleh mafia lapas atau pihak lain.
***
*) Oleh: Waode NurmuhaeminDoktor Manajemen Pendidikan, Penulis Buku dan Artikel Pendidikan.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Ronny Wicaksono |