https://surabaya.times.co.id/
Pendidikan

Prof Eko Yuli dan Tim Geomatika ITS Ciptakan Platform Pemantau Tanaman Berbasis Sentinel-2

Selasa, 16 Desember 2025 - 16:45
Prof Eko Yuli dan Tim Geomatika ITS Ciptakan Platform Pemantau Tanaman Berbasis Sentinel-2 Prof. Eko Yuli Handoko ST., MT. (Foto: Dok.ITS)

TIMES SURABAYA, SURABAYA – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 2025 menciptakan sebuah teknologi pemantau tanaman bernama SAMIKNA.

SAMIKNA merupakan sebuah platform pemantauan kesehatan tanaman yang dikembangkan untuk membantu petani dan pemangku kepentingan sektor pangan mengelola lahan secara lebih efisien dan modern.

Tim perakit teknologi tersebut terdiri dari Prof. Eko Yuli Handoko ST., MT., Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil., PhD, Akbar Kurniawan ST., MT., dan Putra Maulida ST., MT., Ph.D.

Prof Eko Yuli Handoko menjelaskan, bahwa transformasi digital di sektor pertanian semakin terasa dalam beberapa tahun terakhir.

Setelah sebelumnya teknologi pertanian identik dengan alat mekanis dan sistem irigasi otomatis, kini pendekatan baru berbasis data satelit dan kecerdasan analitik mulai banyak digunakan.

Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah SAMIKNA. Kehadirannya diyakini dapat memperkuat fondasi ketahanan pangan Indonesia, terutama pada komoditas strategis seperti padi.

"SAMIKNA adalah sistem monitoring tanaman yang memanfaatkan penginderaan jauh (remote sensing, red), citra satelit, dan data cuaca untuk mengetahui kondisi pertumbuhan tanaman secara berkala," kata Prof Eko, Selasa (16/12/2025).

Melalui sistem ini, pengguna dapat mengamati kondisi kesehatan tanaman di lahan pertanian tanpa harus datang langsung ke lokasi.

Pendekatan tersebut memungkinkan proses pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan data aktual, bukan sekadar perkiraan atau pengalaman lapangan.

"Tujuan utama SAMIKNA adalah membantu meningkatkan produksi pertanian, meminimalkan risiko kerugian akibat cuaca, hama, atau penyakit tanaman, serta mendorong petani untuk lebih percaya diri dalam mengelola lahan," jelasnya lebih lanjut.

Dengan pemantauan yang lebih presisi, kegiatan seperti pemupukan, pengairan, atau pengendalian hama bisa dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran.

"Pada akhirnya, sistem ini diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan hasil panen, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional," tandasnya.

Gunakan Citra Satelit Sentinel-2 

Salah satu kekuatan SAMIKNA adalah pemanfaatan citra satelit Sentinel-2, yang mampu merekam kondisi vegetasi secara multispektral dan digunakan untuk menghitung indikator kesehatan tanaman seperti NDVI (Normalized Difference Vegetation Index).

"Data Sentinel-2 biasanya diperbarui sekitar setiap lima hari sekali, meskipun dalam praktik lapangan interval tersebut dapat bervariasi tergantung kondisi awan—tantangan umum bagi wilayah tropis seperti Indonesia," jelas Prof Eko.

Pembaharuan yang relatif cepat memungkinkan pemantauan kondisi lahan secara berkelanjutan. Data satelit ini dikombinasikan dengan data cuaca aktual dan prakiraan cuaca jangka pendek, sehingga SAMIKNA dapat memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai potensi pertumbuhan, ancaman lingkungan, ataupun prediksi hasil panen.

"Ini sangat berharga bagi petani, terutama dalam menghadapi kondisi iklim yang semakin tidak pasti," ucapnya.

SAMIKNA dirancang bukan hanya sebagai sistem visualisasi citra satelit, tetapi sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang lengkap.

Beberapa fitur yang ditawarkan antara lain
pemantauan kesehatan tanaman melalui analisis indeks vegetasi untuk melihat apakah tanaman tumbuh normal, mengalami stres, atau membutuhkan intervensi tertentu.

Kemudian, peringatan dini dan informasi cuaca untuk mengantisipasi kekeringan, hujan ekstrem, ataupun kondisi iklim lain yang dapat memengaruhi produksi.

Selanjutnya adalah fitur pemetaan digital lahan pertanian, memungkinkan petani melihat kondisi setiap petak secara detail serta prediksi hasil panen dan rekomendasi pengelolaan lahan, berdasarkan tren pertumbuhan dan data historis.

Dengan fitur tersebut, petani tidak lagi bekerja sepenuhnya berdasarkan intuisi. Mereka dapat menyesuaikan waktu tanam, penggunaan pupuk, serta pengendalian hama dengan lebih akurat.

"Hal ini bukan hanya meningkatkan produksi, tetapi juga mengurangi biaya operasional dan meminimalkan risiko gagal panen," jelas Prof Eko.

Kontribusi SAMIKNA Terhadap Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras

Dalam konteks Indonesia, dimana beras merupakan bahan pangan pokok mayoritas penduduk, keberhasilan sektor persawahan sangat menentukan stabilitas nasional.

Tidak berlebihan jika upaya menjaga produksi padi dianggap sebagai pilar utama ketahanan pangan.

"Provinsi Jawa Timur misalnya, selama bertahun-tahun dikenal sebagai lumbung padi nasional dengan kontribusi produksi padi terbesar di Indonesia," kata Prof Eko.

Produksi padi provinsi ini mampu menembus lebih dari sembilan juta ton gabah kering giling per tahun.

Dengan kontribusi tersebut, Jawa Timur menjadi penentu keseimbangan pasokan beras nasional—jika produksi di Jatim terganggu, dampaknya akan dirasakan secara luas, mulai dari harga, distribusi, hingga ketersediaan beras di berbagai daerah.

"Di sinilah teknologi seperti SAMIKNA memiliki peran penting. Dengan pemantauan pertanian berbasis satelit yang akurat dan berkelanjutan, produktivitas persawahan dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan," tuturnya.

Petani dapat bertindak lebih cepat ketika ada masalah pada tanaman, sementara pemerintah daerah dan lembaga pertanian dapat melakukan perencanaan berbasis data, bukan hanya statistik masa lalu.

"Teknologi ini juga menjadi peluang untuk memperkuat swasembada pangan, terutama saat dunia menghadapi ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim dan ketidakpastian geopolitik," paparnya.

Perkuat Stabilitas Stok Beras 

Semakin presisi pengelolaan produksi dalam negeri, maka semakin kecil ketergantungan Indonesia pada impor beras.

"Pada skala nasional, keberhasilan teknologi monitoring seperti SAMIKNA berpotensi memperkuat stabilitas stok beras, menurunkan volatilitas harga, serta menjaga kesejahteraan petani," ucap Prof Eko yang juga merupakan Guru Besar Bidang Geodesi Satelit ITS tersebut.

Harapan besar hadir bersamaan dengan berkembangnya teknologi pertanian digital seperti SAMIKNA.

Di masa mendatang, teknologi ini diharapkan tidak hanya dimanfaatkan oleh petani besar atau perusahaan agrikultur, tetapi juga merata hingga petani kecil di desa-desa.

Dengan akses informasi yang setara, setiap petani dapat meningkatkan kapasitas dan memperbaiki cara kerja mereka.

"Jika diterapkan secara luas dan berkelanjutan, SAMIKNA bisa menjadi salah satu fondasi penting untuk memastikan Indonesia memiliki sistem pertanian yang tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan," katanya optimistis.

Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha dinilai akan menentukan seberapa jauh teknologi ini mampu membawa perubahan di sektor pangan nasional.

"Di tengah tantangan cuaca ekstrem, perubahan pola musim, dan fluktuasi harga pangan global, penggunaan data dan teknologi menjadi kebutuhan, bukan lagi pilihan. Dan melalui inovasi seperti SAMIKNA, masa depan pertanian Indonesia tampak lebih optimis," terang Prof Eko Yuli Handoko. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.