https://surabaya.times.co.id/
Pendidikan

Pasinaon Pambiwara Adicara, Cara STKIP PGRI Pacitan Lestarikan Budaya Jawa

Selasa, 13 Juni 2023 - 14:02
Pasinaon Pambiwara Adicara, Cara STKIP PGRI Pacitan Lestarikan Budaya Jawa Suasana seminar Pambiwara Adicara yang digelar STKIP PGRI Pacitan untuk melestarikan budaya Jawa. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES SURABAYA, PACITAN – Pasinaon Pambiwara Adicara merupakan cara Program Studi (Prodi) Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Pacitan, Jawa Timur dalam rangka melestarikan budaya Jawa. 

Pambiwara atau sering disebut pranata adicara, pranata titi laksana atau pranata laksitaning adicara merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berhubungan dengan suatu pertemuan atau acara dalam masyarakat Jawa.

Seperti kali ini, ada yang berbeda suasana kampus pendidik, tampak mahasiswa dan dosen mengenakan pakaian adat Jawa berkumpul di aula diiringi alunan gamelan mengingatkan kehidupan tempo dulu. 

Pembawa acara dengan fasih membacakan serangkaian acara bertajuk seminar menggunakan Bahasa Jawa. Sejenak para peserta terdiam sambil menantikan bergulirnya waktu. 

Ketua STKIP PGRI Pacitan, Dr Mukodi dalam sambutannya mengatakan, banyak anak muda zaman sekarang mulai meninggalkan adat-istiadat para pendahulu. Oleh sebab itu, dunia pendidikan perlu lebih melek guna mengantisipasi kelangkaan. 

"Kita lihat, anak-anak zaman rata-rata sekarang sudah tidak mampu lagi berbahasa, bertutur Jawa secara baik. Melalui kegiatan ini, semoga memberikan rangsangan kembali mereka mengenal budaya adi luhur," katanya, Selasa (13/6/2023). 

Kehadiran pranatacara dalam masyarakat Jawa, lanjut Mukodi tak lain bagian dari pelestarian budaya Jawa yang adiluhung sebagai sumber kearifan dalam kehidupan bermasyarakat dan mencerminkan identitas lokal masyarakat Jawa.

Dengan demikian, akan sangat penting bagi masyarakat Jawa untuk tetap melestarikan budaya itu dalam kehidupan. 

"Semakin banyak orang mengenal dan mendengar bahasa Jawa di ranah publik, maka semakin kokohlah bahasa Jawa sebagai cermin budaya bangsa yang ikut membesarkan bangsa Indonesia," tuturnya. 

Sementara itu, pemateri seminar Heri Santoso mengatakan, untuk menjadi pranatacara tidak hanya berbekal keberanian saja, tetapi juga harus mempunyai kemampuan atau skill. 

Peran pranatacara dalam acara-acara resmi maupun hiburan, tetap menjadi tolak ukur sukses tidaknya suatu acara. Sehingga dapat dibayangkan bagaimana bila suatu acara tidak ada pranatacaranya, maka acara itu akan terasa tidak urut dan tidak enak dilihat.

"Keberanian akan timbul apabila seseorang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, dan rasa percaya diri ini timbul bila seseorang mempunyai keyakinan atas kemampuan yang dimiliki," terangnya. 

Tak hanya itu, masih kata dia, seorang pranatacara harus dapat melafalkan dengan benar kata-kata bahasa Jawa krama inggil. Mereka juga diwajibkan mampu mengendalikan suaranya agar tetap menarik dan tidak menjenuhkan. 

"Selain suara, nafas juga harus di kendalikan secara teratur. Beberapa syarat yang biasanya menjadi dasar bagi pranatacara agar mampu melaksanakan tugasnya antara lain memiliki kemampuan olah swara atau teknik vocal," papar Heri. 

Selain itu, mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah, Galang Alfadiana mengungkapkan rasa syukur meskipun di era kekinian namun masih ada upaya pelestarian adat Jawa. 

"Alhamdulillah, kami termasuk generasi yang beruntung. Semoga setelah ini bisa langsung praktik di masyarakat jika dibutuhkan," pungkasnya di STKIP PGRI Pacitan. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.