TIMES SURABAYA, JEMBER – Matahari berdiri tegak di langit Jember saat saya melangkah masuk ke sebuah studio foto di sudut kota. Siang itu, Selasa, 15 April, bukan sekadar panas yang menyambut kami, tetapi senyum hangat dari sosok yang selama ini hanya dikenal lewat layar, Megawati Hangestri Pertiwi.
Ia berdiri santai, mengenakan kaus simpel dan senyum yang lebih dulu sampai sebelum tangannya terulur.
“Wah, makasih ya udah jauh-jauh datang,” sapanya. Suaranya tenang, hangat, tanpa jarak. Tak ada jejak bintang besar dalam sikapnya. Tak ada kesan jumawa. Yang ada justru pribadi sederhana, ramah, dan menyenangkan.
Di Korea, ia dikenal sebagai "Megatron."
Julukan yang lahir dari kekuatan spike-nya yang luar biasa. Tinggi 185 cm. Pukulan keras.Tegas.Tajam.
Namun, hari itu kami tidak melihat Megatron. Kami melihat Mega. Gadis Jember yang masih hangat seperti tanah kelahirannya.
“Orang-orang di Korea itu baik-baik banget. Tapi mereka juga kaget ternyata saya nggak segalak di lapangan,” katanya tertawa kecil.
Mega lalu bercerita soal momen yang paling ia kenang. Final pertamanya di Korea. Bukan karena menang. Bukan karena piala. Tapi karena rasa.
“Pertama kali bisa main di final di Korea, itu paling berkesan sih buat saya. Nggak nyangka bisa sampai situ, walau nggak juara. Tapi pengalaman itu luar biasa,” ucapnya, matanya sedikit menerawang.
Dari Jember ke Dunia
Karier Mega dimulai dari Surabaya Bank Jatim, tahun 2015. Saat itu usianya baru 16. Muda. Berani. Lalu berlanjut ke klub-klub besar: Jakarta BNI 46, Bandung BJB Tandamata, hingga ke klub luar negeri seperti Supreme Chonburi di Thailand, Vietnam Ha Phu Thanh Hoa, dan kini Red Sparks di Korea.
Di musim reguler V-League Korea, ia bukan cuma main. Ia mencetak sejarah. Top skorer asing Red Sparks. Peringkat keempat V-League Korea. Bangga? Tentu. Tapi Mega tidak besar kepala.
“Saya jalani aja semua prosesnya. Nggak pernah mikir harus jadi ini-itu. Yang penting kasih yang terbaik,” katanya kalem.
Soal Masa Depan? Ia tersenyum. Mengangguk kecil.
“Belum tau sih… kita lihat saja nanti,” ucapnya sambil tertawa ringan.
Tapi jujur. Tidak dibuat-buat. Karena memang seperti itulah Mega. Tulus.Tenang. Membumi. Kesimpulan? Bukan cuma Korea yang jatuh hati pada Megatron. Saya pun ikut jatuh hati.
Karena ternyata, di balik spike yang tajam, Ada hati yang lembut. Dan senyum yang selalu siap menyambut siapa saja. Megawati Hangestri Pertiwi. Bukan hanya nama. Tapi inspirasi. (*)
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |