TIMES SURABAYA, SURABAYA – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (BEM FIB Unair) menggelar pameran dan bazar buku Sinestesia.
Acara ini diselenggarakan selama 3 hari dari tanggal 9 September sampai tanggal 11 September 2024 yang berlokasi di Amphitheater Kampus B Unair dan terbuka untuk seluruh kalangan. Sinestesia ini dibentuk dengan tujuan membuat inovasi baru untuk Unair.
\Nobar film Istirahatlah Kata-Kata yang menjadi rangkaian acara Sinestesia. (FOTO: Cheta Abrar Adyatma/TIMES Indonesia)
“Masih sangat jarang event yang menyelenggarakan bazar buku di Unair. Hal ini menjadi komitmen dari BEM FIB dalam hal menguatkan literasi untuk mahasiswa.” ujar Tegar Putratama Fahriza, Presiden BEM FIB Unair.
Sinestesia diselenggarakan pertama kali pada tahun 2023 oleh Kementerian Akademik dan Prestasi (AKPRES) dan juga Kementerian Kajian Isu dan Aksi Strategis (KASTRAT).
Selain pameran dan bazar buku, Sinestesia juga mengajak para pengunjung khususnya mahasiswa untuk berdiskusi tentang beberapa hal dalam rentang waktu 3 hari itu.
Forum diskusi film 'Istirahatlah Kata-Kata' di Amphitheater Kampus B Unair. (FOTO: Cheta Abrar Adyatma/TIMES Indonesia)
Di hari pertama, pengunjung pameran diajak untuk berdiskusi tentang ‘Kritis Akan Kewarasan Negara Dalam Mereparasi Hak Asasi Manusia’ yang diisi oleh Muhammad Jibril dan Muni Joon.
Di hari kedua, setelah bazar buku, Sinestesia mengajak para pengunjung untuk ‘nobar’ film yang berjudul “Istirahatlah Kata-Kata’, film yang mengisahkan Wiji Thukul, seorang penyair yang karya-karyanya kritis terhadap ketidakadilan penguasa. Tontonan selesai, sesi diskusi pun dibuka.
Sesi diskusi dipimpin oleh Shafina Noor Adlina dari Kontras Surabaya dan Dhamar Jagad Gautama. Di hari terakhir, setelah penutupan bazar buku, kita diajak berdiskusi mengenai “menyingkap polemik keberlanjutan ‘pemerintahan’ yang akan datang” yang dipimpin oleh Mas Probo, dosen Hubungan Internasional Unair, Mas Andre dari Cek Fakta Tempo, dan juga Farhan, mahasiswa dari Fakultas Hukum Unair.
Pengunjung juga disuguhkan beberapa penampilan dari Teater Gapus Surabaya, Komunitas Titik Nol, dan Penampilan MSM (Melete Sejak Maba).
Sinestesia bekerja sama dengan 7 penerbit: Margin Kiri, Aksara Grup, Makaru Makara, Sawiji Books, Pelangi Sastra, Moula Agency, dan juga Liberasi.
Amreta Laras Pertiwi, selaku ketua pelaksana Sinestesia menyatakan bahwa selain kerja sama acara ini bersama para penerbit, Sinestesia juga mengajak mahasiswa FIB Unair untuk mengumpulkan buku-buku dari mahasiswa yang masih layak dan sudah tidak terpakai lagi. Amreta juga menyatakan seberapa pentingnya acara seperti Sinestesia ini untuk terus dilaksanakan.
“Selain bazar buku, Sinestesia juga merupakan festival intelektual. Kenapa sangat penting? Karena seperti yang kita ketahui, literasi ini sangatlah penting dan Sinestesia juga memudahkan para mahasiswa yang masih kesulitan dalam mengakses buku.” ujar Amreta. (*)
Caption Foto B :
Pewarta: Cheta Abrar Adyatma
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sinestesia, Acara Pameran Buku dan Festival Intelektual FIB Unair
Pewarta | : Cheta Abrar Adyatma (MG) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |