TIMES SURABAYA, SURABAYA – Saat pertunjukan teater anak di Surabaya sangat jarang muncul, Bengkel Muda Surabaya kembali menghadirkan sebuah karya teater musikal anak berjudul “Hikayat Anak yang Sombong”.
Teatrikal ini akan dipentaskan pada Sabtu dan Minggu, 11—12 Oktober 2025 pukul 19.30 WIB di Gedung Balai Budaya, Jalan Gubernur Suryo 15, Komplek Balai Pemuda Surabaya.
Pertunjukan tersebut diangkat dari cerita legenda Sangkuriang, kisah rakyat asal Jawa Barat yang disajikan dalam bentuk teater musikal anak, sebuah bentuk seni yang kini mulai jarang ditemui di Surabaya.
Melalui perpaduan dialog, musik, tata gerak dan elemen tradisional lokal menciptakan panggung lebih ekspresif.
Pementasan ini mengajak penonton menyelami dunia anak-anak yang penuh imajinasi dan keceriaan, sembari menanamkan nilai moral tentang kerendahan hati dan pentingnya menghormati orang tua.
“Pementasan teater musikal anak seperti ini sudah jarang di Surabaya. Kami ingin menghadirkan kembali ruang bermain yang mendidik, yang tidak hanya menghibur tapi juga menanamkan nilai-nilai etika bagi anak-anak di tengah dunia modern yang serba cepat,” ujar Heroe Budiarto, sutradara sekaligus Ketua Umum Bengkel Muda Surabaya, Rabu (8/10/2025).
Sesi latihan sebelum pementasan Teatrikal Musikal "Hikayat Anak yang Sombong" di Balai Budaya Surabaya. (Foto: Dok.Bengkel Muda Surabaya)
Sejak 2018, Bengkel Muda Surabaya membuka kelas teater anak bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kota Surabaya.
Dari sinilah, lahir Teater Anak Bengkel Muda Surabaya, yang konsisten melibatkan anak-anak usia sekolah dasar hingga menengah pertama untuk belajar seni peran dan bekerja sama dalam dunia teater.
Beberapa karya yang telah dipentaskan sebelumnya antara lain “Sawunggaling Anak Dunia” (2019), “Jaka Jumput Tanding” (2021), “Merdeka Negeriku” (2022), “Dolanan Yuk” (2022), dan kini “Hikayat Anak yang Sombong” (2025).
Konsep garapan tahun ini dikembangkan dengan memadukan adegan, musik, dan tata gerak yang memperkuat suasana cerita.
Pertunjukan juga menampilkan kembali permainan tradisional (dolanan) yang nyaris punah oleh arus zaman, seperti sepur-sepuran, bernyanyi berbalas, serta bermain bersama di bawah sinar bulan—suasana masa kecil yang kini jarang dialami anak-anak di perkotaan.
“Kami ingin mengingatkan kembali betapa berharganya kebersamaan dan permainan sederhana masa lalu. Anak-anak sekarang tumbuh di tengah dunia digital yang cepat, tapi mereka tetap butuh ruang untuk berimajinasi dan belajar tentang kehidupan dengan cara yang menyenangkan,” tambah Heroe.
Dengan kemasan yang riang dan penuh warna, “Hikayat Anak yang Sombong” bukan hanya tontonan keluarga yang menghibur, tetapi juga cermin pendidikan moral yang relevan dengan kondisi anak masa kini agar kelak mereka tumbuh menjadi generasi yang rendah hati, bijak, dan berbudaya.(*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |