https://surabaya.times.co.id/
Berita

Andalkan Hasil Panen Singkong, Petani di Pacitan Tak Khawatir Krisis Pangan

Jumat, 19 Agustus 2022 - 17:53
Andalkan Hasil Panen Singkong, Petani di Pacitan Tak Khawatir Krisis Pangan Petani Ubi Kayu di Desa Ponggok, Pacitan tak khawatir krisis pangan lantaran panen melimpah. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES SURABAYA, PACITAN – Komoditas ubi jalar menjadi andalan pengganti beras petani di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Utamanya saat menghadapi ancaman krisis pangan. Bulan Agustus seperti ini merupakan musim panen. 

Seperti di Desa Ponggok, Kecamatan Pacitan. Hampir tekstur tanahnya berupa pegunungan tandus dengan kemiringan 60 derajat. Tak ada sawah sama sekali. Hampir seluruh warganya menanam singkong.

"Pernah ditanami padi, tapi hasilnya tak maksimal, buat makan setahun masih kurang," kata petani, Mariyah (66), Jumat (19/8/2022). 

Petani-Ubi-Kayu-b.jpgUbi Kayu jenis Pandemir dijadikan tepung dan berbagai olahan makanan, sisanya buat pakan ternak. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia) 

Meski berada di dataran tinggi, ubi kayu dan jenis palawija lainnya cenderung mudah ditanam. Biaya perawatan pun cukup murah. Hanya bermodalkan pupuk kompos dan pupuk kandang. 

"Gampang. Diolah untuk makanan apapun juga bisa. Kalau malas, paling dibuat gaplek dan tepung," ujar Mariah kepada TIMES Indonesia. 

Meski begitu, harga ubi kayu di pasar tradisional belum bisa menjanjikan. Belum lagi biaya transportasinya pun tidak sedikit. Alhasil, petani lebih memilih menyimpan buat cadangan pangan. Rata-rata berjenis pandemir. 

"Sudah jadi tepung Rp10 ribu per kilogram. Kalau ketela kering Rp4 ribu per kilogram," terangnya. 

Petani-Ubi-Kayu-c.jpgPetani di Pacitan sedang memanen ubi kayu. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia) 

Selain itu, ubi kayu yang ditanam adalah jenis pandemir. Menurut petani lain, Tugiyat (78), lantaran satu batang hasilnya cukup melimpah. "Juga cocok dibikin olahan makanan seperti jajanan pasar, kolong, utri, keripik dan lainnya. Sisa kulitnya buat pakan ternak," jelasnya. 

Sementara itu, Kades Ponggok Mursid mengklaim, jika warganya tidak perlu khawatir menghadapi ancaman krisis pangan. "Kalau harga berasnya naik, kan masih ada singkong. Justru kendala kami adalah akses jalan sektor pertanian masih perlu perhatian Pemkab Pacitan," ujarnya. 

Sebagai informasi, Desa Ponggok terdiri dari 8 dusun yaitu Krajan Kidul, Krajan Lor, Tubang, Siwalan, Sumber, Sugihwaras, Banaran dan Gamping. Mayoritas penduduknya adalah petani. Saat musim kemarau, problem utamanya adalah krisis air baku. Akses jalannya pun penuh tanjakan ekstrem dan sempit. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.