TIMES SURABAYA, BANYUWANGI – Sebuah replika otentik budaya Suku Mandar tersaji apik dalam Museum Kampung Mandar. Berlokasi di Jalan Letjen DI Panjaitan, Lingkungan Krobokan, Kelurahan Kampung Mandar, Banyuwangi, Museum Kampung Mandar menjadi tempat yang cocok untuk wisata edukasi.
Di dalamnya tersaji berbagai macam koleksi benda peninggalan leluhur adat Mandar, sebut saja peninggalan senjata Suku Mandar yaitu Bandhik, Keris Mandar, dan Tombak. Lalu baju Adat Mandar, miniatur budaya seperti kapal Pinisi dan rumah Adat Mandar hingga perabot rumah tangga kuno khas Mandar yang dibawa langsung oleh leluhur dari Sulawesi Barat.
Terlebih disana juga terdapat manuskrip sejarah datangnya leluhur dari Tanah Mandar ke Bumi Blambangan.
Kental rasa suasana Suku Mandar dengan bahasa melayunya. Saat akan masuk Museum Kampung Mandar, kalian akan disambut dua payung khas Mandar. Namun, sebelum itu kalian akan melihat sepasang baju adat berjejer rapi di depan gazebo museum.
Kurang lebih ada 100 koleksi peninggalan leluhur tersimpan dan tertata indah dalam ruang depan museum. Termasuk didalamnya 50 benda pusaka dari Suku Mandar. Beberapa manuskrip dan foto sejarah perjalanan Suku Mandar di Banyuwangi juga terpajang rapi di sana.
Koleksi unik yang harus kalian tau adalah Bandhik dan tombak yang berusia lebih dari 400 tahun. Kerennya, terdapat dua tombak yang berisi helaian rambut dari para korban yang pernah direnggut oleh senjata ini saat masa perang dulu.
Pengelola sekaligus pemilik Museum Kampung Mandar, Puang Faizal Riezal Daeng Galak, mengatakan, museum tersebut baru dibuka pada 2018. Ia menjelaskan, dibukanya museum kampung mandar ini merupakan bentuk upaya melestarikan budaya, merawat benda-benda peninggalan, termasuk tradisi dan ritualnya.
"Memang awalnya semua benda ini adalah peninggalan dari leluhur. Ya, karena banyak jadi akan lebih bermanfaat bila digunakan sebagai sarana edukasi masyarakat," katanya, Kamis (18/5/2023).
Lebih lanjut, Faizal yang juga sebagai Ketua Adat Kampung Mandar, ingin mengenalkan sejarah perjalanan dan kontribusi Suku Mandar pada kerajaan Blambangan, hingga mereka disambut dan diberi wilayah oleh Raja Blambangan Kangjeng Susuhunan Prabu Tawang Alun II.
"Jadi Suku Mandar disini punya banyak kisah panjang, leluhur kami datang ke Banyuwangi sekitar tahun 1700 an. Kami ikut andil dalam memajukan tanah ini hingga diberi wilayah Kampung Mandar ini, sebagai armada laut," jelas Ketua Mandarwangi itu.
Sebagai pengelola museum dan keturunan ketujuh dari Puang Daeng Kapitan Galak, yang menjadi orang Suku Mandar Pertama tiba di Banyuwangi. Faizal mencoba mengembangkan museumnya supaya lebih banyak masyarakat belajar tentang keragaman suku di Banyuwangi.
Ia juga tengah berusaha menghubungi pihak perpustakaan Belanda supaya bisa mengkaji lagi sejarah suku Mandar di Banyuwangi, karena semua catatan tentang sejarah Banyuwangi ada di negara kincir angin tersebut. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Museum Kampung Mandar Banyuwangi Ungkap Sejarah Kehadiran Suku Mandar
Pewarta | : Anggara Cahya |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |