https://surabaya.times.co.id/
Berita

Bu Dar Mortir, Patriot Perempuan yang Menggerakkan Dapur Umum Kota Pahlawan

Jumat, 21 November 2025 - 21:02
Mengenang Bu Dar Mortir, Pejuang Perempuan di Balik Logistik Pertempuran Surabaya Seminar Kajian Publik Bu Dar Mortir, Wujud Patriotisme Wanita Dalam Perjuangan Bangsa Indonesia. (Foto: Devi Ismayanti)

TIMES SURABAYA, SURABAYA – Peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan menjadi bahasan dalam seminar “Wujud Patriotisme Wanita dalam Perjuangan Bangsa Indonesia”. Salah satu tokoh yang mendapat perhatian besar adalah Soedarijah Soerodikoesoemo, yang lebih dikenal dengan nama Bu Dar Mortir.

Bu Dar dikenal sebagai sosok yang berada di garis belakang pertempuran Surabaya, menyediakan makanan dan air bagi para pejuang. Julukan “Bu Dar Mortir” muncul dari kebiasaannya melempar susur—tembakau kunyah—untuk menertibkan para pejuang yang berebut nasi bungkus.

Dalam seminar bertajuk “Kajian Publik Bu Dar Mortir”, yang digelar Museum Sepuluh Nopember Surabaya, Jumat (21/11/2025) sejumlah narasumber memaparkan kembali kiprah dan pengorbanannya selama masa revolusi.

Menggadaikan Emas untuk Logistik Pejuang

Salah satu kisah paling menyentuh adalah ketika persediaan makanan habis akibat banyak warga mengungsi. Bu Dar meminjamkan gelang emas seberat 100 gram kepada seorang pedagang Tionghoa sebagai jaminan agar bisa mendapatkan bahan makanan.

“Kalau sekarang nilainya hampir seratus juta. Itu dijaminkan Bu Dar demi makanan pejuang,” ujar Achmad Zaki Yamani dari Komunitas Begandring, salah satu pemateri seminar.

Bu Dar juga memimpin dapur umum yang memasok ribuan nasi bungkus untuk pejuang di sepanjang garis pertahanan dari Gresik hingga Sidoarjo. Tugasnya mencakup memasak, mengatur distribusi, hingga mengoordinasikan relawan perempuan yang terlibat.

Di usia senja, Bu Dar mendirikan Panti Werdha Hargo Dedali sebagai bentuk kepeduliannya kepada para veteran dan warga lanjut usia. Pengabdiannya terus berlanjut hingga akhir hayat.

Diduga Pernah Menjadi Anggota Fujinkai

Sejumlah pengamat sejarah menilai Bu Dar kemungkinan besar pernah terlibat dalam Fujinkai, organisasi perempuan berpengaruh pada masa pendudukan Jepang. Dugaan itu muncul dari kemampuan Bu Dar mengakses pejabat penting, termasuk Ketua KNI, Komandan PTKR, hingga pejabat Jepang, untuk meminta pasokan beras dalam jumlah besar.

“Secara logika, hanya sosok berotoritas yang bisa meminta beras dalam jumlah besar pada masa itu. Banyak memoar yang mencatat Bu Dar bertemu pejabat penting dan mendapat dukungan logistik,” jelas Adi Setiawan, penulis buku Revolusi Surabaya yang menjadi narasumber seminar.

Seminar ini menegaskan kembali bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya berlangsung di medan tempur. Sosok seperti Bu Dar Mortir memperlihatkan bahwa patriotisme perempuan hadir melalui pengorbanan nyata, ketegasan, dan keberanian di balik garis pertempuran. (*)

Pewarta : Siti Nur Faizah
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.