TIMES SURABAYA, SURABAYA – The Wonder of Indonesia (TWOI) kembali menggelar sebuah pertunjukan spektakuler. Kali ini merupakan show ke-7 TWOI berskala nasional, sekaligus menjadi graduation dari TWOI Musical Camp 2025 dan berlangsung di Surabaya.
Pertunjukan tersebut menampilkan hasil pembelajaran intensif selama 5 hari 4 malam, yang dikemas dalam sebuah pertunjukan musikal berjudul “BAYANGAN: The Forgotten Legends.”
Show berlatar dongeng legendaris ini tidak hanya menjadi ajang penampilan, tetapi juga perayaan proses, disiplin, dan pertumbuhan para peserta selama camp.
Total peserta yang terlibat dalam produksi ini sekitar 70 orang, terdiri dari 12 aktor, berasal dari Surabaya, Bandung, Riau, Sumatra, dan Kalimantan. Kemudian 24 dancer, serta 36 tim pendukung, termasuk usher, backstage crew, lighting, dan tim artistik.
"Ini menunjukkan bahwa TWOI benar-benar berskala nasional dan mempertemukan talenta dari berbagai daerah di Indonesia," kata Angeline Virginia Wong, selaku Founder dan Director TWOI, Minggu (14/12/2025).
Drama musical “BAYANGAN: The Forgotten Legends” menceritakan tentang dunia legenda Indonesia yang terlupakan, dikemas dalam konsep dua dunia: terang dan gelap.
Cerita ini membawa pesan bahwa dalam setiap kejahatan selalu ada sisi kebaikan, dan dalam setiap kegelapan selalu ada cahaya.
"Kami ingin mengajak penonton untuk melihat bahwa manusia tidak sepenuhnya hitam atau putih, melainkan memiliki lapisan emosi, pilihan, dan konsekuensi," kata Angeline.
Angeline Virginia Wong bersama para pendukung drama musical TWOI berjudul "BAYANGAN: The Forgotten Legends".(Dok.TWOI)
Ide ini berasal dari Angeline Virginia Wong selaku Founder dan Director TWOI, bersama Michael Achel sebagai Director.
Keduanya memiliki visi yang sama untuk menggabungkan budaya Indonesia, seni pertunjukan, dan pendidikan karakter ke dalam satu karya musikal yang relevan bagi generasi muda berbalut kisah klasik Indonesia.
Tangan dingin Angeline Wong dan Michael Achel sebagai Director, serta coach yang diampu oleh Juan Mannuel, Virginia Leonar, Novumaeris, Angeline Wong, dan Michael Achel, mampu menghasilkan karya luar biasa. Mereka membangun sebuah kekompakan tim drama musikal.
Ada Catalina Audrey Wisen (Bawang Merah), Claire Elysia Njoto (Bawang Putih), Niskala Aida Hendrian (Dewi Kilisuci), Queensly Adelynn Wong (The Seed), Emily Dominic (Srikandi), Charllote Euginia Syalom (Timun Mas), Nicole Clarissa Gumala (Atmaputri), Zharifah Khansa Alfiyah Prasetyo (Nawang Wulan), Rachsanaa Selvaraj (Nyi Roro Kidul), Rufio Gladwin (Jaka Tarub), dan Gabriel Berachah Kurniawan.
Angeline mengatakan, tujuan utama acara ini sejalan dengan visi dan misi TWOI, yaitu menjadi wadah pengembangan bakat anak dan remaja di bidang seni pertunjukan, menggabungkan edukasi, disiplin, dan kreativitas dalam satu proses pembelajaran, dan mengangkat budaya dan legenda Indonesia dengan kemasan modern agar lebih mudah diterima generasi sekarang.
Angeline juga berharap TWOI dapat terus menjadi ruang aman dan inspiratif bagi generasi muda untuk berkarya. Budaya dan cerita Indonesia semakin dikenal, dicintai, dan dibanggakan, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga ke tingkat yang lebih luas.
"Melalui karya seperti ini, kami ingin menunjukkan bahwa budaya Indonesia bisa dikemas dengan kualitas, relevansi, dan makna yang kuat," ucapnya.
Camp Drama Musical, Bukan Sekadar Akting
Para peserta yang terlibat dalam pertunjukan "BAYANGAN: The Forgotten Legends", sebelumnya telah mengikuti camp drama musical TWOI.
Konsep camp drama musikal TWOI adalah pembelajaran intensif dan terintegrasi. Dalam waktu singkat, peserta tidak hanya dilatih akting, tari, dan vokal, tetapi juga disiplin, kerja tim, dan mental tampil di panggung profesional.
Semua peserta dari berbagai daerah di Indonesia itu menjalani proses dari nol hingga pertunjukan, sehingga yang ditampilkan di panggung adalah hasil nyata dari proses camp itu sendiri.
Proses latihan berlangsung selama 5 hari 4 malam secara intensif. Angeline mengakui, bahwa tantangan terbesarnya adalah menyatukan kemampuan, karakter, dan latar belakang peserta yang beragam dalam waktu yang sangat singkat, sekaligus menjaga stamina dan fokus hingga hari pertunjukan.
"Namun, justru dari keterbatasan waktu inilah proses pembelajaran dan pertumbuhan peserta terlihat sangat signifikan," ucap Michael Achel.
Latar lighting megah dan penampilan memukau para aktor drama musical TWOI berjudul "BAYANGAN: The Forgotten Legends".(Dok.TWOI)
"BAYANGAN: The Forgotten Legends.”
Pertunjukan megah pada akhir pekan kemarin itu terbukti berhasil memukau penonton. Angeline mencoba mengangkat legenda-legenda Indonesia yang terlupakan, dengan konsep dua dunia: terang dan gelap.
Melalui konflik antar karakter, cerita ini menyampaikan pesan bahwa bahkan dalam kegelapan, selalu ada kebaikan, dan setiap pilihan memiliki dampak bagi diri sendiri maupun orang lain.
Bagi Angeline dan Michael, setiap pertunjukan drama bukan sekadar cerita tanpa makna. Lebih dari itu, ia ingin memberi ruang bagi generasi muda untuk bertumbuh melalui seni, sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia dengan cara yang relevan dan bermakna.
"Saya percaya bahwa drama musikal bukan sekadar hiburan, tetapi media pendidikan karakter, empati, dan keberanian untuk mengekspresikan diri," katanya seraya tersenyum.
Hingga saat ini, TWOI The Wonder of Indonesia telah menggelar 7 pertunjukan drama musikal, dengan skala yang terus berkembang, dari komunitas hingga nasional.
Setiap pertunjukan selalu membawa tema budaya dan nilai moral yang berbeda, namun dengan tujuan yang sama: membangun generasi muda yang kreatif, berkarakter, dan bangga akan budayanya.(*)
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |