TIMES SURABAYA, SURABAYA – Gedung Grahadi tampak semarak dengan sederet perlombaan berbasis literasi yang Arisza Library n Learning Surabaya, Sabtu (21/12/2024).
Ada lomba mengubah lukisan menjadi puisi, lomba mengubah puisi menjadi lukisan dan lomba anak membuat gelang manik-manik.
Lomba bertema Nuansa Aksara itu sekaligus menandai peringatan Hari Ibu yang jatuh tiap 22 Desember dan Peringatan Hari Ulang Tahun Graha Arisza.
Ketua Umum Pelaksana Nuansa Aksara, Evy Arfiyanti menjelaskan, bahwa Nuansa Aksara, mengadopsi kompetisi literasi di berbagai belahan dunia.
Dibutuhkan kekuatan imajinasi mengubah puisi menjadi lukisan, begitu pula sebaliknya. Puluhan peserta pun ditantang menerjemahkan sebuah puisi dalam keindahan lukisan secara langsung di lokasi.
Mereka mencoba menangkap esensi sebuah puisi menjadi bahasa gambar, begitu juga menerjemahkan bahasa gambar ke dalam bahasa verbal melalui rangkaian kata indah penuh makna.
"Seni ini memindah dari sebuah lukisan visual menjadi sebuah bahasa puisi dan sebaliknya. Di luar negeri jamak dilakukan, cuma sepertinya di Indonesia masih jarang yang bisa mewadahi sebuah seni yang memerlukan pendalaman emosional," ungkap Evy.
Dengan kompetisi ini, Arisza Library n Learning berharap dapat mendorong minat literasi dan pendidikan sastra dengan berkolaborasi bersama berbagai pihak.
Arisza Library n Learning berkolaborasi dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya serta didukung sejumlah sponsor dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya, Mia Santi Dewi yang hadir dalam acara tersebut, sangat mengapresiasi terselenggaranya Nuansa Aksara. Apalagi acara ini digelar di perpustakaan mandiri.
"Ini sesuatu yang luar biasa," katanya.
"Bu Evy dan Arisza sudah berkontribusi secara nyata ikut serta dalam meningkatkan literasi masyarakat di lingkungan kita," tambahnya.
Itu karena, upaya meningkatkan literasi bukan hanya tugas pemerintah saja, tetapi juga peran serta dari masyarakat.
"Sekarang ini sudah mulai tumbuh masyarakat-masyarakat yang peduli terhadap literasi dan mau menularkan kepedulian itu bagi yang lainnya," ujar Mia.
Keberadaan perpustakaan mandiri sangat membantu pemerintah dalam meningkatkan angka kegemaran membaca. Saat ini, disebut Mia, sudah ada puluhan perpustakaan mandiri di Surabaya.
"Tugas kami adalah membina, mendampingi perpustakaan mandiri agar lebih berkembang dan menginspirasi," tuturnya.
Sementara tingkat kegemaran membaca warga Kota Surabaya sangat tinggi, dan merupakan nomor satu di Jatim selama dua tahun berturut-turut (2023 dan 2024). Nilainya 8,1 poin. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |