TIMES SURABAYA, SURABAYA – Sampah organik yang menjadi salah satu penyumbang gas rumah kaca tertinggi, kini semakin menjadi perhatian bagi penggiat lingkungan. Tak hanya itu, konsep urban farming juga kian diminati sebagai upaya untuk ketahanan pangan.
Kampoeng Oase Songo yang terkenal sudah mahir dengan tiga isu tersebut, menarik berbagai mitra untuk berkunjung dan belajar terkait lingkungan.
Kali ini, Kampoeng Oase Songo kedatangan 20 orang dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan penggiat lingkungan Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Syakhruddin, Kepala Bagian Pengelolaan Sampah DLH Bontang mengaku ingin belajar di Kampoeng Oase Songo karena mengharapkan lingkungan yang sustainable.
"Nantinya yang mulai diterapkan, dari pilah dan olah sampah, setelah itu pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk kompos, maggot, dan urban farming," ujarnya, Jumat (15/11/2024).
Meski pengelolaan lingkungan di Bontang sudah cukup baik, namun, dirinya menyebut pemilahan sampah masih menjadi fokus awal.
"Apabila hasil kunjungan dari Kampoeng Oase Songo ini diterapkan, harapannya 38-40 persen sampah organik tidak sampai ke TPA dan bisa diolah sendiri," imbuhnya.
Sementara itu, Yaning Mustika Ningrum, ketua Kampung Oase Songo mengatakan, agar studi tiru ini bisa diterapkan, maka harus dimulai dari pimpinan DLH.
"Semuanya harus praktek dulu, tidak bisa kalau hanya teori. Meski teori satu lembar tapi prakteknya 10 kali itu lebih hebat," kata Yaning.
Lebih lanjut, saat ini, dirinya lebih menekankan pengelolaan sampah organik, karena efeknya yang tidak main-main. Dirinya juga terus giat mengedukasi masyarakat agar mau mengelola sampah basahnya.
"Lingkungan dan urban farming harus dilakukan dengan istiqomah kalau tidak hasilnya nol," tegasnya.
Dalam adanya kunjungan tersebut, Adi Candra, pembina Kampoeng Oase Songo menyadari bahwa ternyata pengelolaan lingkungan, sampah dan urban farming untuk ketahanan pangan itu sangat penting.
"Isu itu menjadi nyata dan harus dijawab agar masyarakat bisa berdaya," ungkapnya.
Adi menyebut, konsep eduwisata yang ditawarkan Oase Songo ini tidak hanya menyentuh sisi pengelolaan lingkungan saja, melainkan juga tata kelola dan menjawab hasil dari pengelolaan sampah.
"Konsep urban farming ada pertanian, perikanan dan peternakan, di Oase Songo sudah ada semuanya. Harapannya ini bisa menjadi penetrasi kepada mitra yang lain untuk berkunjung kesini supaya mengambil paket eduwisata, sehingga sirkular ekonomi itu nyata di Kampoeng Oase Songo," pungkasnya.
Untuk diketahui, kunjungan tamu di Kampoeng Oase Songo ini didukung secara operasional oleh Aflakhul Muzakka, mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura dan Muhammad Farhan dari Universitas Sebelas Maret. Keduanya merupakan Mahasiswa Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB Batch 7) di Posisi Marketing & Promotion Eduwisata KaSurBoyo. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kampoeng Oase Songo: Pemain Utama Urban Farming di Surabaya Semakin Jadi Rujukan Pegiat Lingkungan
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |