TIMES SURABAYA, SURABAYA – Identifikasi korban ambruknya musala Pondok Pesantren atau Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo yang dilakukan tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur dalam perjalanan menunggu hasil dari tim lab for Mabes Polri.
Penantian tersebut membuat keluarga korban kembali menunggu hingga merasa gusar, akibat tak kunjung mendapat kepastian.
Lelah pikir dan fisik cukup dirasakan Andri Willis (45) Ayah dari santri M. Muhfi Alfian yang sudah enam hari menunggu kepastian.
Ia mengaku sudah memenuhi data tambahan yang diminta tim DVI seperti, ijazah terakhir, foto korban serta ciri-ciri fisik lainnya, namun tidak kunjung ada kabar mengenai kejelasan anaknya.
“Jum’at malam saya ditelpon pihak tim DVI untuk kembali di posko, menjelang sore saya kembali ke rumah. Dari petugas saya diminta untuk melengkapi data tambahan,”ujarnya, Sabtu (4/10/2025).
Kemudian ia melengkapi data tersebut untuk segera dicocokan dengan korban. Seperti diketahui, 12 jenazah santri saat ini sudah dilakukan ante mortem di RS Bhayangkara Polda Jatim.
Andri yang mengetahui hal tersebut, bersedia melihat kondisi jenazah jika petugas membutuhkan hal tersebut. Tawaran ini demi percepatan kepastian idetintas jenazah.
“Saya bersedia jika diberi kesempatan melihat jenazah, untuk memastikan itu anak saya, saya yang lebih tahu ciri-ciri persisnya. Baik tinggi maupun ciri lainnya di tubuh anak saya," ungkapnya.
"Jika petugas mengalami kesulitan, sekali lagi saya bersedia membantu, ini demi percepatan,” tegas Andri.
Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Jatim, Mohammad Khusnan Marzuki mengatakan, seluruh jenazah yang diterima masih dalam proses identifikasi dan pencocokan data post mortem dan ante mortem.
"Untuk yang sudah masuk ke sini (RS Bhayangkara), itu sudah dilakukan pemeriksaan. Tapi kita harus mendalami, karena lebih dari tiga hari, kami mendalami lebih teliti lagi. Kita tidak boleh gegabah atau sembrono tanpa ketelitian," jelasnya.
Meski begitu, Khusnan tetap berusaha mempercepat langkahnya untuk mengungkap identitas dari korban.
"Kita lebih mengutamakan ketelitian, bukan mengutamakan kecepatan. Tapi tidak menutup kemungkinan kita harus teliti dan cepat," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |