TIMES SURABAYA, SITUBONDO – Sempat alami kerugian besar setelah berbagai bisnisnya bangkrut akibat Pandemi Covid 19, pemuda asal Situbondo, Jatim, ini berhasil bangkit dengan menjadi terapis bekam. Kini bisa layani hingga puluhan pasien setiap harinya.
Mohammad Birrul Alim namanya, warga Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji, Situbondo.
Sebelum menjadi terapis bekam, Alim, begitu sapaan akrabnya mengaku, pernah menjalani beberapa bisnis dengan skala besar sebelum kemudian menelan kerugian akibat Pandemi Covid-19.
“Pernah buka fotokopian, pernah juga buka peternakan bebek skala besar. Tapi, rugi semua waktu pandemi,” kenangnya.
Sempat terpukul karena alami kerugian cukup besar, Alim kemudian memutuskan untuk kembali ke Pondok Pesantren Nurul Jadid untuk mengaji dan menyelesaikan tugas akhirnya yang sempat terbengkalai untuk beberapa saat.
“Waktu di pondok itu, saya kemudian dikenalkan dengan Bekam oleh salah satu senior saya dan kemudian akhirnya diikutkan pelatihan bekam di beberapa tempat,” ungkap Alim, kepada TIMES Indonesia, Sabtu (15/7/2023).
Bermodalkan alat bekam yang dibeli dari salah satu temannya, Alim kemudian mulai mempraktikkan terapi tradisional bekam kepada keluarga dan saudara di sekitar rumahnya.
Siapa sangka, kemampuan bekam Alim berhasil menarik minat masyarakat sekitar dan kemudian datang meminta layanan bekam kepada Alim.
“Awalnya hanya keluarga, kemudian menyebar dan banyak yang minta diterapi. Dari tetangga sampai kemudian orang-orang dari berbagai wilayah di Situbondo,” jelas Alim, tentang awal mula terapi bekam miliknya.
Sempat Ditolak Dinkes Situbondo
Menyusul banyaknya permintaan terapi bekam, Alim kemudian berinisiatif mendaftarkan terapi bekam miliknya ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Situbondo. Berbekal sertifikat pelatihan dimilikinya, pria asal Situbondo itu kemudian mengajukan perizinan terapi bekam ke Dinkes Setempat.
Kendati telah mengantongi berbagai sertifikat pelatihan terapi bekam dari berbagai instansi dan lembaga, permohonan izin terapi dengan nama Hijamah Care itu ditolak oleh Dinkes. Alasannya, sertifikat yang diajukan tidak memenuhi standar.
“Awalnya ditolak, ternyata harus punya sertifikasi dari Persatuan Bekam Indonesia (PBI) terlebih dahulu. Akhirnya saya urus dan izinnya terbit pada tahun 2022,” ungkap terapis bekam situbondo itu.
Alim mengaku dapat melayani hingga puluhan pasien setiap hari. “Rata-rata 10 orang sehari, paling sepi ya sekitar 2 orang,” sambungnya menjelaskan.
Uniknya, untuk setiap layanan terapi bekam, pasien tidak dipatok tarif, tapi sukarela. Di klinik layanan bekamnya, Alim menyediakan sebuah kotak untuk donasi layanan bekam bagi para pasiennya.
“Karena niat awalnya bukan untuk bisnis, jadi saya pakai sistem sukarela. Mau di tempat ataupun panggilan. Bedanya, yang panggilan ada biaya transportasi untuk terapis,” beber Alim.
Seiring dengan banyaknya permintaan terapi di Hijamah Care Situbondo, Alim kini mempekerjakan dua orang terapis lain untuk membantu dirinya melayani pasien bekam.
“Untuk di klinik ada saya dan istri. Istri untuk terapis bekam perempuan. Ada lagi satu asisten untuk melayani bekam panggilan, semuanya sukarela tanpa ada tarif yang dipatok,” pungkas terapis bekam asal Situbondo itu. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sempat Bangkrut karena Pandemi, Terapis Bekam di Situbondo Ini Kembali Bangkit
Pewarta | : Agus Miftahurrahman |
Editor | : Muhammad Iqbal |