TIMES SURABAYA, SURABAYA – Kampung Berseri Astra (KBA) Kampoeng Oase Ondomohen di Surabaya menjadi laboratorium nyata bagi mahasiswa psikologi yang ingin memahami hubungan antara lingkungan dan kesehatan mental.
Koneksi antara lingkungan dan psikologi ini diamati langsung oleh rombongan dosen dan mahasiswa dari Saint Louis College (SLC), Bangkok, Thailand yang didampingi langsung oleh Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
Fransiska Desi Christanti, Koordinator Bidang Psikologi Sosial merupakan sosok di balik keputusan membawa tamu asing ke KBA Kampoeng Oase Ondomohen. Menurutnya, kampung ini adalah contoh sempurna bagaimana masyarakat dapat diberdayakan dan lingkungan sehat dapat menjadi sumber kesehatan mental.
"Kami terpikir untuk mengajak tamu dari St. Louis College, Thailand ke Kampoeng Oase Ondomohen agar mereka bisa melihat bagaimana pemberdayaan masyarakat di kampung ini, terutama terkait lingkungan," ungkap Desi, beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan bahwa kampung ini tidak hanya hijau dan asri, tetapi juga inovatif. Berbagai inisiatif seperti pemanfaatan drainase untuk budidaya ikan, urban farming, dan pengolahan sampah menggunakan maggot (larva BSF) menunjukkan bagaimana wong kampung dapat mengubah ruang hidup menjadi lebih sehat secara fisik dan mental.
"Ini kedua kalinya kami mengajak tamu dari SLC ke sini. Ini unik dan inspiratif, jadi kami putuskan untuk datang lagi," ujarnya yang juga Ketua Senat Fakultas Psikologi UKWMS
Sementara itu, bagi Thirawarin Bunyapipat, dosen SLC, kunjungan ini membuka wawasan baru tentang bagaimana sebuah komunitas dapat mandiri secara energi, pangan, dan lingkungan. Sesuatu yang jarang ditemui di kota metropolitan seperti Bangkok.
"Pengalaman di sini sangat berkesan. Kami belajar hal-hal baru tentang ekonomi. Komunitas ini tidak begitu besar, tetapi mereka memiliki semua sistem," pujinya.
Salah satu mahasiswa SLC juga tak kalah takjub. Chananya Sathansap, atau akrab disapa Palmy, sangat terkesan dengan teknologi daur ulang plastik.
Ia kagum dengan mesin crusher yang mencacah plastik menjadi ukuran lebih kecil, lalu diolah dengan mesin Pirolisis menjadi bahan bakar alternatif seperti solar, minyak tanah, dan bensin.
"Plastik diubah jadi bensin. Itu merupakan hal baru bagi saya," sebut Palmy.
Dalam kesempatan yang sama, Local Champion KBA Kampoeng Oase Ondomohen, Adi Candra, mengaku bangga atas kunjungan internasional untuk kedua kalinya.
"Ternyata kampung kami sudah mendapat kepercayaan hingga level internasional," ungkapnya dengan bangga.
Tak berpuas hati, pihaknya akan terus bergerak untuk membuat terobosan-terobosan baru. "Bagaimana kita mengintegrasikan pengelolaan urban farming, sampah, dan lingkungan agar bisa mencapai target SDGs," katanya.
"Diantaranya SDGs 2 (Tanpa Kelaparan), melalui pertanian lokal dan budidaya ikan, SDGs 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan), melalui tata lingkungan kampung, dan SDGs 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), melalui kolaborasi dengan kampus dan lembaga luar negeri," tambah Adi.
Lebih lanjut, setelah budidaya lobster yang menarik perhatian tamu, Adi juga mengungkapkan bahwa KBA Kampoeng Oase Ondomohen akan meluncurkan program pembesaran kepiting untuk memperkuat ketahanan pangan di kampung.
Selain itu kampung yang berlokasi di jantung Kota Surabaya ini juga mengikuti Program Nasional yaitu GRADASI (Gerakan Sedekah Sampah Indonesia) sebagai upaya penanganan sampah plastik.
Untuk diketahui, kegiatan dan program kampung didukung penuh oleh HPAI (Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia) DPW Kota Surabaya, YLBA (Yayasan Lestari Bumi Abadi) Kota Surabaya, Kampoeng Oase Suroboyo Group, PERBANUSA (Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara) DPD I Jawa Timur, Forum GRADASI (Gerakan Sedekah Sampah Indonesia) Jawa Timur dan DPP IFTA (Indonesian Fighter Tourism Association) JELAJAH INDONESIA. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: KBA Kampoeng Oase Ondomohen: Contoh Korelasi Lingkungan dengan Kesehatan Mental
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |