TIMES SURABAYA, BANYUWANGI – Suasana pelaksanaan Hari Raya Nyepi 1944 Saka tidak hanya dirasakan umat Hindu di Pulau Dewata Bali. Di Desa Adat Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur, juga turut merasakan.
Pemukiman warga yang biasa disebut Kampung Bali itu nampak hening. Tidak ada aktivitas warga apapun di jalan desa maupun di jalan gang sekitar pemukiman, bahkan setiap pintu masuk jalan desa di tutup menggunakan bambu.
Begitu juga dengan rumah-rumah dan tempat ibadah pura nampak tertutup tidak ada aktivitas warga sama sekali, pada Kamis (3/3/2022) pagi. Hanya ada beberapa Pecalang atau petugas keamanan yang berjaga di jalan perempatan desa.
Diketahui bersama, puncak Hari Raya Nyepi dilakukan di dalam rumah masing-masing selama 24 jam.
“Dalam puncak penyepian hari ini, Warga tidak melakukan aktifitas, dan hanya berdiam diri di dalam rumah masing-masing,” kata Pemuka Agama Hindu Desa Adat Patoman, Made Hardhana kepada TIMES Indonesia.
Pelaksanaan Nyepi tahun ini merupakan momen sakral bagi umat Hindu. Pada perayaan kali ini, ada sebanyak 285 kepala keluarga di Desa Adat Patoma melakukan catur brata, seperti Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan dan Amati Lelanguan.
“Untuk menyempurnakan ibadah penyepiannya, mereka memanfaatkan waktunya untuk melakukan kegiatan keagamaan di dalam rumah, seperti merapalkan doa-doa, membaca kitab suci dan juga saling merefleksikan diri sebagai umat bergama,” pungkas Made Hardhana.(*)
Pewarta | : Rizki Alfian |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |