https://surabaya.times.co.id/
Berita

Sawah, Sampah Sampai Mengasah Hati ala Kolonel Inf Yuda Sancoyo

Selasa, 19 November 2024 - 19:11
Sawah, Sampah Sampai Mengasah Hati ala Kolonel Inf Yuda Sancoyo Sosok Dandim 0818 Kabupaten Malang-Batu Kolonel (Inf) Yuda Sancoyo, M.Han. (Foto: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)

TIMES SURABAYA, MALANG – Kalau bicara soal ketahanan pangan, kepedulian sosial, kebersihan sampah, sampai mengasah hati, maka cobalah sesekali ngobrol dengan Dandim 0818 Kabupaten Malang-Batu, Letkol (Inf) Yuda Sancoyo, ternyata ia kaya akan pencerahannya.

Yuda Sancoyo ternyata sosok yang sederhana meski seorang perwira TNI salah satu pejabat forkopimda di Kabupaten Malang dengan jalan pemikiran yang sederhana pula. 

Ia begitu antusias ketika berbicara soal ketahanan pangan, kebersihan lingkungan, soal sampah sampai soal kehidupan sosial masyarakat.

Alasan dia sederhana, meski seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia, kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari masyarakat.

Saat menjabat sebagai Komandan Batalyon 521 di Kediri, sebuah satuan tempur, ia juga selalu mendekatkan diri dengan masyarakat.

Apalagi seperti saat ini ia dipercaya menjadi Dandim 0818 Malang-Batu, sebuah jabatan di satuan teritorial, pendekatan dengan masyarakat semakin ditingkatkan.  "TNI tidak akan pernah lepas dari masyarakat," kata Yuda.

"Kami ini berdinas di satuan teritorial. Yang namanya teritori, pasti tidak akan lepas dari masyarakat. Selaku Komandan Kodim, saya merasa manfaat saya sebagai Komandan Kodim itu apa? Itu saja sebenarnya yang menjadi challenge saya," kata dia.

Kalau terkait tugas pokok sebagai prajurit TNI yang menjabat sebagai Komandan teritorial, ia meyakinkan bahwa hal itu pasti sudah bisa dibaca.

"Sederhananya selama saya menjadi Komandan Kodim 0818, Komandan Teritorial beserta seluruh jajaran ini, kepingin dengan  keberadaan kami ini manfaat apa yang bisa dirasakan oleh masyarakat," ujar dia.

Karena itu, lanjut Yuda Sancoyo, ia senang kalau ada kegiatan yang terkait dengan penanganan kesulitan rakyat.

"Kalau menurut pemahaman saya, yang namanya teritorial itu, intinya turut serta mengatasi kesulitan masyarakat di sekelilingnya. Apalagi kesulitan itu kan kompleks dan banyak,"  tambahnya.

"Lha saya punya fashion itu pada masalah lingkungan. Jadi saya paling senang dengan kegiatan-kegiatan yang terkait isu-isu lingkungan," kata dia lagi.

Ia lantas mencontohkan kaitannya dengan soal ketahanan pangan, isu sampah, hingga isu kesehatan masyarakat.

Perlunya Sinergi TNI Soal Ketahanan Pangan 

Ketika berbicara soal katahanan pangan, dia berujar bahwa prajurit TNI pun harus sejalan dengan program-program yang telah dicanangkan pemerintah.

perwira-TNI-2.jpg

Pemerintah telah berupaya mewujudkan kedaulatan pangan melalui peningkatan produksi serta cadangan pangan di berbagai daerah, termasuk Malang dan Batu, dan ia menekankan pentingnya sinergi antara TNI pemerintah daerah, dan masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan itu.

"Ketahanan pangan itu  salah satu faktor penting untuk mendukung stabilitas negara. Dengan adanya kolaborasi yang baik antara berbagai pihak, kita bisa  memastikan ketersediaan pangan yang cukup untuk masyarakat," katanya.

Ia juga kemudian mencontohkan bahwa panen raya yang dilakukan berkat Kerjasama TNI dan para petani serta Kadistan beberapa waktu lalu,  merupakan dukungan langsung agar bagaimana kedepan hasil panennya bisa lebih meningkat.

Dalam rangka mendukung Program Ketahanan Pangan yang dicanangkan oleh pemerintah itu, Dandim 0818/Malang-Batu Letkol Inf Yuda Sancoyo, M., Han., bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Malang dan Kota Batu melaksanakan kegiatan Panen Raya Padi dan Jagung di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.

Acaranya waktu itu dihadiri oleh beberapa pejabat penting dan warga Masyarakat, termasuk Danrem 083 Baladhika Jaya, Kolonel Inf Setyo Wibowo, S.I.P., M., Sos.

Panen raya itu berlangsung di lahan binaaan Kodim 0818/Malang-Batu  milik Universitas Islam Negeri (UIN) Malang yang terletak di Kelurahan Sedayu RT 12 RW 03, Kecamatan Turen.

"Banyak lahan tidur yang belum kita kelola sehingga kedepannya tidak ada lagi lahan tidur. Dan kami berterimakasih kepada para bapak ibu semuanya yang telah ikut aktif berperan dalam mensukseskan Ketahanan Pangan Nasional," kata Yuda dalam sambutannya waktu itu.

Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Provinsi Jawa Timur, Dr. Ir. Nurdiah Husnah, M.Si. juga memberi apresiasi untuk Kodim 0818 yang berinisiatif tinggi untuk berkolaborasi dengan petani sehingga menghasilkan hasil panen yang sangat luar biasa.

Danrem 083 juga menyampaikan harapannya dengan kehadiran TNI, Polri dan Pemda untuk dimanfaatkan bagi Masyarakat.

“Panen raya ini semuanya untuk mensejahterakan para petani, diharapkan kedepannya tidak ada lagi tanah yang tidak berfungsi. Dengan kolaborasi yang baik serta adanya  bantuan dari tehnogi yang modern  sehingga  hari ini kita bisa melaksanakan Panen Raya Padi dan Jagung," kata Danrem.

Danrem 083 juga memberi apresiasi kepada Dandim 0818 dan seluruh pihak yang terlibat dalam panen raya ini.

Ia menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam menghadapi tantangan pangan di masa depan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara agraris yang mandiri dalam hal produksi pangan.

Panen raya padi dan jagung ini sekaligus menunjukkan komitmen TNI dan Forkopimda dalam mendukung kesejahteraan masyarakat, khususnya petani.

Selain untuk meningkatkan produksi pangan, acara ini diharapkan dapat mendorong masyarakat, khususnya para petani, untuk lebih semangat dalam bercocok tanam dan berinovasi dalam sektor pertanian.

Dengan suksesnya kegiatan ini, diharapkan Program Ketahanan Pangan di wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu bisa berjalan dengan optimal, serta memberikan manfaat yang nyata bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

Kebahagiaan Murni

Soal bahagia itu, suatu ketika Letkol (Inf) Yuda Sancoyo M.Han. beserta jajarannya juga melaksanakan bakti sosial, operasi katarak. 

perwira-TNI-3.jpg

Kodim 0818 diajak pihak swasta mengadakan aksi sosial operasi katarak gratis.

"Kemudian saya sampaikan kepada para Babinsa, untuk mencari calon pasien, yang  syaratnya adalah orang yang benar-benar tidak mampu. Itu syarat mutlak," ujarnya.

Tapi waktu itu tidak tertutup juga  bagi yang mampu, namun ditempatkan pada prioritas kedua.

Dikatakan, tidak mampu yang disasar adalah orang yang ada masalah dengan kesehatan tetapi tidak ada kemampuan untuk berobat. "Orang-orang ini yang disentuh," tegasnya lagi.

"Syukur-syukur bila orang itu juga tidak punya siapa-siapa lagi. Itu kan banyak juga. Misalnya seseorang yang suami atau istrinya sudah meninggal, hidup sendiri, anak-anaknya entah kemana, sudah manula yang hidupnya disupport dari tetangga kanan kirinya dan sebagainya," tambahnya.

Targetnya waktu itu 250 orang, namun  yang mendaftar sekitar 400-an orang, dan mereka rata-rata yang terjaring itu juga orang lanjut usia.

Dari 400 orang itu oleh pihak petugas medis masih harus di-screening lagi agar memenuhi syarat kesehatan untuk dioperasi, dan hingga akhirnya terjaring 140 orang.

Di-skrining karena untuk menjalani sebuah operasi katarak itu. kesehatan juga masih harus memenuhi syarat layak operasi.

Nah, dari acara operasi katarak itu, Yuda Sancoyo juga melihat sisi lain. "Kepada para Babinsa saya katakan, kebahagiaan yang murni itu bukan ketika kita merasakan senang, tetapi justru saat kita melihat orang lain bahagia oleh sebab yang kita lakukan," ujar dia.

Tiga minggu setelah progam bakti sosial program orasi katarak gratis itu selesai, Yuda Sancoyo lantas mengajak jajarannya termasuk para  Babinsa untuk melihat contoh hasil oprasi katarak di Ngajum dan Wonosari.

Alasan Yuda melihat sampling itu karena tidak semua operasi seperti itu hasilnya lancar-lancar saja. Dua tiga orang past ada yang mengalami kendala. "Itu tidak bisa dipungkiri karena kondisi kesehatan masing-masing orang juga berbeda," ujarnya.

Nah, waktu itu Yuda Sancoyo mendatangi seorang ibu yang awalnya sebelum menjalani operasi katarak sama sekali sudah tidak bisa melihat. Buta.

Seorang ibu warga Ngajum itu usianya sudah 78-an tahun. Kalau mau kemana-mana ia selalu dituntun.

Namun pasca operasi ia bisa melihat. "Begitu saya datang ia langsung menyambut saya dengan bahagia, menyampaikan ucapan terimakasih bertubi-tubi karena bisa melihat lagi," papar Yuda.

Di situlah, lanjut Yuda, bahagia murninya seseorang saat melihat orang lain bahagia. Di situ Yuda juga memberi motivasi kepada ibu itu agar tetap semangat dalam menjalani proses penyembuhan.

Selama kunjungan sampling itu, Dandim juga memberikan paket sembako dan kebutuhan sehari-hari kepada pasien dan keluarganya. Ia juga berdialog dengan pasien itu.

Kegiatan bakti sosial itu mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Beberapa pasien bahkan mengungkapkan rasa syukur atas perhatian yang diberikan oleh TNI. "Kami merasa sangat terbantu, terutama di masa-masa pemulihan ini," kata ungkap salah satu pasien.

"Dalam hati, saya juga senang gitu. Ibu itu kemudian saya tanya siapa yang mengajak operasi, dijawab Babinsa.  Babinsanya kemudian saya panggil, dan saya tanya, senang gak melihat seperti ini, Babinsa saya mengatakan senang," lanjutnya.

"Sebenarnya bahagia yang benar ya seperti itu. Kalau yang lain itu bahagia semu, yaitu bahagia yang hanya berumur satu atau dua hari setelah itu kemudian bosan," tambahnya.

Yuda Sancoyo merasa bahwa kebahagiaan yang diperoleh karena telah menjembatani atau menolong orang lain agar menjadi bahagia itu, didasarkan pada pengalaman pribadinya sendiri.

"Karena saya pernah mengalami menjadi orang yang tidak mampu. Saya merasa Allah sudah memberi rejeki kepada saya sangat luar biasa hingga seperti ini," katanya lagi

Masa kecilnya, Yudo Sancoyo hidup di Semarang bersama keluarganya. Rumahnya rumah rob, artinya selalu tergenang air sepanjang tahun, apalagi bila hujan.

Kalau mau mandi atau mckc dia harus lari ke pasar. "Orang tua saya membiayai saya dari penghasilan yang tidak tetap," katanya.

Jadi, mulai kelas 6 SD ia sudah bekerja bersama dengan kakak perempuannya. Kerjabya apa saja. Setelah mendapat uang, ia kemudian beli beras, pulang,  kemudian langsung dimasak dan makan bersama-sama.

"Karena itu saya masih ingat ketika saya mau mendaftar taruna itu, tetangga-tetangga tidak mempercayainya, dan saya ditertawakan. Dicibir "ojo keduwurenlah", kenangnya 

Namun ternyata Allah justru memberinya kemudahan. Ia masih ingat betul, saat mendaftar Taruna, saat nya test lari, ia tidak punya sepatu.

Sepatu sekolah pun, saya  diberi paklik saya yang kerja di Telkom. Waktu itu pegawai Telkom kan ada kegiatan yang seperti wajib militer begitu. Sehingga mereka mendapat jatah sepatu PDL. Nah sepatu itu yang diberikan kepadanya.

"Akhirnya saya diperbolehkan lari tidak pakai sepatu. Tapi saya tidak kaget karena saya sudah terbiasa saat saya tidak pakai sepatu waktu ikut bela diri," tambahnya.

"Saya juga pernah melihat di YouTube soal kemiskinan ekstrem, dan saya pernah mengalami itu. Kita mau makan kapan dan apa yang mau dimakan itu belum tahu," kata Yuda.

Karena itu ketika saya diberi rejeki oleh Allah seperti ini, masak saya tidak peduli kepada yang lain yang membutuhkannya.

Pentingnya Mengelola Sampah 

Letkol (Inf) Yuda Sancoyo juga tertarik berbicara sampah sesuai fashionnya pada masalah lingkungan. "Jadi saya paling senang dengan kegiatan-kegiatan yang terkait isu-isu lingkungan," kata dia lagi.

Menurutnya, melihat keadaan sekarang ini, isu mikroplastik sudah luar biasa. Sungai-sungai tercemar dengan limbah plastik dan dampaknya luar biasa kepada masyarakat.

"Jadi, kenapa akhir-akhir ini tingkat penderita kanker itu kok lebih banyak. Kemudian kenapa sekarang ini penderita gagal ginjal kok juga banyak dan sebagainya," katanya.

Semua itu, lanjut dia ada kaitannya dengan mikroplastik. Ada limbah plastik yang tidak dikelola dengan baik.

Ia melihat pengelolaan limbah plastik dengan tidak baik, masih banyak di tengah masyarakat.

Yuda juga melihat, masyarakat punya sampah itu tidak dipilah. Mereka mencampur antara sampah plastik dengan sampah lainnya.

"Bahkan beberapa kali saya pernah melihat, ada masyarakat yang curi-curi cara membuang sampah. Pagi pagi naik motor, kemudian melemparkan sampahnya ke sungai," ujarnya.

Beberapa kali ia bersama jajaranna mengadakan bersih-bersih sungai, rata-rata sampah yang digaruk adalah sampah rumah tangga.

"Ada pampers, plastik bungkus mie instan, plastik kemasan makanan kecil dan sebagainya," tegasnya.

"Saya kepingin mengedukasi masyarakat,  bahwa hal-hal seperti itu jangan dianggap sepele," tambahnya.

Kalau dulu, kata dia, kita kan selalu dihadapkan pada isu bahwa sampah itu kotor, kemudian menyumbat, dan airnya meluap menjadi banjir.

Padahal sebenarnya selain banjir itu, ada isu krusial lainnya yang juga sangat luar biasa, yaitu tentang membangun mindset masyarakat bagaimana membuang sampah yang baik dan benar.

"Sebab sungai-sungai yang ada di wilayah kita ini, kan hampir sebagian besar untuk irigasi sawah dan perkebunan," katanya.

Nah, kata dia, tidak sedikit jumlah polutan limbah sampah yang dibawa sungai itu, dan kalau hal itu dibiarkan bertahun-tahun, maka bila mengalir ke sawah atau perkebunan, maka selain akan merusak tanah juga akan merusak kesehatan manusia.

Sebab unsur hara yang dibawa air sungai ke sawah atau perkebunan itu pasti juga diserap oleh tanaman.

Bisa jadi hasil panen atau kebun itu tidak sehat, walaupun organik.

Apalagi air sungai itu juga digunakan untuk tambak perikanan dan sebagainya.

"Jadi sifat air yang menjadi habitat ikan-ikan itu bisa menjadi karsinogen," papar Yuda.

Karsinogen adalah zat, organisme, atau agen yang bisa meningkatkan risiko kanker atau memicu kanker.

Artinya, makanan yang dulu sehat, tetapi karena tidak hati-hatinya kita dalam membuang sampah, yakni membuang sampah sembarangan di sungai maka akan menjadi tidak sehat.

"Padahal selama ini orang berpikir makan ikan itu kan mesti sehat, tapi ikan yang dikonsumsi karena hidup dalam habitat yang tercemar, maka itu juga akan menjadi salah satu penyebab kanker tadi," kata Yuda.

"Jadi maksud saya, kalau masalah-masalah seperti ini tidak kita atensi dari awal, ya ke depan ketidak kesehatan kita akan selalu mengiringi," tambahnyam

Ia berharap, selama ia menjadi Dandim 0818, ia bisa membantu mengedukasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang juga melibatkan masyarakat.

Syukur-syukur, lanjut dia, kalau masyarakat melihat ada unit TNI kok masih mau bersih-bersih sampah, dan mereka memahami.

Karena sebenarnya ini masalah yang serius. Yuda mencoba mulai mengajak masyarakat, mengedukasi mereka untuk mengelola sampah itu dengan baik mulai hulu sampai hilir

"Intinya masyarakat jangan membuang sampah sembarangan," tegas dia 

Ia kemudian mencontohkan keadaan di stadion Kanjuruhan. Stadion in bakal menjadi stadion yang bagus.

"Cuma kendalanya kalau tempat yang bagus tidak didiami oleh masyarakat masyarakat yang peduli sampah ya sayang sekali," kata Yuda.

Seharusnya stadion Kanjuruhan ini bersih seperti stadion BK, pagi bisa untuk olahraga.

"Namun saya sering menyampaikan kepada  bapak bupati soal sampah ini. Pernah suatu ketika saya lari pagi di stadion Kanjuruhan, saya melihat sampahnya berserakan dimana-mana setelah malam harinya ada acara. Ini sayang banget bila kemudian  dibanding dengan fasilitas sebagus itu," tuturnya.

Kalau di Kota Batu, Yuda menegaskan sudah satu misi dengan  PJ Wali Kota Batu soal kebersihan dan sampah. Karena Kota Batu adalah kota wisata.

"Jangan sampai wisatawan baik domestik apalagi mancanegara ke sana disuguhi sampah yang tidak pada tempatnya. Karena selain estetika juga mengganggu kesehatan," ujarnya.

"Saya melihat pak Pj Wali Kota Batu care banget, sehingga soal kebersihan sampah di Kota Batu sudah cukup baik lah," kata Yudam

Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar sungai itu dijaga betul. Jangan membuang sampah di sungai.

"Sekali lagi jangan membuang sampah di sungai. Sebab sungai kita ini sangat besar manfaatnya dalam memberi penghidupan kepada manusia," tuturnya.

Bagaimana agar misinya itu nyampai di masyarakat Kabupaten Malang secara keseluruhan, Dandim mengaku telah mengerahkan kepedulian para Danramil yang tersebar di 33 kecamatan di Kabupaten Malang dan 3 kecamatan di Kota Batu.

Baginya, karena ini adalah satuan teritorial maka hal itu tidaklah sulit. Toolnya atau perangkatnya lengkap. Di tiap kecamatan itu ada Koramil. Saya telah memberi motivasi kepada para Danramil di seluruh wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu," kata dia. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.