TIMES SURABAYA, SURABAYA – Barista tuli dari Kopi Tutur Rasa mengekspresikan karakter dan perjalanan mereka melalui sajian kopi, sementara teman-teman dari Tutur Mata menyampaikan cerita dalam prespektif melalui karya fotografi.
Kegiatan ini tampak dalam sebuah acara memperingati Hari Disabilitas Internasional pada Rabu (3/12/2025) di Midtown Residence Surabaya.
Hotel di Kawasan Ngagel itu mengadakan acara inklusif bertajuk “Warna Warni Tanpa Suara Kopi Tutur Rasa x Tutur Mata”.
Sebelum acara inti dimulai, peserta mengikuti talk show inklusif. Mereka diajak berinteraksi menggunakan bahasa isyarat. Dari teman tuli barista Kopi Tutur Rasa, ada Akbar, Dandi Wijaya, Della, Devi dan Rio. Mereka berlima mengajak seluruh peserta belajar huruf abjad bahasa isyarat bisindo.
Selain talk show inklusif, ada pameran foto Tutur Mata dan bedah buku. Hasil foto teman-teman disabilitas dipamerkan di antara peserta talk show. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi bedah buku “Tutur Mata”.
“Hasil jepretan teman-teman Tutur Mata tidak kalah dengan orang pada umumnya, mereka mengerjakan dengan profesional. Bahkan, buku ini sudah dibedah di pameran foto internasional di Jakarta,” ujar Mamuk, pembedah buku “Tutur Mata”.
Buku Foto Tutur Mata sempat mencuri perhatian banyak kalangan hingga 19 September lalu mendapat kesempatan untuk dipresentasikan di ajang tahunan Jakarta International Photo Festival (JIPFest) yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, sebuah festival yang dikenal sebagai ruang temu para fotografer, peneliti, dan pegiat visual dari dalam dan luar negeri.

Selama berkarya, teman-teman disabilitas bisu tuli didampingi Leo, sebagai mentor fotografi. Leo menyampaikan cerita di balik hasil pemotretan karya teman-teman disabilitas.
Setiap foto memiliki makna, pesan dan cerita personal yang disampaikan melalui visual tanpa suara secara mendalam.
"Karya tersebut dihasilkan oleh para fotografer dari Tutur Mata yang juga merupakan penyandang disabilitas, yaitu Septian, Kiking, Omay, Dewa, Jacky, Pina dan Kori,” tutur Leo.
Donny Manuarva, Corporate General Manager Midtown Hotels Indonesia, menyampaikan, bahwa Midtown Hotels Indonesia melalui program Midtown Connect memberikan akses kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas.
“Saya melihat semangat yang begitu besar dalam diri Dewa untuk bekerja dan berkembang di industri profesional. Semangat seperti ini perlu diberi ruang untuk tumbuh. Memberi kesempatan bukan hanya soal empati, tetapi juga pengakuan bahwa mereka memiliki kemampuan dan potensi nyata untuk berkontribusi,” ujarnya.
Gege, Public Relations Midtown Hotels Indonesia mengatakan, acara yang bertajuk "Warna Warni Tanpa Suara" merupakan ruang bagi disabilitas bisu tuli. Masyarakat umum dapat melihat kemampuan yang dimiliki teman-teman disabilitas.
Warna Warni Tanpa Suara bukan sekadar acara, tetapi sebuah ruang yang ingin dihadirkan agar masyarakat dapat melihat bahwa setiap orang, termasuk teman-teman disabilitas, memiliki warna dan kekuatan yang layak dihargai.
"Kami berharap kegiatan ini menjadi langkah kecil yang membawa dampak besar dalam mendorong lingkungan yang lebih inklusif dan saling memahami," tambah Gege.
Acara ini merupakan kolaborasi antara Kopi Tutur Rasa, Disabilitas Berkarya (Tutur Mata) dan Kitasetara Foundation yang bersama-sama menciptakan ruang apresiasi bagi kreativitas dan potensi teman-teman disabilitas.
Turut hadir dalam acara ini, teman-teman disabilitas dari berbagai komunitas, mahasiswa dan dosen dari UNESA, UNITOMO dan STIKOSA.
Ibu Eva selaku Kepala UPTD Kampung Anak Negeri Dinas Sosial Surabaya juga hadir memberikan dukungan atas inisiatif pemberdayaan dan gerakan inklusif ini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Warna Warni Tanpa Suara dalam Karya Fotografi Disabilitas Bisu Tuli
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Deasy Mayasari |