TIMES SURABAYA, SURABAYA – Mentari belum tinggi. Embun pagi masih terasa dingin di kulit. Tapi di hamparan sawah Desa Bajulan, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur langkah para prajurit TNI sudah terlihat sigap.
Di antara petani, mereka membaur. Tak canggung, tak berjarak. Seragam loreng tak menghalangi tangan mereka ikut mengolah tanah yang basah dan berlumpur.
Salah satunya adalah Pelda Kokok Winarko. Sosok Babinsa dari Koramil 0803-09/Saradan ini bukan hanya hadir sebagai pengayom, tapi juga sebagai sahabat para petani.
Hari-harinya tak sekadar patroli atau menjaga keamanan. Ia hadir dari pagi hingga sore, membantu petani menyiapkan lahan, menanam padi, bahkan ikut memikirkan solusi saat pupuk langka atau hama menyerang.
Ia tahu, keberhasilan petani bukan hanya urusan pribadi. Ini urusan bangsa. Ini bagian dari ketahanan pangan yang harus dijaga bersama.
“Mulai dari pembibitan, penanaman, perawatan, hingga panen, kami dampingi. Bahkan kami ikut membantu serapan gabah oleh Bulog,” tutur Kokok, penuh semangat, Selasa (13/5/2025). Matanya bersinar, menggambarkan ketulusan yang tak dibuat-buat.
Ia tak ragu turun ke sawah. Tak keberatan tangannya kotor oleh lumpur. Ia percaya, satu tindakan nyata lebih berharga dari seribu kata-kata. Bagi Kokok, membantu petani adalah bentuk kecintaan kepada negeri.
“Sebagai Babinsa, tugas kami bukan hanya menjaga wilayah. Tapi bagaimana keberadaan kami dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kalau petani sejahtera, maka desa akan kuat. Bangsa pun akan tangguh," ucapnya.
Kedekatannya dengan warga pun bukan basa-basi. Petani mengenalnya bukan hanya sebagai tentara, tapi sebagai keluarga. Tempat bertanya, tempat curhat, dan tempat mengadu kala kesulitan datang.
“Kami sangat terbantu dengan kehadiran Pak Kokok dan bapak-bapak TNI. Waktu hama menyerang dan pupuk langka, mereka bantu cari jalan keluar,” ungkap Karmin, salah satu petani yang sudah lama mengenal Kokok.
Bagi Karmin dan warga Bajulan lainnya, TNI bukan sekadar institusi negara. Tapi tangan nyata yang membantu mereka tetap bertahan di tengah tantangan pertanian.
Tak heran jika semangat Kokok pun mendapat perhatian dan pujian. Danrem 081/DSJ, Kolonel Arm Untoro Hariyanto, menyebut aksi Kokok sebagai contoh prajurit sejati.
“Pelda Kokok ini contoh yang baik. Babinsa harus seperti ini, hadir dan memberi manfaat bagi rakyat,” tegasnya.
Ia berharap dedikasi Kokok bisa menginspirasi Babinsa lainnya di seluruh tanah air. Karena tugas prajurit bukan hanya di medan perang, tapi juga di tengah sawah, di pinggir desa, di hati rakyat.
“Kita harus terus berbuat terbaik untuk rakyat. Jangan pernah lelah. Karena di situlah letak kebanggaan seorang prajurit,” pesan Untoro, penuh harap.
Kisah Kokok dan para Babinsa lainnya adalah potret kecil dari wajah besar pengabdian TNI. Di tengah tantangan zaman, mereka tetap teguh. Tetap hadir. Tak hanya sebagai penjaga negeri, tapi juga sebagai sahabat setia para petani. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: TNI Sahabat Petani: Kisah Babinsa Turun ke Sawah di Desa Bajulan
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |