TIMES SURABAYA, SURABAYA – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini membagikan pengalamannya saat menjalani program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) di markas Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Australia.
Ia adalah Fadina Zahra. Selama dua bulan menjalani magang, ia mengaku mendapat begitu banyak pengalaman. Salah satunya, mengajar bahasa Indonesia di St. Clare's of Assisi Primary School (Sekolah Dasar) di Canberra.
Sejak SD, Fadina bercita-cita menjadi seorang guru bahasa Indonesia. Karena memang ia sangat menyukainya.
“Mimpi itu jadi nyata, bahkan bisa mengajar bahasa Indonesia di Australia,” ungkapnya bangga, Sabtu (3/8/2024).
Selama mengajar, ia memberikan pengajaran tentang bahasa dan budaya Indonesia. Karena lahir di lingkungan Jawa, Fadina mengenalkan budaya Jawa seperti baju tradisional, lagu Jawa, dan membuat batik untuk para siswa.
“Yang saya suka di sana itu sistem pembelajarannya. Setiap pergantian mapel, ada jam istirahat. Menurut saya, itu membawa pengaruh yang baik bagi mereka sehingga gampang nerima materi,” terangnya.
Bagi mahasiswi UNESA itu, hal paling berkesan baginya adalah ketika malam sastra. Acara yang diagendakan KBRI dengan komunitas Balai Budaya dan Bahasa di ACT Canberra ini membahas buku dengan penulisnya.
Saat itu, dia berkesempatan berdiskusi langsung dengan Leila S Chudori tentang buku ‘Namaku Alam’ dan ‘Laut Bercerita’, juga dengan penulis buku ‘Tjong’, Herry Gendut Janarto.
Pada acara ini bukan hanya diskusi, tetapi makanan yang disuguhkan juga sesuai dengan apa yang disebutkan dalam buku. “Jadi waktu makan, kita tahu apa sejarah dan arti makanan itu. Sastra dan makanan memang dua hal yang cocok untuk dipadukan,” tambahnya.
Selain mengajar, Fadina juga berkesempatan untuk mendampingi kunjungan sekolah, universitas, instansi, dan lembaga lain yang memiliki ikatan kerja sama dengan Indonesia.
"Berbekal pengalaman jurnalistik yang saya dapatkan di Unesa sangat membantu tugas-tugasnya di sana. Misalnya, saat ada kunjungan di KBRI, saya bagian menulis siaran pers. Selain itu, juga belajar lebih luas tentang bagaimana diplomasi antar kedua negara bisa terlaksana lewat sebuah MoU," ceritanya.
Pengalaman magang di Australia itu membuat Fadina semakin termotivasi untuk membagikannya secara luas. Baginya, pelajaran paling berharga adalah menghargai waktu.
“Mereka benar-benar menghargai waktu. Di sana, sangat jarang ada kata terlambat. Saat kerja ya kerja, kalau selesai ya istirahat. Mereka sangat mengerti kebutuhan,” tutup mahasiswi Unesa. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |