TIMES SURABAYA, BONDOWOSO – Sejumlah petani tembakau di Bondowoso masih melakukan proses panen. Namun sayang sejak akhir Oktober hujan mulai mengguyur wilayah yang masuk Wilayah Tapal Kuda tersebut.
Bahkan dalam beberapa hari terakhir, Kabupaten Bondowoso diguyur hujan disertai angin kencang. Bahkan hingga sejumlah pohon tumbang.
Salah seorang petani di Jambesari DS Kabupaten Bondowoso, Rokib menjelaskan, panen dan produksi tembakau terkendala hujan.
Menurutnya, untuk harga tembakau rajangan turun menjadi Rp35-40 ribu karena tidak kering total. Kalau kering total atau ada panas bisa Rp55 ribu per kilogram.
“Biasanya hanya panas setengah hari. Dzuhur biasanya hujan. Meski panas harga tembakau tidak seperti awal panen,” kata dia, Sabtu (2/11/2024).
Sementara untuk yang panen bulan Oktober dan November masa tanamnya Juli. Bahkan masih ada tembakau krosok yang dijual pet tusuk, satu tusuk bisa 4-5 lembar.
“Kemarin saya jual 6500 tusuk Rp12 juta, memang kalau krosok lebih mahal. Saya berharap harga tetap stabil,” harap dia.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Bondowoso, Mohammad Yasid mengatakan, panen tembakau masih belum tuntas masih tersisa sekitar 5 persen tembakau petani yang belum dipanen.
Menurut, harga tembakau masih stabil dengan harga krosok Rp6.500 per kilogram, dan tembakau rajangan Rp60 ribu per kilogram.
Namun, hujan yang melanda ini ditambah lagi sudah banyak gudang atau vendor yang per tanggal 31 Oktober 2024 sudah tutup. Hal itu kata dia, menambah kekhawatiran petani.
Pengalaman tahun sebelumnya, petani akan menjual tembakaunya kepada para penimbun atau perusahaan kecil yang masih melakukan pembelian.
"Tidak ada rumus tembakau tidak laku. Sebaiknya bisa disimpan oleh petani," jelasnya.
Di Bondowoso sendiri, tahun ini terjadi peningkatan luasan lahan yang menanam tembakau yakni 10 ribu hektar. Dibanding tahun 2023 lalu yang berkisar di 6.500 hektar.
Sementara 20 persen lahan tanam tembakau terbanyak di Kecamatan Maesan. Sedangkan sisanya tersebar di 21 kecamatan lainnya. Hanya di Kecamatan Ijen yang disebutnya tak menanam tembakau karena terlalu tinggi.
Namun karena iklim cuaca yang tak menentu, membuat petani agak mundur menanam tembakau efek dari tahun 2023 yang kemaraunya sangat panjang hingga Desember.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Banyak Gudang Mulai Tutup, Petani Tembakau di Bondowoso Berharap Harga Tetap Stabil
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Faizal R Arief |