https://surabaya.times.co.id/
Gaya Hidup

Umar Patek Buka Bisnis Kopi Resep Ibu, Ramu Coffe 1966

Jumat, 06 Juni 2025 - 23:25
Umar Patek Buka Bisnis Kopi Resep Ibu, Ramu Coffe 1966 Umar Patek menunjukkan brand kopi miliknya, Ramu Coffee 1966. Ia mendapat tempat di Hedon Estate Surabaya, Jumat (6/6/2025). (Foto: Hamida Soetadji/TIMES Indonesia)

TIMES SURABAYA, SURABAYAUmar Patek, namanya dikenal sebagai seorang mantan narapidana teroris. Dia telah memilih jalan baru menapaki masa depan, mengubah pandangan hidup dengan membuat seduhan kopi terbaik.

Banyak yang bilang kopi racikannya enak sekali. Terutama bagi pencinta kopi, rasanya tidak mengecewakan. 

Pelan tapi pasti, Umar Patek memberanikan diri terjun di bisnis kopi, tentunya semua kopi yang dijual hasil racikannya sendiri. 

Meracik kopi tidak asing baginya. Sejak kecil, dia terbiasa melihat kopi diracik sendiri oleh keluarganya. Terutama ibunya. Setiap kali tamu berkunjung ke rumahnya, ibunya selalu menyuguhkan kopi. 

“Keluarga kami selalu membeli biji kopi lalu diblend sendiri, suguhan spesial ya kopi. Sejak kecil, saya sudah melihat ibu meracik kopi untuk tamu, resep dari ibu sampai sekarang saya gunakan,” ujar Umar yang asli warga Pemalang ini saat ditemui TIMES Indonesia di Hedon Estate, Jalan Ngagel, Surabaya, Jumat (6/6/2025).

Kebiasaan meracik kopi ini tidak pernah hilang, terbawa sampai ia tumbuh dewasa. Umar selalu menyuguhkan kopi racikannya sendiri jika ada tamu yang datang.

Kopi sudah merasuk dalam jiwanya, takaran yang pas membuat kopi terasa nikmat. Apalagi kopinya harum semerbak, belum minum sudah terasa aromanya.

“Meracik kopi salah satu keahlian yang saya bisa, menurut saya sih biasa, namun banyak teman-teman yang suka dengan kopi buatan saya, Dokter David salah satunya,” ujar Umar sambil melirik Dokter David yang duduk disampingnya. 

Keahliannya ini tidak disia-siakan Dokter David Andreasmito, ia pun menawarkan bisnis jualan kopi. 

Umar yang saat itu kehilangan pekerjaan selama bertahun-tahun pun mengiyakan. Namun, terlintas nada keraguan dibenaknya : Apa iya kopi bikinannya laku keras? Sedangkan Umar, adalah mantan narapidana dengan kasus berat. Seorang narapidana teroris. 

Belum selesai  memikirkan laku tidaknya jualan nanti, ia kembali memikirkan Dokter David. Dirinya takut merusak reputasi Fokter David jika ia diajak kerja sama membuka kopi di kafe milik dokter nyentrik ini. 

“Jujur, yang saya pikirkan sebetulnya Dokter David, saya nggak mau merusak reputasi beliau. Kalau tentang diri saya, saya tidak khawatir. Saya bisa melewati itu,” katanya penuh keyakinan.

Namanya Jadi Brand Kopi

Setelah tawaran itu diterima, ia lalu membuat racikan kopi dengan berbagai varian. Tiga bulan sebelum launching, kopinya disuguhkan tanpa nama (brand).

Café Hedon Estate yang biasanya menggunakan produk kopi lain, kini beralih menggunakan kopi buatan Umar. 

Dua bulan masa percobaan, pengunjung café yang menikmati kopi buatan Umar tidak ada yang bilang tidak enak. Testimoni tamu selalu bilang enak dan enak banget. Tidak ada yang tahu jika kopi tersebut buatan Umar Patek. 

Kalau saja ada yang tahu, bisa jadi jadi mereka menjahui café atau tidak membeli kopi tersebut. lambat laun, konsumen diperkenalkan kepada Umar. Saat tahu yang kopi tersebut produksi Umar, para tamu tetap saja memesan kopi buatannya. 

“Sebelumnya, tidak ada yang tahu kalau kopi tersebut saya yang bikin. Dan kopi ini sekarang sudah mempunyai brand, Ramu. Nama Ramu sejatinya nama saya, ejaannya yang saya balik. Kalau angka 66 adalah angka kelahiran saya,” ungkapnya dengan percaya diri. 

Saat ini produksinya mencapai 2.000 kantong, dengan kemasan 200 gram dan 250 gram. Proses pembuatan kopi sekarang tidak manual, ia menggunakan mesin peracik. Setiap kali produksi ia dibantu 2-4 orang. 

Sulit Mendapat Pekerjaan

Mundur ke belakang. Usai dinyatakan bebas di tahun 2022, Umar Patek kesulitan mendapat pekerjaan.

Tidak  mudah bagi mantan narapidana Bom Bali 1 itu mendapat kepercayaan kembali di masyarakat. Yang terjadi, selama tiga tahun dirinya luntang-lantung tanpa pekerjaan. 

Mencoba melamar di sana-sini, yang ada hanya penolakan. Awalnya, mereka tidak tahu jika itu Umar Patek. Ketika melihat profilnya, langsung ditolak tanpa ada alasan. 

Pria yang bernama asli Hisyam ini tidak pernah putus asa, ia berjuang mencari keberuntungan, terus membuka akses untuk mendapat kepercayaan kembali di masyarakat. 

“Saya bersyukur bertemu dengan beliau, Dokter David banyak sekali membantu saya, dalam hal ini membuka peluang pekerjaan. Mengenalkan saya dengan koleganya,” ujar Umar yang sekarang tampak lebih segar dari sebelumnya. 

Umar melangkah dengan percaya diri, taubat dengan apa yang pernah dilakukan pada masa jahiliyah.

Ia mengaku, sekarang mengalami fase penyadaran, suaranya yang lembut tidak meledak seperti pada saat masih dia berada di jalan yang salah. 

Tatapan matanya masih tajam ketika lawan bicara membuka pembicaraan. Meski tajam, tatapannya berbeda tidak ada rasa emosional yang berlebih. Sekarang lebih kalem, gaya bicaranya lebih santai tidak meledak-ledak. 

Ingin Membantu Penyintas

Masih ingat di persidangan Umar beberapa tahun yang lalu. Dia mengaku bersalah atas perbuatannya yang banyak menelan korban jiwa.

Sejak saat itu, kehidupannya berubah. Ia ingin lebih baik lagi jika diberi kesempatan menghirup udara segar. 

Melalui bisnisnya ini, ia ingin membantu penyintas Bom Bali. Dengan cara apapun ia membantu, rasa bersalah tidak pernah hilang.

Saat TIMES Indonesia bertanya kenapa masih memikirkan penyintas dan mau membantu? Umar sejenak terdiam.

“Sampai sekarang saya merasa bersalah, saya merasa berdosa sekalipun saat itu sudah mulai mencegah jangan sampai itu terjadi. Saya ingin sekali membantu penyintas,” ungkapnya dengan suara bergetar. 

Umar ingin sisa hidupnya lebih bermanfaat, ia tidak ingin sisa hidupnya mencelakai kehidupan orang baik secara psikologis maupun bisnis. Mulai dengan bisnis “Ramu Coffe 1966”, ia menjalani sisa hidup dengan banyak berkah. 

Mengenai masa lalu, ia tidak ingin menoleh ke belakang lagi, jalannya tegap dan sigap menatap jauh ke depan. Satu lagi ramah, tidak ada kesan sebagai mantan teroris. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.