https://surabaya.times.co.id/
Forum Mahasiswa

Menciptakan Kesempatan: Visi Positif Kampus Merdeka untuk Mahasiswa

Minggu, 31 Maret 2024 - 15:42
Menciptakan Kesempatan: Visi Positif Kampus Merdeka untuk Mahasiswa Afif Ramdlani, Mahasiswa Universitas Islam Malang

TIMES SURABAYA, MALANG – Tulisan ini merupakan respon dari tulisan sebelumnya yang terbit di Times Indonesia, “Eksploitasi Mahasiswa: Tantangan Kampus Merdeka”. Dalam tulisan tersebut menyuarakan keprihatinan yang relevan tentang kondisi pendidikan tinggi di Indonesia. Namun, perlu dipertimbangkan beberapa aspek yang dapat menguatkan opini tersebut, sehingga tidak terjadi kecelakan pemikiran. 

Penting bagi penulis untuk menyertakan data yang valid sehingga terhindar dari Cherry Picking dan Hasty Generalizaton. Penting juga untuk faham betul apa itu eksploitasi, apa itu MBKM, dan mestinya bisa membedakan apa itu di persiapkan untuk kebutuhan dunia kerja dengan memperkuat jejaring dalam membantu menata jenjang karir Mahasiswa.

Meskipun ada kasus di mana mahasiswa dapat dianggap sebagai objek eksploitasi dalam program-program yang mungkin tidak langsung terkait dengan keilmuan mereka, kita juga harus memahami bahwa tidak semua program pendidikan yang menekankan kebutuhan industri adalah bentuk eksploitasi.

Ketika kita berbicara tentang mahasiswa sebagai objek eksploitasi, penting untuk mempertimbangkan bahwa banyak program pendidikan tinggi yang tetap memberikan landasan keilmuan yang kuat sambil juga mempersiapkan jenjang karir mahasiswa. Ini bisa termasuk pengembangan keterampilan praktis yang diperlukan di lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi mereka.

Selain itu, mengenai "Kampus Merdeka," program ini sebenarnya dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan ide dan gagasan baru. Dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka, program ini seharusnya mendorong kreativitas dan inovasi.

Menyebutkan bahwa instansi perguruan tinggi seharusnya lebih selektif dalam memilih lembaga atau perusahaan untuk magang tidak cukup untuk menangani masalah eksploitasi dalam pendidikan tinggi. Masalah eksploitasi ini sering kali melibatkan faktor-faktor yang lebih kompleks, seperti kurangnya pengawasan dan kebijakan yang jelas, tidak adanya mekanisme perlindungan yang memadai bagi mahasiswa, serta kurangnya kesadaran akan hak-hak mahasiswa dalam konteks magang.

Selain itu, menyalahkan perguruan tinggi karena tergiur dengan indikator kinerja utama (IKU) dari Kementerian Pendidikan, serta tidak melakukan double checking terhadap tawaran magang di luar negeri, juga terlalu mengabaikan faktor-faktor sistemik dan struktural yang mungkin menjadi penyebab utama masalah ini. Perguruan tinggi sering kali dihadapkan pada tekanan untuk memenuhi target dan indikator kinerja yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga mereka mungkin terjebak dalam situasi di mana mereka harus mengambil risiko yang tidak diinginkan.

Lebih lanjut, menekankan pada pemilihan lembaga atau perusahaan saja tidak cukup. Diperlukan upaya kolaboratif antara perguruan tinggi, pemerintah, industri, dan lembaga terkait lainnya untuk mengembangkan kebijakan dan praktik yang memberikan perlindungan yang lebih baik bagi mahasiswa dalam konteks magang. Ini termasuk pembentukan standar yang jelas, mekanisme pengawasan yang efektif, pelatihan bagi mahasiswa tentang hak-hak mereka, serta kerjasama yang kuat antara institusi pendidikan dan dunia karir.

Meskipun aktivisme mahasiswa telah terbukti efektif dalam sejarah dalam merumuskan solusi atas berbagai masalah, tidak dapat disimpulkan bahwa semua bentuk aktivisme mahasiswa selalu efektif atau memberikan hasil yang positif. Terdapat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti konteks sosial, politik, dan budaya yang dapat memengaruhi efektivitas dari aktivisme tersebut.

Selain itu, menyebut konsep "perbudakan modern" atas nama merdeka belajar sebagai paradoks yang bertentangan dengan nilai-nilai perguruan tinggi juga perlu dikaji lebih lanjut. Konsep "merdeka belajar" seharusnya memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi mereka secara bebas, namun tetap bertanggung jawab terhadap akademik dan moralitas.

Terkait dengan tuntutan untuk membuka kebebasan akademik yang relevan dan konsisten dengan apa yang sudah dipelajari di fakultas masing-masing, hal ini memang penting. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan bahwa kebebasan akademik harus diimbangi dengan tanggung jawab dan kesadaran akan konsekuensi dari penggunaan kebebasan tersebut.

Adanya dinamika yang terjadi karena tidak adanya legal kontrol yang mengatur aktivitas mahasiswa, terutama yang berkegiatan di luar negeri, memang menjadi isu yang perlu diperhatikan. Namun, pembukaan kebebasan haruslah sejalan dengan prinsip-prinsip hukum dan etika, serta memperhatikan kepentingan bersama antara mahasiswa, perguruan tinggi, dan masyarakat.

Terakhir, sebagai alumni MBKM, penulis tidak sepakat dengan pandangan bahwa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menghasilkan korban atau telah mencemari sistem pendidikan dengan eksploitasi. Sebaliknya, kami percaya bahwa MBKM telah membawa manfaat yang signifikan bagi mahasiswa dan sistem pendidikan secara keseluruhan.

MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri secara holistik, tidak hanya dalam hal akademik tetapi juga keterampilan dan kepribadian yang diperlukan untuk sukses di dunia karir. Program ini telah membuka pintu bagi kreativitas, inovasi, dan kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan industri.

Selain itu, MBKM juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat dengan merumuskan solusi atas berbagai masalah. Dengan demikian, program ini tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa secara individu tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi pembangunan sosial.

***

*) Oleh : Afif Ramdlani, Mahasiswa Universitas Islam Malang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
 

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.