TIMES SURABAYA, SURABAYA – Sekolah Rakyat sudah berjalan beberapa bulan sejak dibuka pertengahan 2025. Di Sekolah Rakkat Unesa (Universitas Negeri Surabaya), sekitar 100 siswa menempuh pelajaran layaknya sekolah menengah, tetapi dengan sistem boarding school. Mereka tak hanya datang pagi dan pulang sore, melainkan hidup bersama dalam asrama yang letaknya masih satu area di dalam Kampus Unesa Lidah Wetan.
Gedung asrama ini terpisah dari area belajar sehingga kegiatan sekolah dan kehidupan sehari-hari memiliki ruang masing-masing. Untuk belajar, para siswa menempati ruang kelas di lantai tiga Gedung Laboratorium Anti-Doping, dengan fasilitas yang setara sekolah menengah pada umumnya, meski belum dilengkapi laboratorium sains. Sementara itu, asrama menyediakan kamar berisi empat orang dan ruang bersama untuk shalat, makan, pengembangan diri atau kegiatan lainnya.
“Di sini lebih terfasilitasi dan lebih nyaman. Fasilitasnya bersih dan membuat betah,” kata Eka Anggun (15), salah satu siswa yang ditemui TIMES Indonesia, Jumat (26/9/2025).
Aktivitas sehari-hari
Kegiatan harian anak-anak di sini dimulai sejak pagi. Mereka mengikuti jadwal pelajaran seperti matematika, bahasa, dan keterampilan lain di weekdays. Sabtu dan Minggu diisi dengan kegiatan dari asrama.
“Kalau di asrama, mungkin aktivitasnya kayak hari Sabtu-Minggu itu ada senam pagi, makan bersama, sholat, sama public speaking juga ada,” tutur Anggun. Di aula lantai satu mereka berlatih berbicara di depan teman-teman atau belajar bahasa.
Tinggal jauh dari rumah tentu bukan hal mudah, terutama bagi siswa yang sebelumnya memang masih tinggal dengan orang tua. “Susahnya itu nggak bisa bersama keluarga yang pastinya. Pasti juga ada rasa kangen sama mereka kadang,” ujarnya pelan.
Ada jadwal khusus bagi mereka untuk bisa pulang ke rumah yaitu saat libur semester dan lebaran. Namun, rasa kangen itu sedikit terobati karena keluarga sesekali datang berkunjung. “Kalau kangen rumah, biasanya ayah kan ke sini buat jenguk aku. Kadang juga gantian buat jengukin,” tambahnya.
Banyak perubahan positif yang dirasakan sejak masuk Sekolah Rakyat. Salah satunya, kebiasaan bermain gawai kini jauh lebih terkontrol. “Dulu saya tuh sering banget main game. Sampai gak ingat waktu. Adanya sekolah rakyat di sini lebih terkontrol buat main HP. Kan sekarang main HP-nya juga dibatasin. Jadi gak selalu main HP terus-terusan. Gak selalu main game. Lebih fokus juga untuk belajar,” katanya.
Kebersamaan di asrama juga membuatnya belajar hal-hal kecil yang ternyata penting, seperti berbagi tugas menjaga kebersihan kamar, mengatur waktu belajar, hingga berani berbicara di depan orang banyak.
Program ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan pelajaran akademik, tetapi juga untuk menumbuhkan karakter. Para siswa dilatih untuk berdisiplin, bekerja sama, dan mandiri melalui kegiatan dan jadwal yang teratur, tentunya dengan didampingi guru di sekolah dan wali asuh di asrama.
Siswa tidak hanya mengejar nilai, mereka juga belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan menemukan potensi diri. Anggun dengan semangat menyampaikan harapannya, "Harapan saya, sekolah rakyat bisa lebih memperbanyak siswanya, biar orang yang ekonominya kurang juga bisa merasakan sekolah rakyat."
Setelah melihat realita, jelas bahwa program sekolah rakyat memberi ruang bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi pelajar dan orang yang siap untuk masa depan. (*)
Penulis: Della Nur Khofiah
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |