https://surabaya.times.co.id/
Wisata

Puspa Agraria, Wisata Edukatif Petik Melon Hidroponik dari Desa Bedali Malang

Jumat, 01 Agustus 2025 - 10:23
Puspa Agraria, Wisata Edukatif Petik Melon Hidroponik dari Desa Bedali Malang Pengunjung sedang berada di area Green House budidaya buah Melon, yang ada di Desa Bedali, Lawang, Malang, Jumat 1/8/2025. (FOTO: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)

TIMES SURABAYA, MALANG – Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur kini memiliki wisata pertanian yang unik dan edukatif bernama Puspa Agraria.

Sejak mulai beroperasi pada awal tahun 2023, kawasan ini telah menggelar panen melon hidroponik sebanyak delapan kali. Wisata petik melon ini bukan hanya menghadirkan pengalaman agrowisata yang menyenangkan, tetapi juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, khususnya bagi petani muda milenial.

buah-Melon-2.jpg

Puspa Agraria dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan dibangun dalam bentuk green house seluas 450 meter persegi. Di dalamnya terdapat 600 polibag besar, yang masing-masing mampu menumbuhkan dua tanaman melon—total sekitar 1.200 tanaman dalam satu siklus budidaya. Setiap tanaman menghasilkan satu buah, sehingga panen berlangsung secara terukur dan berkualitas.

Menurut Supriyadi, salah satu pengelola, keberadaan Puspa Agraria telah memberikan dampak positif secara langsung terhadap hasil pertanian. “Kami bisa menghasilkan panenan melon yang lebih banyak dengan kualitas baik,” ujarnya, Kamis (31/7/2025).

Tiga Jenis Melon yang menjadi unggulan BUMDes Puspa Agraria menanam tiga varietas yaitu: Devina dengan masa panen 55–60 hari, Adinda dengan masa panen 65–70 hari dan Sweet Lavender dengan masa panen 65–70 hari. 

buah-Melon-3.jpg

Hasil panen dari satu green house bisa mencapai 800 hingga 900 kilogram, dengan tingkat kemanisan 14–15 briks—standar manis yang sangat disukai konsumen. “Semakin banyak orang yang berminat mengonsumsi melon hidroponik karena kualitasnya premium,” tambah Supriyadi.

Sistem budidaya yang digunakan adalah hidroponik tertutup dengan media tanam cocopeat (serabut kelapa). Nutrisi diberikan melalui sistem drip irrigation atau tetes, yang efisien, ramah lingkungan, hemat air, dan tanpa penggunaan pestisida kimia. Pendekatan ini tak hanya menghasilkan tanaman yang sehat, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan.

Konsep "petik sendiri" menjadi salah satu daya tarik utama. Pengunjung dapat memetik langsung buah melon dari pohonnya, dengan harga jual Rp30.000 per kilogram, berlaku untuk semua jenis. Menariknya, tidak ada tiket masuk alias gratis. Saat musim panen, Puspa Agraria bisa menerima 50 hingga 100 pengunjung per hari, mulai dari keluarga, wisatawan umum, hingga pelajar.

Puspa Agraria juga menjadi sarana edukasi pertanian, terutama bagi pelajar dan mahasiswa jurusan pertanian. Mereka bisa belajar langsung mengenai proses budidaya melon hidroponik, pengelolaan pertanian modern, hingga strategi pemasarannya.

Lebih dari itu, Supriyadi menegaskan bahwa keberadaan tempat ini juga memberikan nilai inspiratif. “Kami berharap, Puspa Agraria bisa menginspirasi banyak generasi muda milenial untuk mau terjun menjadi petani,” ujarnya.

Melalui keterlibatan aktif petani muda dan dukungan BUMDes, Puspa Agraria menjadi contoh nyata pertanian modern berbasis desa yang mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. (*)

Pewarta : Adhitya Hendra
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Surabaya just now

Welcome to TIMES Surabaya

TIMES Surabaya is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.