TIMES SURABAYA, SURABAYA – Ramai kampanye 17+8 Tuntutan Rakyat yang digerakkan secara aktif melalui media sosial dengan visual dan grafis yang unik, yakni penggunaan warna hijau dan pink (merah muda). Tuntutan tersebut muncul menyusul aspirasi-aspirasi yang disuarakan dalam aksi sepanjang 25 Agustus - 2 September 2025.
Meski belum semua tuntutan terselesaikan, gerakan ini dinilai cukup efektif. Apakah benar penggunaan warna menjadi pengaruh keberhasilan dari gerakan tersebut?
Asthararianty, S.Sn., M.Ds., dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Kristen (UK) Petra atau Petra Christian University (PCU), Surabaya, menguak kekuatan di balik makna warna dan bagaimana ia bekerja sebagai alat komunikasi yang ampuh.
"Warna bukan sekadar elemen estetika, tapi bahasa universal yang mampu menyampaikan pesan, membangkitkan emosi, dan menyatukan berbagai kelompok masyarakat,” jelasnya, Selasa (16/9/2025).
Astha menyebut, masing-masing warna punya makna psikologis dan kulturalnya sendiri. “Warna pink secara psikologis melambangkan kelembutan dan empati, sementara secara kultural dapat merepresentasikan solidaritas," katanya.
"Di sisi lain, warna hijau secara psikologis mengasosiasikan kesegaran dan ketenangan, dan secara kultural menjadi simbol kehidupan. Makna-makna ini dapat berubah seiring waktu dan latar belakang budaya yang berbeda,” imbuh Astha.
Dalam dunia DKV sendiri, warna adalah alat komunikasi non-verbal yang efektif. Penggunaan warna yang konsisten dan berulang dapat memperkuat daya ingat audiens terhadap pesan atau fenomena yang diwakilinya.
Astha menegaskan, terkait penggunaannya dalam gerakan sosial, pemilihan warna tidak boleh asal-asalan. "Harus mengetahui tujuan dan juga dasar teorinya," tegasnya.
Lebih lanjut, penggunaan simbol visual, terutama warna, jauh lebih efektif dalam menjangkau audiens yang lebih luas. "Visual memiliki kekuatan yang tidak terbatas, yang mampu membangun sebuah jembatan emosi kepada persepsi dan juga sebuah identitas," ujarnya.
Simbol visual, menurut Astha, khususnya warna, bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan strategi utama dalam menyampaikan pesan secara luas dan mendalam.
"Karena melalui visual dan pemilihan warna yang tepat, koneksi emosional dan identitas dapat terbangun, membuat pesan tidak hanya diterima tetapi juga dirasakan," pungkasnya.
Jadi dalam “17+8 Tuntutan Rakyat” ini, kita diajak untuk kembali melihat, apakah warna hijau dan pink benar-benar efektif untuk menggerakkan rakyat? (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengungkap Makna Visual di Balik Tuntutan Rakyat 17+8, Ini Penjelasan Dosen UK Petra
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |