TIMES SURABAYA, TRENGGALEK – Calon Gubernur Jawa Timur Nomor Urut 2 Khofifah Indar Parawansa menyambangi Kebun Pembibitan Buana Bakti RT 15 RW 5 Desa Kedung Lurah Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek.
Kebun pembibitan milik petani millenial Miftahul Roziqin ini mengembangkan banyak jenis bibit tanaman pohon seperti cengkeh zanzibar dan aneka jenis bibit buah-buahan seperti alpukat aligator, markus , kendil dan banyak lagi. Dan yang menjadi salah satu keunggulan bibit yang dikembangkan adalah bibit durian ripto.
Bibit buah durian khas Trenggalek tersebut dikembangkan dengan beberapa cara, salah satunya adalah stek tanaman. Bibit buah durian ripto ini menjadi favorit pembeli karena rasa buahnya yang legit sedikit pahit sangat digemari banyak masyarakat tetapi suplainya sangat terbatas.
“Terima kasih ibu Khofifah sudah bersambang ke kebun kami. Kami sangat mengapresiasi Ibu Khofifah mau menyempatkan mendengarkan apa yang dihadapi kami para petani bibit tanaman,” tegas Miftah.
Pada Khofifah, Mifta menjelaskan bahwa satu bibit buah tanaman dijual dengan bervariasi harga. Ada yang puluhan ribu per bibit tanaman, dan ada yang sampai ratusan ribu.
“Seperti bibit duruan ripto, salah satu andalan kami, harganya Rp 150 ribu. Bibit ini unggul, namun untuk berbuah menunggunya sekitar 6 tahun,” katanya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga menyampaikan pada Khofifah bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah akses pasar dan permodalan. Dikatakannya bahwa bercocok tanam mengembangkan bibit tanaman tidak murah dan akses pasarnya butuh diperluas.
“Yang kami harapkan adalah dibantu permodalan dan juga akses pasar. Karena sejauh ini pasarnya di sini-sini saja. Dan bibit tanaman durian ripto ini masih kalah dengan bibit durian musang king. Kalau akses pasarnya diperluas harapan kami bisa mengungkit perkembangan usaha kami,” tandas Miftah.
Menanggapi apa yang disampaikan Miftah, Khofifah mengapresiasi semangat petani millenial asal Trenggalek ini. Menurutnya Miftah adalah salah satu petani yang kaya inovasi yang menjadikan Jatim sebagai provinsi dengan jumlah petani millenial terbanyak di Indonesia.
“Pelaku usaha pembibitan tanaman itu memang tidak murah dan tidak mudah. Maka kita sampaikan apresiasi pada Mas Miftah yang mengembangkan berbagai bibit tanaman khususnya yang langka adalah durian ripto,” kata Khofifah.
“Para durian lover kalau mau cari musang king, blacktorn relatif lebih mudah. Tapi kalau durian ripto itu lumayan susah dapatnya, padahal ini khas Trenggalek,” katanya:
Menurutnya pembibitan buah khas Trenggalek ini sangat penting dilakukan. Kalau tidak lama-kelamaan bisa punah. Sehingga inovasi yang dikembangkan Miftah dinilai Khofifah sangat baik.
“Nah maka berikutnya usaha pembibitan seperti ini harus bertemu dengan pasar. Maka kita akan membantu memperluas akses pasar supaya setelah dibibit, segera bisa didesiminasikan ditanam di lahan yang firm supaya bisa cepat berbuah,” tegasnya.
Berikutnya juga yang harus dilakukan adalah bantuan permodalan. Khofifah berkomitmen akan membantu petani millenial durian ripto untuk bisa mendapatkan akses permodalan KUR dengan keringanan grace period atau masa tenggang dalam waktu pembayaran cicilan.
“Saya di periode pertama, sudah membantu akses agar petani alpukat dapat grace periode. Karena kalau alpukat ini harus menunggu lima tahun untuk bisa berbuah. Saat itu saya bertemu langsung dengan pimpinan OJK khusus untuk petani alpukat aligator dan kendil,” ujarnya.
Dengan kondisi pembibitan durian ripto yang membutuhkan waktu enam tahun baru berbuah, jika mengembangkan pembibitan secara massal, menunggu waktu enam tahun tentu tidak nutut jika tidak dibantu akses modal dengan skema grace period.
“Maka kita akan bantu dan komunikasikan kembali dengan OJK agar petani kita tetap bisa mengembangkan usaha bibit durian ripto sehingga kekayaan buah lokal kita tidak punah dan petaninya bisa bertahan dan berkembang,” pungkas Khofifah. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Khofifah Siap Bantu Petani Bibit Durian Ripto Dapat Akses Modal dengan Keringanan Grace Periode
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Imadudin Muhammad |