TIMES SURABAYA, SURABAYA – Tragedi robohnya mushala di Pondok Pesantren atau Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, bukan hanya menyisakan duka mendalam, tetapi juga memicu seruan untuk evaluasi menyeluruh. Wakil Ketua DPRD Jatim, Sri Wahyuni, mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur tidak hanya fokus pada penanganan korban, tetapi juga pada pencegahan agar musibah serupa tidak terulang di masa depan.

Usai meninjau langsung lokasi bencana, Sri Wahyuni menekankan pentingnya evaluasi komprehensif.

"Evaluasi harus dilakukan, baik dari aspek pendirian bangunan, konstruksi yang sesuai standar keselamatan, prosedur darurat, maupun standar pengawasan lingkungan pondok pesantren," tegasnya.

Untuk mendukung penanganan segera, politisi Partai Demokrat ini juga meminta Pemprov Jatim mengalokasikan anggaran dari belanja tidak terduga (BTT). 

"Kami mendukung penuh Pemprov Jatim, khususnya dalam penggunaan belanja tidak terduga agar proses evakuasi, penanganan medis, pemulihan lokasi, hingga pemberian santunan kepada keluarga korban dilakukan cepat, tepat, dan manusiawi," ujar Sri Wahyuni.

Ia menegaskan bahwa musibah ini harus menjadi pelajaran bersama bagi semua pihak. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan seluruh santri di Jawa Timur. 

"Musibah ini mari kita jadikan pembelajaran bersama untuk menjaga keselamatan dan keamanan seluruh santri di Jawa Timur," imbuhnya.

Sementara itu, proses evakuasi korban terus dilakukan oleh Tim SAR gabungan. Berdasarkan data terakhir, sebanyak 108 santri berhasil dievakuasi, dengan 10 orang meninggal dunia dan sisanya menjalani perawatan. Respons cepat pemerintah dan seruan evaluasi ini menunjukkan komitmen untuk tidak hanya menyelesaikan masalah yang ada, tetapi juga mencegah risiko yang mungkin timbul di masa mendatang. (*)