TIMES SURABAYA, SURABAYA – Aksi massa berujung anarkis yang sempat terjadi di Kota Surabaya, beberapa waktu lalu tak luput dari perhatian berbagai pihak, tak terkecuali perguruan tinggi seperti Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Rektor Unesa, Prof Nurhasan, menekankan pentingnya menahan diri dari provokasi, demi terciptanya situasi yang damai, sejuk, dan kondusif.
“Semuanya harus menahan diri agar kejadian-kejadian yang sebelumnya terjadi di negara kita ke depan tidak terjadi lagi,” ujarnya saat ditemui usai kegiatan seruan moral terkait aksi massa dan kondisi terkini, Rabu (3/9/2025).
Ia juga berharap agar aparat keamanan, baik Polri maupun TNI, tidak bersikap represif terhadap mahasiswa yang menyuarakan aspirasinya. Menurut Cak Hasan, sapaan karib rektor, hak warga negara untuk menyampaikan pikiran dan pendapat dijamin oleh undang-undang.
“Ini penting untuk kita semua agar semuanya bisa menahan diri demi kedamaian dan ketenangan, karena kita perlu cepat membangun dan beradaptasi di era yang penuh dengan ketidakpastian,” katanya.
Kondisi ini, lanjut Cak Hasan, harus menjadi pelajaran untuk berbenah. Dirinya yakin, pemerintah dan aparat penegak hukum akan bekerja keras untuk kepentingan bangsa dan negara.
"Agar mimpi-mimpi kita bersama, mimpi Bapak Presiden yang luar biasa itu betul-betul bisa terlaksana dengan baik. Dan kita bisa menjadi bangsa yang besar di tahun 2045," tegasnya.
Sementara itu, Presiden BEM Unesa, Muhammad La Rayba Fie menegaskan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa Unesa bersama aliansi BEM se-Surabaya, murni untuk menyuarakan aspirasi dan keresahan masyarakat. Ia menjamin bahwa mahasiswa bertindak secara kondusif dan tertib.
Ribuan mahasiswa menyalakan lilin sebagai wujud renungan untuk keadaan bangsa saat ini. (FOTO: Siti Nur Faizah/TIMES Indonesia)
Hal ini dibuktikan dari aksi yang mereka lakukan di depan Mapolda Jatim, yang berlangsung dengan tertib dan berhasil menyampaikan tuntutan mereka kepada Kapolda.
“Kami dari mahasiswa memastikan jika itu mahasiswa kondusif, tertib. Dibuktikan dengan kemarin kami aksi di depan Mapolda Jatim, juga berlangsung dengan kondusif, tertib, dan juga tersampaikan tuntutan-tuntutan kami ke Bapak Kapolda,” kata Arfi, sapaannya.
Lebih lanjut, dirinya menuntut agar pihak berwenang mengusut tuntas dalang di balik kerusuhan yang terjadi di Surabaya. Terutama terkait pembakaran Gedung Grahadi yang merupakan warisan cagar budaya.
"Kami sangat menghargai warisan budaya dan cagar budaya, pengrusakan itu (cagar budaya) bukan sesuatu yang dibenarkan. Usut tuntas dalang dibalik ini semua," tandasnya.
Berikut seruan moral keluarga besar Unesa:
1. Menyampaikan duka cita dan simpati mendalam kepada seluruh korban jiwa maupun luka-luka dalam aksi demonstrasi.
2. Mendesak Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara Nasional indonesia untuk menghindari tindakan represif yang membahayakan peserta aksi maupun masyarakat, terutama kelompok rentan.
3. Mendesak Penyelenggara Negara untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat, menjaga sikap serta perilaku agar tercipta suasana aman, nyaman, dan kondusif.
4. Menyerukan kepada seluruh warga Indonesia untuk menahan diri, menghindari provokasi dan tindakan yang merugikan masyarakat; jika menyampaikan aspirasi dilakukan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
5. Menyerukan warga Unesa senantiasa menjaga integritas dan kebersamaan dalam rangka mendukung persatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Rektor dan BEM Unesa Minta Usut Tuntas Dalang Kerusuhan Aksi Massa di Surabaya
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |