TIMES SURABAYA, SURABAYA – Udara malam itu terasa berat. Harap dan cemas menggantung di langit Blitar, Jawa Timur. Dua hari sudah berlalu sejak kabar duka datang dari tepi Sungai Brantas. Seorang pemuda, Safrian Adinata (20), warga Dusun Maron, Desa Selokajang, Kecamatan Srengat, tenggelam saat mencari ikan.
Sungai itu, yang biasanya tenang dan sunyi, mendadak menjadi saksi bisu sebuah tragedi. Senin siang ,(7/4/2025), Safrian dan tiga temannya turun ke sungai. Mereka membawa lanet obat ikan yang biasa digunakan warga.
Tujuan mereka sederhana, mencari ikan untuk menyambung hidup. Tapi air sungai tak bersahabat. Safrian kelelahan saat menyeberang. Ia sempat berteriak minta tolong. Tapi arus lebih cepat dari suara. Tubuhnya hilang ditelan derasnya arus.
Babinsa Desa Selokajang, Sertu Dwi Cahyo bersama tim gabungan dari Koramil 0808/06 Srengat, Polsek Srengat, SAR Malang, BPBD Blitar, dan PMI Blitar, pencarian dilakukan secara menyeluruh.
Langkah demi langkah. Pencarian tanpa henti. Mereka menyisir sungai. Dari tepi hingga pusaran arus. Siang dan malam berganti. Kelelahan tak dirasa. Yang ada hanya satu harapan menemukan Safrian. Entah dalam kondisi apa, yang penting ditemukan.
Dan akhirnya, pada Rabu dini hari (9/4/2025), pukul 00.12 WIB, tubuh Safrian ditemukan. Ia terdampar di bantaran Sungai Brantas, Dusun Ngipik, Desa Bangoan, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung.
Jaraknya jauh dari tempat ia terakhir kali terlihat. Tapi usaha tak pernah mengkhianati hasil. Jenazah segera dievakuasi. Diserahkan kepada keluarga. Tangis haru pecah. Kesedihan tak terbendung.
Malam itu, semua mata berkaca. Tapi juga ada rasa lega. Karena meski dalam duka, Safrian telah kembali. Ia tak lagi hilang. Ia bisa dikebumikan dengan layak, dengan doa dan kasih sayang keluarga.
Sertu Dwi Cahyo dan seluruh tim menunjukkan arti sebenarnya dari dedikasi. Mereka bukan sekadar aparat. Mereka adalah penjaga harapan, pelindung masyarakat. Tak banyak kata bisa menggambarkan upaya mereka. Tapi satu yang pasti, Semangat mereka adalah pelita dalam gelapnya malam. (*)
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |