TIMES SURABAYA, SURABAYA – Gunung Semeru kembali menunjukkan aktivitas vulkanik tinggi dengan empat kali erupsi hanya dalam kurun waktu tiga jam pada Selasa (16/7/2025) pagi. Letusan tertinggi tercatat mencapai 1.200 meter di atas puncak atau setara 4.876 meter di atas permukaan laut (mdpl), disertai kolom abu berwarna putih hingga kelabu mengarah ke selatan.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto, mengonfirmasi bahwa erupsi terakhir terjadi pukul 07.15 WIB, dan hingga laporan dibuat, aktivitas vulkanik masih berlangsung.
"Gunung Semeru kembali erupsi pada pukul 07.15 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 1.200 meter di atas puncak. Kolom abu mengarah ke selatan dengan intensitas sedang," ujarnya dalam laporan resmi.
Empat Letusan Sejak Subuh
Data seismograf mencatat rangkaian erupsi dimulai sejak pukul 04.20 WIB, dengan letusan setinggi 800 meter. Erupsi kedua terjadi pukul 06.21 WIB meski tidak tampak visualnya. Erupsi ketiga muncul pukul 06.51 WIB dengan kolom abu setinggi 600 meter, disusul erupsi keempat paling tinggi pada pukul 07.15 WIB.
Seluruh aktivitas tersebut masih terekam dan menunjukkan potensi keberlanjutan erupsi. Kolom abu bervariasi arah mulai dari selatan, barat daya, hingga utara.
Status Waspada, Masyarakat Diminta Tidak Mendekat
Gunung Semeru saat ini berstatus Level II (Waspada). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali mengeluarkan peringatan keras bagi masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 8 km di sektor tenggara Besuk Kobokan. Tidak beraktivitas sejauh 500 meter dari sempadan sungai, terutama di wilayah yang berpotensi terkena perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak. Radius 3 km dari puncak harus dikosongkan karena potensi lontaran batu pijar.
“Masyarakat diminta waspada terhadap potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan, khususnya di aliran sungai seperti Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat,” kata Liswanto.
Risiko Lahar dan Hujan Masih Tinggi
PVMBG juga mengingatkan bahwa musim hujan lokal dapat memperbesar risiko lahar dingin. Sungai-sungai kecil yang merupakan anak dari Besuk Kobokan juga dipantau ketat karena berpotensi membawa material vulkanik ke wilayah padat penduduk.
Rangkaian erupsi ini menjadi peringatan serius bagi warga di sekitar lereng Semeru agar tidak lengah, mengingat sejarah bencana erupsi besar sebelumnya yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan besar pada tahun 2021 dan 2022. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Imadudin Muhammad |