TIMES SURABAYA, SURABAYA – Surabaya, 30 April 2025, di lokasi Jatim Expo, di tengah ribuan orang yang hadir dari berbagai desa dan kota di Jawa Timur, ada satu pemandangan yang tak biasa.
Saat para pejabat tinggi duduk di atas panggung, Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Rudy Saladin, duduk di barisan bawah. Tak banyak bicara. Tapi kehadirannya terasa.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, melihatnya. Ia berhenti sejenak di tengah pidatonya, lalu menoleh ke arah tempat duduk itu.
“Saya ini mohon maaf kenapa lah itu Pak Pangdam duduk di bawah? Harusnya beliau ada di atas sini. Saya mohon, Bapak naik. Saya merasa sungkan,” ucapnya dengan suara pelan, tapi tegas. Ratusan pasang mata langsung menoleh ke arah pria berseragam hijau itu.
Bukan soal protokol, tapi soal penghormatan. Karena dari kerja senyap Rudy Saladin lah, ketahanan pangan di Jawa Timur punya napas panjang.
Rudy bukan jenderal yang gemar tampil. Ia lebih sering berada di lapangan, menyusuri sawah, berbincang dengan petani, meninjau saluran irigasi.
Ketika bicara soal pangan, ia tak hanya bicara stok, tapi juga soal bagaimana air mengalir ke ladang, bagaimana pupuk tiba tepat waktu, bagaimana panen bisa stabil.
"Justru data paling lengkap, titik-titik pengairan, jumlah lahan, semua kami dapat dari Kodam Brawijaya," kata Khofifah.
Gubernur mengatakan 488.000 hektar lahan pangan dikelola dengan sistematis, dari hulu ke hilir. Dan di belakang semua itu, ada Pangdam yang bekerja seperti manajer lapangan tegas, tenang, dan detil.
"Untuk semua itu saya mengucapkan terimakasih pak Pangdam V Brawijaya," ucap Gubernur.
Hal senada juga diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan, menguatkan pernyataan itu. Ia menyampaikan bahwa hingga April 2025, Indonesia surplus 3,5 juta ton beras. Capaian ini bukan kebetulan, tapi hasil kerja sama banyak pihak, termasuk TNI.
"Alhamdulillah, kita bisa. Ini karena kita kompak. Terima kasih, Pak Pangdam," ucap Zulkifli di atas podium.
Di saat sebagian orang bicara soal pangan di ruang rapat, Rudy dan jajarannya justru hadir di antara petani. Memberi dukungan, menggerakkan Babinsa, dan memastikan setiap lahan produktif.
Brawijaya, Bukan Hanya Soal Pertahanan
Kodam V Brawijaya selama ini dikenal sebagai penjaga wilayah. Tapi di bawah Rudy Saladin, mereka juga menjadi penjaga pangan. Peran TNI meluas, bukan hanya soal keamanan, tapi juga keberlanjutan hidup rakyat.
Ia sudah menerima beberapa penghargaan atas keberhasilannya menggerakkan ketahanan pangan. Tapi penghargaan bukan tujuan.
Baginya, melihat sawah hijau membentang dan petani tersenyum saat panen adalah kepuasan yang sesungguhnya.
Sosok yang Rendah Hati, Tapi Tinggi Pengaruh
Rudy Saladin memang tidak naik ke panggung lebih awal. Tapi nama dan kontribusinya naik lebih tinggi dari banyak pidato yang disampaikan hari itu. Di hadapan lebih dari 7.000 peserta dari kepala desa hingga para menteri ia hadir sebagai contoh.
Contoh bahwa pemimpin tidak harus paling keras bicara. Cukup bekerja sungguh-sungguh, dan biarkan hasil yang menjawab. Hari itu, semua orang tahu, Pangdam V Brawijaya duduk di bawah, tapi dihormati di atas. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Khofifah Akui Kesuksesan Pangdam Rudy Saladin: Harusnya Beliau Duduk di Atas
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |