TIMES SURABAYA, SURABAYA – Dalam rangka memperingati HUT ke-79 Persit Kartika Chandra Kirana, Kodam V Brawijaya menggelar Lomba Tari Kolosal Tradisi Jawa Timur di GOR Hayam Wuruk, Sabtu (22/2/2025).
Acara ini dihadiri oleh Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, Kasdam, Irdam, dan jajaran pejabat tinggi Kodam V Brawijaya, serta Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah V Brawijaya, Vira Rudy Saladin, beserta pengurus.
Suara gamelan mengalun. Irama kendang menggema. Langkah-langkah penari berpadu, menciptakan harmoni yang memukau. Hari itu, GOR Hayam Wuruk menjadi saksi kemegahan budaya. Lomba Tari Kolosal Tradisi Jawa Timur meriah.
Ketua Persit KCK Daerah V Brawijaya, Vira Rudy Saladin, menyampaikan bahwa lomba ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya. “Tari adalah identitas. Warisan leluhur yang harus dijaga. Lomba ini bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi wujud nyata cinta kita pada budaya,” ujarnya.
Arus globalisasi deras. Budaya asli tergerus zaman. Namun, semangat melestarikan tetap membara. Tari tradisional harus hidup. Harus lestari. Pesan itu tegas disampaikan.
Dua belas tim bersaing. Koorcab, Cabang, hingga Cabang BS PD V Brawijaya mengirim wakil terbaiknya. Setiap tim berisi 30 orang. Dua puluh penari dari Persit Kartika Chandra Kirana. Sepuluh lainnya anggota militer. Sinergi yang luar biasa.
Gerakan mereka seragam. Ritme serasi. Kilatan warna-warni kostum membius mata. Penonton terpukau. Setiap tim telah berlatih keras. Dedikasi mereka terasa dalam setiap hentakan kaki, setiap ayunan tangan.
Mereka menampilkan tarian khas Jawa Timur dengan koreografi yang telah dipersiapkan secara matang.
Dewan juri dalam lomba ini terdiri dari pakar seni tari, yaitu Abing Santoso, Putri Jania Setyowati, dan Riza Ahmad Dwi Putra.
Para juri memberikan penilaian berdasarkan unsur kekompakan, kreativitas, serta kesesuaian dengan tradisi tari Jawa Timur.
Kompetisi ini bukan sekadar mencari pemenang,” lanjut Vira Rudy Saladin. “Tapi juga menanamkan cinta pada budaya. Menyatukan semangat. Menghargai proses.” ucapnya lagi.
Peluh bercucuran. Nafas terengah. Namun, semangat tak luntur. Semua ingin memberikan yang terbaik. Tari bukan sekadar gerakan. Ada cerita di dalamnya. Ada filosofi. Ada jiwa yang berbicara melalui tubuh.
Acara berlangsung dengan meriah dan penuh semangat. GOR Hayam Wuruk menjadi saksi kemegahan budaya yang tetap lestari di tengah perkembangan zaman.
Dengan terselenggaranya lomba ini, diharapkan kesenian tari tradisional semakin dikenal dan dicintai oleh generasi muda. (*)
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |