TIMES SURABAYA, SURABAYA – 6 Oktober diperingat sebagai hari Cerebral Palsy, sebuah patologi yang mengenai otak anak yang sedang berkembang (usia dibawah 5 tahun). Anak-anak Cerebral Palsy (CP), umumnya mengalami permasalahan pada gerak dan fungsi tubuhnya, kesulitan dalam bergerak dan beraktivitas fungsional seperti duduk, berjalan, makan, mandi, sekolah dll.
Peran profesi fisioterapi cukup besar pada pemberian terapi latihan untuk meningkatan kemampuan gerak pada anak CP.
Pada Minggu, 17 Oktober 2021, Prodi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) berkolaborasi dengan komunitas Happy CP Family Surabaya mengadakan kegiatan temu keluarga CP bertempat di BG Junction Mall. Agenda utamanya adalah diskusi dan sosialisasi program terapi latihan blended.
Kepala prodi S1 Fisioterapi UM Surabaya Khabib abdullah SST.,M.Kes menjelaskan, metode terapi latihan blended untuk menjawab permasalahan akses fisioterapi di masa pandemi.
“Sementara orang tua masih takut membawa putra/putrinya yang terkena CP untuk melakukan fisioterapi di rumah sakit. Selain itu, potensi ketidaktahuan orang tua bagaimana cara melakukan terapi latihan pada anaknya di rumah juga menjadi masalah," kata Khabib.
Khabib juga menyampaikan bahwa perlu adanya sistem untuk mengajari para orang tua bagaimana melakukan terapi latihan di rumah dan memantau kelanjutan terapi tersebut.
Sistem itu bertujuan agar anak penderita CP masih dapat diberikan terapi latihan oleh orang tua di rumah, meskipun tidak dibawa ke rumah sakit karena pasti masih ada ketakutan terhadap penularan virus Covid-19.
Secara teori, terapi latihan oleh fisioterapi harus terus dilakukan, guna meningkatkan kemampuan gerak anak dan mencegah komplikasi gerak/kekakuan lebih lanjut.
Dengan kata lain anak CP tidak dianjurkan berhenti fisioterapi. Untuk itu, prodi S1 Fisioterapi UM Surabaya terus mendorong dan mengenalkan konsep terapi latihan blended untuk keluarga anak CP yaitu sebuah sistem edukasi yang akan dibagi dalam sesi offline dan online guna melatih orang tua dalam melakukan terapi latihan untuk anak CP di rumah.
“Saya harapkan program ini bisa menjadi jembatan antara keilmuan fisioterapi anak di prodi dan kebutuhan masyarakat di komunitas Happy CP Family,” harap Khabib.
Sementara itu, Ranu, ketua komunitas Happy CP Family menyampaikan, salah satu unsur yang berperan pada perkembangan anak CP adalah peran masyarakat. Acara ini ditutup dengan konsultasi dan assesment oleh seluruh dosen prodi fisioterapi dibantu mahasiswa prodi pada anggota komunitas yang hadir. (*)
Pewarta | : Shinta Miranda Sari (MG-242) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |